Bab 10 : Berbeda

25.2K 1.6K 29
                                    

"Kok dikasih senyum saja sih Yang? Eh iya mau pesan apa? Mas kebetulan belum pesan juga, atau mau Mas yang pesenin seperti biasa."

"Tumben, gak biasanya Mas banyak bicara seperti ini, biasanya aku yang sering begitu." Celetuk Kiran heran.

"Mmm, jadi gak masalah aku pesen makanan apapun kan, Mas gak akan protes kan?"

Yah biasanya Zaky yang selalu mengatur semuanya untuk Kiran, saat mereka malam Mingguan, jarang sekali Kiran ditawari untuk memilih pesanan, semuanya Zaky yang pesan. Lelaki itu sangat dominan dalam hubungan mereka ini.

"Karena ini malam spesial, Mas bebaskan kamu sayang, asal jangan berlebihan. Nanti kamu jadi gendut lagi, berkurang cantiknya." Ujar Zaky mengeluarkan rayuan andalannya.

"Eh iya, kok Adek kembali panggil Mas lagi sih sekarang, biasanya selalu manggil Sayang atau Yang."

Kiran terpaksa tersenyum sambil berbicara dalam hati. 'Males banget manggil elo sayang.'

"Gak ada apa-apa kok, lagi suka panggil Mas saja, biar beda. Bosan juga lama-lama memanggil pakai sayang-sayangan."

"Kamu cantik sekali malam ini, Mas bahagia. Terima kasih kejutannya sayang." Zaky meraih jemari Kiran dan menggenggamnya lembut.

Kiran tersentak dengan sentuhan itu, wajahnya pucat seketika, ingin ia melepas pegangan Zaky namun di urungkannya, status mereka pacaran saat ini. Akan tambah aneh jadinya jika Kiran sengaja melepas genggamannya.

Zaky memanggil pelayan lalu memesan makanan serta minuman untuknya, Kiran pun melakukan hal yang sama, ia memesan makanan dan minuman kesukaannya. Masa bodoh dengan petuah Zaky, ia akan jadi dirinya sendiri malam ini. Bukan Kiran dulu yang sering caper alias cari perhatian Zaky terus, menuruti semua permintaan dan sarannya.

"Katanya Mas mau kasih aku hadiah, mana?" Tanya Kiran memecah keheningan.

Ia merasa risih dengan tatapan terpesona Zaky, tatapan yang pernah ia dapatkan juga dulu saat pesta pernikahan mereka. Berkat juru rias hebat pilihan Ibunya, Kiran berubah jadi sangat cantik di hari istimewa itu. Bahkan dandanan Ibunya saat lamaran dulu, tak berhasil membuat Zaky terpesona.

"Sabar sebentar, setelah kita makan ya Yang. Eh iya, dapat salam dari Mamah Papah. Mereka nanya kapan Adek mau main lagi ke rumah."

"Salam balik Mas, nanti kalau ada waktu aku usahain main ke sana. Sekarang ini masih sibuk revisian skripsi."

Tak lama pelayan yang mengantar pesanan mereka datang, pelayan pria itu tampak menatap Kiran intens. Zaky yang memperhatikan itu langsung menegur sang pelayan.

"Ehm Mas, pesanannya sudah selesai. Silahkan kembali dan tolong jaga matanya dari pacar saya." Tegasnya sambil tetap berusaha sopan.

Kiran tersenyum ke arah Zaky dan pelayan itu, tanpa sadar malam ini ia banyak tersenyum. Entahlah, hari ini suasana hatinya terasa sangat baik.

"Terima kasih Mas..." Kiran melihat name tag di saku dadanya, "Fian."

Kening Kiran mengernyit, nama itu sama dengan nama pelayan yang melayaninya kemarin malam. Di masa depan lebih tepatnya.

"Sama-sama Mbak, nanti panggil saya saja kalau mau tambah pesanan, selamat menikmati."

Sang pelayan sengaja mengabaikan ucapan Zaky, ia hanya fokus terpesona pada Kiran, memberikan senyum terbaiknya lalu pergi meninggalkan pasangan itu.

"Kenapa senyum-senyum begitu sih Yang, mulai tebar pesona kamu." Gerutu Zaky kesal melihat interaksi mereka tadi.

"Kan dulu kata Mas aku harus ramah sama orang, nah malam ini langsung aku praktekkan, salah?" Tanya balik Kiran.

Sedikit banyak, ia masih ingat momen makan malam ini. Walaupun suasana dan penampilannya dulu jauh berbeda dengan sekarang.

"Yah tapi gak kayak gitu juga Yang, berlebihan, Mas gak suka."

"Jangan buat aku serba salah dong Mas, dulu aku cuek sama sekali salah, sekarang mulai ramah juga salah. Dulu Mas protes aku susah senyum sama orang, sekarang baru senyum sedikit malah di bilang tebar pesona. Jadi aku harus bagaimana?" Geram Kiran sedikit emosi.

"Bukan begitu maksud Mas, tapi.. akhh.. sayang, Mas cemburu kamu di lihat begitu sama lelaki lain, kamu paham kan."

"Enggak!" Geram Kiran.

"Inget gak, dulu waktu aku cemburu saat Mas ramah dan suka senyum-senyum dengan cewek lain Mas marah, sekarang aku yang gantian begitu Mas juga yang marah, jadi maunya Mas sebenarnya apa?" Kiran menghentikan makannya, nafsu makannya hilang karena obrolan ini.

Jika sebelum Kiran oke-oke saja dengan semua sikap Zaky, maaf kali ini tidak. Dia tak akan di bodohi oleh orang yang sama dua kali. Melihat Kiran menghentikan kegiatan makannya, Zaky lalu menatapnya.

"Marah sayang?"

"Menurut Mas?"

"Kok tetep cantik ya walau marah."

'Bullshit.'

"Kalau dulu aku jelek ya Mas. Makanya gak boleh marah-marah."

"Ihh, kamu jadi suka ngungkit masa lalu sekarang ya Dek, biasanya dulu kalem saja. Ahhh, kamu lagi datang bulan ya sekarang, makanya bawaannya sensitif dan gampang emosi gini. Tapi dulu rasanya gak begini juga deh pas kamu datang bulan, sekarang kok jadi berani mendebat Mas ya."

"Mungkin sudah saatnya Mas menerima sikap aku yang seperti ini, bukan hanya melarang tanpa alasan jelas seperti sebelumnya. Bukannya pasangan itu artinya kita harus memberi dan menerima, memberi masukan dan menerima semua kekurangan dan kelebihan. Mas Sadar enggak sih, selama kita berpacaran, aku gak pernah rasain itu. Yang ada aku yang selalu di tuntut Mas ini itu, aku turuti karena aku berharap Mas juga mau merubah diri Mas untuk aku, tapi nyatanya apa."

Zaky terdiam mendengar ucapan Kiran. Tak di sangka sifat yang ia kekang itu akhirnya keluar juga. Ia berpikir Kiran akan terus berada di bawah pengaruhnya, menuruti setiap maunya.

Karena Zaky merasa 'lebih' di banding gadis itu dulu, gadis tomboy yang susah dekat dengan siapapun, karena sifatnya yang keras kepala dan susah diatur. Jika bukan Zaky yang menawarkan pertemanan, bukan tak mungkin tak ada mau berteman dengannya.

Kiran yang terpesona pada karismanya sebagai ketua HMJ, membuat ia senang dan mencoba membuat gadis itu berada di bawah kendalinya. Bahkan kedua orangtua Kiran sendiri tak bisa mengendalikan gadis itu seperti dirinya. Saat ia coba-coba 'menembak' gadis itu, tak disangka Kiran menerima, padahal ia mengira gadis itu akan menolaknya.

Sejak awal Zaky terpaksa menjalani hubungan pacaran dengan Kiran dan berniat hanya berpacaran selama 3 bulan saja, tapi melihat respon teman dan dosen yang takjub dan memujinya karena bisa 'menjinakkan' Kiran, membuat ia mengurungkan niat untuk memutuskannya.

Kembali terpaksa ia akhirnya menjalani hubungan pacaran ini hingga di tahun terakhir perkuliahannya, demi menjaga nama baik dan wibawanya. Hingga akhirnya tanpa sengaja kedua orangtuanya menemukan mereka saat mereka berkencan beberapa bulan lalu dan entah bagaimana Ibunya yang sangat susah untuk dekat dengan semua teman perempuan yang zaky kenalkan, apalagi bisa menyukai gadis itu.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang