Chapter 21

8.3K 856 58
                                    


Karena sudah menjelang malam, mereka akhirnya kembali ke bangunan yang sudah mereka anggap sebagai rumah. Begitu mereka sampai, mereka terkejut melihat keberadaan Theia. Theia yang berpenampilan acak-acakan seolah sudah selesai berperang.

"Theia?! Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Namjoon kepada Theia yang duduk disalah satu kursi. Theia tidak menjawab, ia mengeluarkan sihirnya dan menunjukkan suatu peristiwa kepada mereka.

Dikerajaan peri, kegelapan menutupi semuanya, sudah tidak ada lagi cahaya ditempat itu. Pohon dan tumbuhan yang sebelumnya subur, sekarang sudah terlihat layu dan mati. Mereka juga melihat banyak peri-peri yang mati begitupun dengan pegasus dan unicorn disana.

Theia juga menunjukkan hal yang lain, ia menunjukkan laut yang sebelumnya pernah mereka singgahi. Mereka bisa melihat banyak siren yang mati karena api melahap kawasan mereka. Tak sampai itu, mereka juga melihat dua orang sedang mencoba memenggal ekor dan leher seorang siren.

Mereka menganga melihat semua itu, Rose dan Sana bahkan mereka berdua menangis melihat banyak dari kaum mereka yang mati begitu menggenaskan.

"Ares sudah bertindak. Ini hanya contoh kecil yang sudah ia lakukan." Theia membuka suara setelah semua itu selesai.

"Aku yakin para gadis ini sudah bisa untuk berperang. Kita harus memulai perang saat ini juga. Jika tidak, akan banyak orang yang tak bersalah menjadi korbannya." Sambung Theia.

"Kurasa memang kita harus memulai perang ini." Kata Namjoon sebagai seorang pemimpin diantara mereka.

"Pastikan Jennie berada dipihak kita." Sambung Namjoon. Mereka mengangguk.

Mendengar perkataan Namjoon, mereka pergi ke kamar mereka masing-masing untuk mengganti pakaian menjadi pakaian perang. Jisoo dan Nayeon menyiapkan banyak anak panah untuk diri mereka sendiri. Umji yang mencoba menghafal lebih banyak mantra.

Rose meminum banyak agar dirinya tidak kekurangan cairan. Sayap Sana dan Jennie sudah muncul kembali setelah lama menghilang, mereka berdua nampak menghela nafas agar tidak panik. Lisa juga sudah siap dengan pedang yang biasa ia gunakan berlatih.

Suara ketukan pintu membuat perhatian Lisa yang sedang merapikan baju yang ia gunakan itu teralih.

"Masuk aja." Lisa berteriak. Ia tidak membukakan pintu karena ia sedang sibuk merapikan bajunya.

Dilihatnya Jungkook yang mengenakan baju besi dan pedang yang menggantung dipinggangnya layaknya seorang panglima perang. Jungkook mengampiri Lisa lalu membalik tubuh Lisa yang membelakanginya agar menghadap dirinya.

Ditatapnya lekat mata besar milik Lisa, Lisa bingung ada apa dengan Jungkook yang tiba-tiba bersikap seperti ini. Jungkook menyentuh lembut pipi Lisa lalu mempertemukan kedua bibir mereka. Lisa nampak terkejut dan membelalakkan matanya, namun perlahan ia menutup matanya menikmati perlakuan Jungkook. Melihat Lisa menutup matanya, membuat Jungkook menyudutkan Lisa hingga tembok dan memperdalam tautan mereka dengan diberikan sedikit lumatan. Merasa Lisa sudah kekurangan pasokan udara, membuat Jungkook melepas tautan mereka. Dikecupnya lagi bibir Lisa lalu diusapnya guna menghilangkan saliva di bibir Lisa.

(aku ngetik apaan ini??)

"Jangan sampai terluka" Kata Jungkook, Lisa hanya mengangguk. Lalu Jungkook berlalu begitu saja meninggalkan Lisa yang berdiri termangu dengan wajah yang memerah, ia masih terkejut dengan perlakuan Jungkook tadi.

Setelah menetralkan wajahnya, Lisa menghampiri yang lainnya. Disana sudah ada Namjoon, Nayeon, Sana, Umji,Rose, Hoseok, Yoongi, Jimin dan Jungkook. Saat Rose melihat Lisa dan Jungkook secara bergantian , wajah Rose memerah.

A Princess ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang