28

4.8K 225 56
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
°°°

Ahkam merasa hancur setelah Aisyah pergi, bodoh sekali ia mesti merahasiakan semua ini darinya. Jelas saja Aisyah sangat kecewa padanya, Ahkam tahu itu. Tapi ia juga bingung harus mulai dari mana untuk menjelaskannya apalagi supaya Aisyah tidak terbakar api cemburu.

Ia tidak tahu lagi apa yang mesti ia lakukan, pasti setelah ini, entah malam ini atau besok, keluarga Aisyah terutama Abinya pasti akan memarahinya karena telah membuat Aisyah kecewa untuk yang kedua kalinya.

Ia merasa bodoh, benar-benar bodoh. Jelas sekali bahwa ia sudah beristri namun ia tetap menyetujui pertemuannya dengan seorang wanita yang merupakan mantan kekasihnyanya. Ya, wanita itu adalah mantan Ahkam, dia adalah orang pertama yang berhasil memikat hati Ahkam saat masih di Pondok.

Ia tidak bisa berbohong bahwa ia sudah bisa melupakannya. Karena dia adalah cinta pertamanya. Tapi setelah ia menemukan Aisyah, rasa itu semakin surut dan hampir sudah tidak ada. Namun tiba-tiba saja dia kembali membuat Ahkam kembali mengingat semuanya tentang dulu, Saat wanita itu masih mengisi ruang hatinya.

Ahkam berada di kamarnya sendiri, biasanya selalu ada Aisyah di kamar ini. Ia terus menghubungi Aisyah meski hasilnya nihil, Aisyah tidak mengangkatnya. Bahkan ponselnya mati.

Hingga Ahkam berniat menyusulnya namun setelah ia bersiap-siap, Ummi malah melarangnya dengan alasan ini sudah larut malam dan membahayakan dirinya karena menyetir dengan keadaan fikiran yang hancur.

"Ngga usah sok nyusul ke Surabaya, nanti kamu sendiri yang kenapa-napa, lagian kamu itu udah punya Istri, Fidz, masih sempet-sempetnya ketemu cewek lain, udah tau Aisyah itu la-" oceh Ummi kepada Ahkam.

"Aisyah itu, apa Mi?" Ahkam penasaran karena tiba-tiba Ummi menghentikan ucapannya.

"Aisyah itu lagi capek, mbok ya kamu hargain sedikit istrimu udah ngurusin semua keperluan kamu, dia capek loh Nak. kok kamu malah kayak gitu, astagfirullah," Ummi semakin menyalakan Ahkam membuat ia semakin terpuruk.

"Lalu bagaimana dengan Aisyah? Dia benar-benar ke Surabaya sendiri di malam malam seperti ini?" batin Ahkam.

"Bodoh, kamu memang bodoh, kamu bukanlah suami yang baik Ahkam. Kamu bodoh!" lagi-lagi batinnya menyalahkan dirinya, ia benar-benar sudah tidak tahu ingin melakukan apa, hingga tak ada pilihan lain selain memutuskan untuk istirahat karena besok Syubban ada acara undangan walimah pagi. Ahkam tidak bisa lepas begitu saja dengan tanggung jawabnya sebagai salah satu vokalis Syubban, jadi apapun keadaannya ia harus tetap bersama Syubban.

Dan keesokan paginya Ahkam mesti bersiap-siap untuk menghadiri undangan walimah pagi bersama Syubban meski sejujurnya hari ini ia sama sekali tidak bersemangat karena bidadarinya belum juga kembali, bahkan sampai saat ini belum ada kabar. Sampai detik ini Ahkam masih memikirkan Aisyah.

***

"Mabruk Alfa Mabruk, Barakallah fii umrik ya Zauji," ujar Aisyah berdiri di ambang pintu kamar sembari membawa sebuah kue tart dengan lilin yang menyala di atasnya.

Ahkam yang baru saja pulang dari undangan bersama Syubban mendadak nampak berbinar, ia merasakan bahwa ini seperti mimpi namun ia memastikan bahwa ini adalah kenyataan. Ya, di depannya nampak istrinya yang hari ini terlihat sangat cantik.

"Ya Allah ini-" Ahkam terlihat berkaca-kaca. Ia sebenarnya ingat hari ini adalah hari ulang tahunnya karena banyak penggemarnya yang lebih dulu memberi ucapan selamat kepadanya namun Ahkam sama sekali tidak mementingkan ulang tahunnya kali ini sebab di fikirannya, ia masih memikirkan kejadian semalam dengan sang istri.

AisyahKu, Aku Cinta...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang