Bab 17 : Penjelasan

19.9K 1.8K 70
                                    

"Saya bertanya pada pacar saya." Tegas Zaky, menunjukan status dirinya dan Kiran kepada lelaki di seberangnya itu.

"Sama aja kok mas, toh jawaban aku juga sama dengan Rizal." Bela Kiran.

Jawaban Rizal tak ayal membuat Zaky semakin terbakar cemburu, ia tak suka melihat Kiran membela lelaki lain selain dirinya.

"Itu temen ceweknya gak papa ditinggalin sendirian mas? Gak kasihan apa" Tanya Rizal sengaja memancing Zaky.

"Adel bisa pindah kesini kok, kan lebih enak makan rame-rame daripada cuma berdua." Jawab Zaky menatap sinis Rizal.

"Eh gak. Jangan seenaknya mutusin gitu, ini meja aku dan Rizal. Kalo mas khawatir dan gak enak sama ceweknya, mas balik ke mejanya aja sana." Usir Kiran tak peduli dengan ekspresi tak nyaman Adelina.

Zaky shock mendengar ucapan ketus Kiran kepadanya, tapi ia tak akan menyerah. Zaky yakin lama-lama Kiran akan kembali berada dibawah kuasanya, seperti dulu.

"Sayang kok gitu sih sama mas, beneran kami gak ada apa-apa, kan udah mas jelasin tadi kalo kami gak sengaja ketemu. Gini aja, gimana kalau temen kamu yang pindah ke sebelah nemenin, lagian mas kangen loh sama pacar mas ini." Rayu Zaky.

"Aku kesini sama Rizal kalo mas lupa, jadi gak ada satu orang pun yang akan pindah dari meja kami ini. Lagian Rizal yang bayarin makanan ini juga." Tolak Kiran.

"Mas bisa bayarin makanannya sayang, jadi gak usah ngerasa gak enak gitu. Lagipula berapa sih yang bisa dikasi temen kamu yang belum kerja gini, uang aja masih minta sama orang tua beda sama mas yang udah punya penghasilan sendiri." Sindir Zaky sengaja.

Sementara Rizal mendengar sindiran itu membuat emosinya seketika naik ke ubun-ubun. Ia tahu Zaky sengaja memancing amarahnya.

"Rizal mau traktir aku pakai duit sendiri atau duit orangtua, gak masalah kok buat aku mas. Yang penting dia selalu jujur gak pura-pura. Gak kayak orang yang aku kenal, bersikap baik, peduli, perhatian tapi taunya cuma lagi pencitraan, jaga imej biar dipuji dan tambah populer. Buat apa?" Balas Kiran menyindir Zaky balik.

Zaky seketika terdiam, sementara Adelina yang mendengar ucapan Kiran terkejut. Otaknya langsung mencerna dengan cepat maksud kalimat Kiran tersebut.

"Dek, mas tau awalnya niat mas salah, tapi lama-lama perasaan mas gak pura-pura." Zaky mencoba membela dirinya.

"Maaf aku gak percaya mas. Satu bulan lagi kita selesaikan semuanya. Yang pasti gak akan ada Kiran bego yang bisa mas kendalikan kayak dulu." Kiran ingin segera menyelesaikan makan siangnya.

Rizal sebenarnya ingin menyahut dari tadi, tapi ia memilih menarik diri. Bukan ranah nya ikut campur urusan pasangan itu. Walau ia masih kesal di sepelekan tadi. Begitu Kiran selesai menghabiskan minumannya, Rizal segera bergegas berdiri meninggalkan meja.

Diikuti oleh Kiran, meninggalkan Zaky dan Adelina yang masih terbengong melihat sikap mereka. Tapi belum jauh melangkah, Zaky mengejar dan menarik lengan Kiran untuk ikut dengannya, namun segera ditepis Kiran.

"Kiran, hubungan kita gak akan berakhir, sekuat apapun adek meminta. Mas udah berlatih dan.."

"Berlatih, ngucapin cinta aja harus latihan mas? Kalo mas lagi pedekate sama aku sih wajar ya, ini kita udah pacaran hampir dua tahun, dan untuk bilang cinta ke aku aja masih harus berlatih? Wahh speechless aku."

"Sesusah itu ya mas buat bilang cinta sama aku. Zal menurut kamu susah ya buat lelaki jatuh cinta dengan aku?" Kiran memandang Rizal dengan tatapan sedih.

Betapa tak berharga dirinya selama ini di mata Zaky, kenapa ia dulu begitu bodoh, terlena dengan tipu rayu lelaki itu. Rizal kaget dengan pertanyaan yang di lontarkan Kiran dengan tatapan sedih, ia sudah lama sadar, jika hubungan pacaran mereka memang aneh. Karena beberapa kali ia pernah melihat Zaky tebar pesona dengan junior perempuan saat di kampus dulu.

"Aku jatuh cinta sama kamu Kiran." Ucap Rizal spontan.

Tanpa sadar kata-kata itu mengalir mulus tanpa direncanakan sebelumnya. Kiran yang kaget mendengar ucapan itu tak seberapa dibanding wajah murka Zaky. Ia tak rela Kiran yang cantik sekarang ini dimiliki orang lain.

"Makasih, gak susah ya zal ternyata." Tanggap Kiran setelah sadar dari keterkejutannya.

Ia menduga, Rizal mengucap itu tanpa maksud apa-apa, hanya tulus membantu Kiran. Wajah Zaky memerah tangannya mengepal, amarah sudah memenuhi isi otaknya.

"Maksud lo apa ngomong kayak gitu ke pacar gue? Mentang-mentang Kiran udah cantik sekarang trus seenaknya lo nembak pacar gue didepan gue, dasar junior gak tau malu lo, dulu pas Kiran tomboy lo kemana?" Murka Zaky sambil menarik kerah jas yang dikenakan Rizal, sebelah tangannya mengepal ingin memukul wajah lelaki didepannya yang ternyata cukup tampan juga.

Zaky berdecih, 'tampan tapi masih minta-minta sama orang tua buat apa, lagipula masih tampan juga dirinya, berwibawa lagi,' Zaky berucap dalam hati.

"Akhirnya terbuka juga niat lo yang sebenarnya Zak. Perubahan Kiran yang buat lo bersikeras untuk tetap menahan hubungan pacaran gak sehat kalian kan? Perlu pembuktian apa lagi sih lo, oh gue tau lo mau pamer, nunjukin ke orang-orang kalo perubahan Kiran sekarang ini berkat lo, pingin nunjukin ke ortu lo kalo Kiran berubah sekarang, sesuai dengan kriteria cewek idaman lo?" Tebak Rizal sambil tersenyum sinis menatap lawan yang mencengkeram jas pinjamannya.

"Lo pikir gue gak tau kalo lo suka tebar pesona dan dekat dengan beberapa junior cewek saat kalian pacaran dulu. Apa perlu gue sebutin nama mereka?" Rizal berbisik pelan kesamping tubuh Zaky, namun bisikan itu terdengar juga oleh Kiran.

Zaky tercengang tak menyangka hubungan rahasia yang dilakukan diam-diam dan dijaga rapat, diketahui oleh orang lain yang kini dianggapnya sebagai rival. Dia hanya bisa diam tak berkutik, tak mampu menjawab ataupun membela diri.

"Kaget lo gu.."

"Stop Zal." Potong Kiran.

"Rasanya gak perlu waktu dua minggu lagi buat aku berpikir, karena aku semakin yakin dengan keputusanku. Zaky kita putus, mulai detik ini menjauh dari hidup aku. Kalo kamu tetep nekat, akan aku buka semua keburukan yang kamu sembunyikan ke orang tua kamu, dan aku gak main-main dengan omongan ku." Lanjut Kiran mengancam.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang