4

134 11 0
                                    

Saat Yeji sedang meneguk air putih di  dapur, Jin muncul dengan rambut yang masih basah. 'jadi yang menangis di kamar mandi kak Jin?' batin Yeji. Jin dan Yeji bertatap mata tanpa ada yang memulai pembicaraan. Jin kembali berjalan menuju bar kecil di basement, dia duduk dan mulai meminum alkohol. Dia tidak tau bahwa diam-diam Yeji mengikutinya. Sejak pertama datang di bar, Yeji hanya memperhatikan kakaknya dari kejauhan. Ia tida berani mendekat.

Yeji hanya ingin tau kenapa kakaknya bisa menangis, padahal jika diluar dia tampak sangat dingin, atau mungkin Yeji cuman salah dengar? Tidak mungkin kan kakaknya yang biasanya tidak pernah berbicara bahkan sangat cuek dengan sekitarnya bisa menangis tanpa alasan. Belum selesai berkutat dengan pikirannya, Yeji dikagetkan oleh perkataan Jin.

"Tidak lelah?" Ucap Jin tiba-tiba

Yeji terlonjak kaget dan melihat kearah kanan dan kirinya, tidak ada satu orang pun disana kecuali mereka berdua dan seorang maid penjaga bar. Jin memutar kursinya menghadap Yeji.

"A-aku?" Tanya Yeji sambil menunjuk dirinya sendiri

"Apa ada orang lain disini?"

Yeji menggaruk lehernya yang tidak gatal itu karena salah tingkah.

"Duduklah"

Yeji mendekat ke arah Jin dan duduk disebelahnya.

"Apa ada yang ingin kau sampaikan?" Tanya Jin

Yeji takut-takut menatap ke arah Jin

"Apa aku semenakutkan itu dimatamu?"

"Bu-bukan seperti itu"

"Tidurlah jika tidak ada yang ingin kau katakan"

Yeji diam di tempatnya, membuat Jin melihat ke arahnya.

"Kenapa tidak pergi?"

"Apa kakak membenciku?"

Jin meletakkan gelas yang dari tadi digenggamnya.

"Kenapa kau menanyakan sesuatu yang tidak masuk akal??"

"Karena kakak nggak menyapaku kemarin, apa kakak tidak menginginkan aku tinggal disini? Jika iya, aku akan pergi"

Jin marah. Ia marah pada dirinya sendiri karena membuat adiknya berpikir seperti itu. Jin menggenggam erat gelas kaca yang ia buat minum sampai pecah. Yeji kaget bukan main melihat emosi kakaknya yang tiba-tiba muncul. Yeji berusaha memegang tangan Jin yang terluka, tapi Jin menghindar.

"Jangan mendekat, kau bisa terluka. Kembalilah ke kamarmu, dan jangan pernah berpikiran untuk meninggalkan rumah ini lagi"

"Tapi tangan kakak-"

"Berikan aku satu gelas soju"

Jin mengabaikan Yeji yang sedang menatapnya sebal. Yeji memberanikan dirinya untuk tetap menarik tangan Jin dan berniat untuk mengobatinya.

"Tangan kakak lukak! Masih mau minum?!"

Bentakan Yeji membuat Jin terdiam seribu bahasa selama beberapa detik.

"Sudah kubilang jangan menyentuh tanganku!"

"Ikut aku!"

Entah kebranian itu datang dari mana, Yeji hanya merasa itu tidak benar. Jin melukai tangannya hanya karena perkataan Yeji? Dan dia bahkan masih ingin melanjutkan minumnya? Pikiran gila macam apa itu. Yeji tambah memberanikan dirinya dengan membawa Jin kekamarnya dan mengambil kotak p3k.

Yeji mengobati luka Jin dengan perasaan campur aduk. Walaupun bukan tangan Yeji yang terluka, tapi ia sendiri dapat merasakan rasa sakit yang Jin rasakan.

KerfuffleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang