Bab 25 : Sebenarnya 2

14.8K 1.3K 58
                                    

Maaf ya, sempat hiatus tanpa kabar.
Sebagai gantinya, saya langsung publish 3 part.

Selamat membaca..

________________________________

"Maaf.." Ucap Zaky saat mengakhiri ceritanya.

Kiran terdiam, mencerna semua cerita Zaky yang kali ini ia percaya tak ada kebohongan didalamnya. Entahlah, bagaimanapun juga hati Kiran merasa yakin. Karena semua yang diucap memang beberapa tertulis di chat nya Zaky dan Adelina yang ia baca dulu atau di masa depan lebih tepat nya. Namun bukan serta merta Kiran langsung mau melabuhkan kembali perasaannya, tetap rasa sakit hati akibat perselingkuhan itu masih melekat kuat dihatinya. Ia tak semudah itu luluh hanya karena kali ini Zaky memilih jujur padanya. Tapi ia menghargai kebesaran hati laki-laki itu, karena mau mengakui semuanya.

"Aku maafkan nas. Aku sudah benar-benar memaafkan mas. Kali ini tanpa dendam. Kecewa pasti, tapi aku menghargai kejujuran mas. Semoga Mas mempertahankan sikap seperti ini selamanya, hingga bertemu dengan orang yang pantas untuk mas dan orang tua mas."

Zaky terdiam menatap gadis di depannya tetap dengan tatapan memuja. Panggilan Mas tadi membuatnya agak melayang. Karena dengan panggilan itu dia tahu itu artinya Kiran sudah memaafkan dengan tulus, kini ia hanya ingin berusaha mendekatkan diri dengan Kiran.

"Makasih, apa kita bisa kembali.."

"Maaf tid.." Potong Kiran.

"Hei, mas cuma mau bilang berteman dek, mas tahu kok gak mungkin segampang itu kamu mau nerima mas lagi, jadi mas ingin kembali berteman denganmu." 'Dan memiliki mu lagi setelah itu.' Harap Zaky sambil terus memandangi Kiran.

Kiran tertawa kecil, tawa pertama nya setelah sekian lama hubungan mereka memburuk. Kembali Zaky lagi-lagi terpesona. Zaky kembali merutuki kebodohan nya.

"Oke kita bisa berteman." Jawab Kiran.

"Bisa kamu buka blokiran nomor hp mas?" Pinta Zaky pelan, takut permintaan ditolak karena dianggap berlebihan oleh Kiran.

"Nanti aku pikirkan. Sekarang aku harus pulang dulu mas, sudah malam." Kiran pamit sambil mengeluarkan uang untuk membayar pesanannya.

"Biar mas aja." Ucap Zaky saat melihat Kiran melangkah ke kasir.

"Mas antar ya, eh, temani sampai rumah maksudnya."

"Gak usah mas, arah rumah kita berbeda. Makasih atas traktiran nya, aku duluan." Zaky hanya bisa menatapnya punggung gadis yang disakiti nya dulu dan dicintai nya kini, hingga bayangan Kiran menghilang.

Zaky mengucap syukur untuk hari ini, sambil pelan dia memikirkan langkah apa yang selanjutnya akan diambil agar bisa mendekati Kiran bahkan kembali menjadi kekasihnya lagi. Namun Zaky tak tahu bahwa lelaki lain sudah lebih dulu mendekatkan Kiran dengan gencar.

*****

"Pagi..."

Sapaan itu membuat Kiran enggan menolehkan wajahnya, karena dia tahu siapa pemilik suara besar itu. Dan sebenarnya Kiran sedikit ngambek karena lelaki itu mengabaikan pesannya saat beberapa hari lalu Kiran memberanikan diri mengirim pesan duluan untuk pertama kali.

"Hai, gimana kabarnya. Kangen aku gak?" Tanpa tahu malu Rizal duduk di kursi sebelah Kiran menyapa gadis itu tanpa rasa bersalah telah mengabaikan pesannya.

"Gimana kerjaannya di sana Zal?" Alih Kiran enggan menanggapi godaannya Rizal dan fokus dengan apa yang ada di depannya.

"Biasa aja Ran, kayak kamu kemarin pas tugas keluar kota."

"Bohong, dia seneng banget Ran. Kan dia berangkat kesana sama Sina. Pegawai bagian pengawasan yang seangkatan sama dia." Celetuk bang Beni.

"Ohh, pantesan pulangnya seneng. Selamat ya." Kiran sengaja fokus dengan kerjaannya.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang