Bab 7 : Perubahan

27.6K 1.7K 25
                                    

Setelah kejadian perselingkuhan Zaky di masa depan, Kiran yang kembali ke masa lalu ini ingin memastikan langsung alasan Zaky mau mendekati dan berpacaran dengannya, walau sedikit banyak ia tahu berkat membaca WA Zaky dan Adel saat itu.

Dan kali ini ia ingin mengubah takdirnya, dia tak akan terjebak ke dalam kesalahan yang sama dengan kembali memilih Zaky sebagi teman hidupnya. Tidak. Hanya keledai yang akan jatuh ke lubang yang sama dua kali bukan dia. Pikiran Kiran kembali menerawang, mengingat isi pesannya bersama Adel saat itu.

Zaky
'Kamu tahu sayang, sekarang aku benar-benar menyesal memilih Kiran jadi istri aku, kalau aja dulu orangtua aku gak bertemu dia, mungkin gak akan begini jadinya.'

Adel Sayang
'Jangan bahas perempuan itu lagi kalau cuma buat Abang menyesal, aku juga cemburu kalau Abang bahas dia terus.'

Zaky
'Gak pantas kamu cemburu sama dia sayang, harusnya dia yang cemburu sama kamu, kamu itu kriteria perempuan sempurna idaman aku, dia hanya perempuan setengah jadi sayang, obsesi ku dulu malah jadi jurang penyesalan terbesar di hidup aku, kok aku buta ya dulu.'

'Seandainya aku dulu pilih kamu ketimbang dia, mungkin kita lagi bahagia bahagianya saat ini sayang. Eh iya, makasih sudah selalu mau dengar cerita aku.'

Adel Sayang
'Yang lalu biar jadi pelajaran bang, yang penting sekarang aku sudah sama Abang, tinggal tunggu peresmian dari Abang saja.'

'Kapan????'

Zaky
'Sabar, sebentar lagi kok sayang. Tinggal tunggu tanggal mainnya.'

Nyatanya isi WA antara Zaky dan Adelina itu masih terekam jelas di otak Kiran, sungguh berat jarinya untuk membuka BBM dari 'My Love'. Hoekk, seketika Kiran merasa mual mengetahui ke-alay-an nya dulu.

'Oke Kiran, let's start the drama again.'

Pelan Kiran membuka isi BBM dari Zaky setelah mengganti nama kontak Zaky yang alay sebelumnya menjadi 'Zaky Ferdian', nama lengkap lelaki itu.

'Malam Adek sayang, lagi apa? Udah tidur belum?'

'Eh iya, selamat ya udah lulus sidangnya, maaf Mas gak bisa temenin, pegawai baru soalnya gak enak ijin sembarangan, sebagai permintaan maaf Mas, Adek mau hadiah apa?'

'Adek'.

'ping.'

'ping.'

'Adek marah ya sama Mas, jangan dong. Mas kangen tahu sama kamu, besok malam jam 7 Mas jemput ya, Mas udah siapin sesuatu buat Adek, pasti suka.'

'Selamat tidur Adek kesayangan Mas, mimpiin Mas ya.'

Oh astaga, rasa mual dan pusing kembali melanda Kiran saat membaca BBM dari Zaky. Kiran merinding geli membayangkan betapa bodohnya dia dulu, luluh oleh pesona dan rayuan palsu Zaky.

Jangan sampai dia benar-benar muntah, Tak lucu kan di sangka hamil oleh orang rumah nya. Kiran menarik dan menghembuskan nafas untuk meredakan emosi hatinya yang naik seketika. Kembali menguatkan diri demi drama baru malam ini, ia harus berhasil.

'Pagi Mas, maaf baru balas, kemarin tidur awal. Kecapekan abis siapin skripsi sama pas sidang.'

'Nanti malam kita ketemuan langsung di tempat saja ya Mas, kasihan Mas kalo harus jemput ke sini dulu, lagian aku ada urusan sebentar setelah itu langsung ke sana, gak balik ke rumah  lagi.' Balas Kiran berbohong, ia masih muak dengan lelaki itu.

'Ke mana?'

'Urusan apa?'

'Sama siapa?'

Dalam beberapa detik BBM Kiran langsung dibalas cepat oleh Zaky.

'Mas belum berangkat kerja? Nanti terlambat lho. Aku gak bisa jawab pertanyaan Mas, soalnya itu semua rahasia. Tenang saja, aku juga mau kasih kejutan sama Mas nanti malam.'

'Ini sudah di atas motor sayang mau berangkat, awas ya kalo buat macam-macam. Ya udah nanti malam langsung ketemu di Omega ya, terlambat sepuluh menit langsung Mas susul.'

'Mas berangkat dulu, doain kerjaan Mas lancar ya sayang. Biar cepat ngelamar Adek.'

'OGAH!!' Teriak batin Kiran.

Bulu kuduk Kiran kembali meremang, tak bakalan Kiran doain dia, doain yang buruk-buruk mungkin.

'Sabar Kiran, malam ini selesai kok hubungan bodoh ini,' batin Kiran kembali menguatkan.

'Hati hati di jalan mas.'

Sadar belum berpakaian dengan benar karena sibuk berbalas BBM, Kiran segera membuka lemarinya dan kaget melihat isi di dalamnya penuh dengan pakaian lelaki semua. Kiran menggelengkan kepala mengenang ketomboyannya dulu.

Kalau tidak ada bra dan celana dalam mungkin orang lain akan menduga jika pemilik kamar ini laki-laki.

Hanya ada satu rok hitam di lemari, itupun dia beli karena ingin di puji karena bisa tampil cantik menggunakan rok saat sidang dulu, tapi yang terjadi malah kebalikannya.

Teman-teman dan dosen yang mengenalnya malah mengejek habis-habisan. Mau bagaimana lagi, tingkah Kiran kan laki banget dulu. Mas Danu kakak lelakinya suka mengajak dia main ala cowok juga sih.

Kiran memakai t-shirt lengan pendek biru muda dipadu celana kain rumahan, dengan panjang 10 cm di atas lutut, baju kaos itu di masukkan ke dalam bagian depan namun di keluarkan bagian belakang. Gaya modis ala masa depan memang agak aneh kalau di gunakan di jaman ini, tapi tak apa, karena Kiran merasa pede juga. Lalu ia mematut diri di depan cermin panjang yang melekat di dinding.

Setelah puas dengan pakaian yang tak terkesan laki banget, Kiran mengalihkan pandangannya ke wajah dan rambut. Rambut lurus rata di atas bahu, pelan diambilnya gunting, diubahnya model rambut itu. Berbekal pengalaman menggunting rambutnya sendiri setelah melihat salah satu video youtube dulu, ia berhasil mempermak sendiri rambutnya. Setelah puas, Kiran turun ke lantai bawah. Bergerak menuju meja makan di dekat dapur.

"Pagi Ayah, Ibu, Mas Danu?" Sapa Kiran.

Seketika suasana meja makan hening, dengan tatapan takjub, heran, sekaligus kaget melihat ke arahnya.

"Kenapa? Ada yang salah dengan Kiran?" Nyali Kiran menciut mendapat tatapan intens dari ketiga orang yang sedang terhenti menikmati sarapan itu.

"Ehm.. itu kamu ada angin apa rambut ada poninya sama diikat setengah begitu? Katanya gak mau tampil ala cewek lagi setelah sidang kemarin." Tanya Mas Danu memecah kecanggungan.

Kiran berjalan pelan menuju meja makan bergabung sarapan sambil menunduk.

"Enggak pantas ya Kiran begini?" Tanya Kiran pelan.

"Pantas Nak, Ibu suka." Binar tatapan Ibu membangkitkan kepercayaan diri Kiran yang tadi hilang.

Kiran menyengir menatap Ibunya, belum sempat ingin mengucap terima kasih Ayahnya duluan bersuara.

"Ayah suka tampilan kamu ini Nak, tapi kalau niat kamu berubah penampilan hanya karena ingin dipuji, tak baik juga. Karena tak selamanya orang akan terus memuji kamu kan?"

"Kiran memang niat berubah bukan karena orang lain kok Yah, ini semua keinginan Kiran sendiri. Maaf ya jika ayah dan ibu sering kecewa karena Kiran abai sama kalian dulu."

"Wahh kesambet apa kamu Dek, kok jadi berubah gini? hmm, bukan tampilan saja deh yang berubah, cara ngomongnya juga, gak nyablak dan emosian. Perlu syukuran nih kayaknya kita Bu." Goda Mas Danu dengan tampang serius.

"Hee.. Kiran habis dapat hidayah Mas. Di dukung dong, kasih duit kek buat beli bedak, lipstik sama baju cewek. Di lemari baju laki semua. Nanti Kiran kasih Mas deh kemeja-kemeja Kiran."

Danu mendengkus kasar mengabaikan omongan Kiran sambil terus menikmati bubur kuah, sarapan buatan Ibunya.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang