"Eh, salah langkah kenapa Nak?" Tanya Ibu heran mendengar perkataan anak gadisnya.Biasanya hanya kata-kata manis berisi kebaikan dan pujian lainnya tentang sang pacar yang keluar dari mulut Kiran. Pacarnya yang lembut, sabar, sopan, ramah, terkenal, dan keren. Paket komplit pokoknya, banyak cewek di jurusannya yang patah hati dan kecewa saat mengetahui Zaky berpacaran dengan Kiran. Itu ucapan yang sering Ibunya dengar, namun ucapan anak gadisnya hari ini terasa berbeda.
Lain Ibu lain pula yang ada di pikiran Kiran di masa itu, di mana Kiran masa dulu selalu menutup mata hatinya, menganggap semua perlakuan manis Zaky sebagai bukti bahwa Zaky memilihnya bukan karena perubahan penampilannya tapi karena hatinya. Karena itu Kiran lebih mendengar ucapan Zaky ketimbang prasangka dan tanggapan orangtuanya, ditambah sikap Danu yang terlihat mendukung hubungan mereka di mata Kiran.
Kiran tersenyum memandang Ibunya. "Ibu sama Ayah sudah bisa percaya dengan Kiran sekarang, jadi jangan sungkan omongin sesuatu yang terasa ganjil di hati Ibu ke Kiran."
Ibu hanya membalas pandangan Kiran dengan raut takjub, tak menyangka Kiran berubah jauh lebih terbuka dan dewasa daripada kemarin. Kemana larinya sifat keras kepala, gampang merajuk, semau sendiri dan tak peduli dengan orangtua sebelumnya.
Tapi tetap saja ini aneh, hidayah sehebat apa yang bisa merubah sifat seseorang sedrastis ini hanya dalam waktu semalam. Apalagi sifatnya ini terlihat natural seolah-olah inilah sifat Kiran sebenarnya. Karena sejauh apapun niat berubah, semua akan terjadi perlahan-lahan, butuh waktu dan konsistensi, tak mungkin terjadi dalam waktu sesingkat ini.
"Bu.. Bu.." Panggil Kiran.
"E.. eh iya Nak." Jawab Ibu gelagapan, baru tersadar dari pikirannya.
"Mikirin apa Bu, sampe Kiran panggil gak di dengar. Kiran bilang kopernya Kiran bawa ke kamar ya, mau ditata di lemari, nanti baju Kiran yang gak dipakai dimasukin ke koper ini."
"Iya bawa saja, rata-rata memang punya kamu kok. Maaf Ibu masih gak percaya rasanya melihat kamu seperti ini.
"Ya sudah bawa ke atas sana. Ibu mau ke rumah makan dulu, liat Santi, Sumi dan yang lainnya kerja." Lanjut Ibu sambil melangkah menuju kamarnya.
Rumah orang tua Kiran terdiri atas 2 lantai, kamar orang tua dan kamar tamu di lantai bawah sedang di atas ada kamar Kiran dan Mas Danu yang dipisah oleh WC dan kamar mandi. Tak ada kamar pembantu, karena hanya ART paruh waktu yang bekerja membantu merapikan dan membersihkan rumah ini.
Waktu sudah menunjukkan pukul 18.30 petang, ia tengah mematut diri di depan cermin. Melihat hasil makeover-nya sendiri. Sehelai dress manis lengan pendek berwarna peach selutut melapisi tubuhnya, dandanan natural berupa bedak tipis dan lipgloss pink melapisi wajahnya.
Rambut di atas bahunya dibuat bergelombang. Setelah yakin tak ada yang aneh dengan tampilannya Kiran keluar dari kamarnya sambil menbawa tas bahu kecil berwarna putih milik Ibu, yang isinya hanya muat dompet dan ponsel.
Saat melewati ruang tengah, kembali penampilan Kiran kali ini kembali membuat keluarganya terpana. Kiran menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Tanda bahwa ia canggung ditatap seperti itu.
"Sudah mau pergi Nak?" Kali ini Ibu yang memecah kecanggungan itu.
"Iya Bu."
"Woah, cantik banget kamu Dek. Mau nge-date ya? Dijemput Zaky?" Mas Danu menatapnya terpesona sambil bertanya bertubi-tubi.
"Bukan nge-date Mas, tapi iya mau ketemu Zaky. Punya nomor taksi gak Mas? Zaky gak menjemput, Kiran janjian ketemuan di tempat aja sama dia."
"Ayah an-"
"Mas antar aja, bahaya cewek secantik kamu jalan sendirian pakai taksi. Nanti pulang diantar Zaky kan?" Ucap Danu tanpa sengaja memotong omongan Ayahnya.
"Ehm.. mentang-mentang ada yang lebih cantik disini Ibu dicuekin." Celetuk Ibu pura-pura merajuk.
"Ah, Ibu kan ada Ayah. Danu mau antar Adek Danu yang cantik ini. Hm, boleh nih kita sibling date nanti Dek." Goda Danu pada orangtua dan Adiknya.
"Ide bagus tuh Mas, tapi gak bisa dalam waktu dekat deh kayaknya, kan Kiran masih sibuk. Jadi sekarang Mas antar Kiran dulu jangan lupa jemput juga, HP-nya dipegang biar gampang dihubungi. Ingat harus baik-baik sama Adek sendiri, kalau ajakan nge-date nya mau diterima." Balas Kiran menanggapi godaan Danu sambil menarik turunkan alisnya, lalu tertawa kecil.
Danu hanya mendengkus kasar mendengar balasan Adiknya. Setelah mencium tangan kedua orangtuanya Kiran pamit pergi. Jantungnya berdegup kencang mengingat pertemuannya dengan Zaky sebentar lagi. Lucu juga rasanya, kemarin malam Kiran "diputuskan" oleh Zaky karena Adelina, sekarang giliran Kiran yang akan memutus hubungan mereka. Karena memang hubungan mereka dari awal adalah kesalahan.
Ia tak ingin lama-lama menjalin hubungan dengan lelaki itu. Tak baik buat hati dan jiwanya jika ia nekad meneruskan hubungan yang sudah terbaca hasil akhirnya ini.
"Sudah sampai Dek."
Kiran tersadar dari lamunannya, menarik nafas pelan beberapa kali lalu melepas sabuk pengaman.
"Begitu amat mau ketemu Zaky, gugup ya, biasanya, biasa saja kamu." Danu memperhatikan raut wajah Adiknya yang mulai berubah.
"Ada sesuatu yang gak sama lagi Mas, makanya Kiran gugup. Kiran turun dulu ya, jangan lupa HP standby biar gampang dihubungi." Kiran mencium tangan Danu lalu ke luar dari mobil.
Pelan Kiran melangkah sambil memantapkan diri untuk masuk ke kafe itu. BBM yang masuk dari Zaky 10 menit lalu memberitahu jika dia sudah sampai. Kiran mengedarkan matanya mencari sosok itu.
Di meja ujung sebelah kiri dekat kaca lelaki itu duduk. Zaky terus memandangi, lelaki itu terlihat ingin menyapanya namun tampak ragu-ragu. Tapi saat langkah Kiran perlahan menuju ke arahnya, seketika ia berdiri. Menyambut sosok di depannya.
"Kiran." Zaky memastikan, lalu membuka kursi di depannya untuk Kiran duduk.
"Hai Mas, masa sudah lupa sama aku, baru juga sebulanan gak ketemu?" Kiran tersenyum sambil duduk.
"Wah, Mas kira artis mana nyasar kesini. Cantik banget kamu malam ini sayang. Sampai gak sadar banyak cowok merhatiin kamu tadi, termasuk Mas." Sekejap Zaky lupa dengan sikapnya yang selalu terjaga di depan Kiran.
Jika biasanya Kiran yang selalu menatapnya terpesona dan memuja, untuk pertama kali kini sebaliknya.
"Dikantor Mas banyak yang lebih cantik kali." Alih Kiran.
"Enggak lah sayang, gak ada yang secantik kamu di sana, apalagi malam ini Adek beda banget. Jangan-jangan pas sidang skripsi kemarin gayanya kayak gini ya, wah nyesel Mas gak datang Yang."
Kiran hanya tersenyum tipis mendengarnya, jika Zaky datang pas sidang kemarin, ia yakin Zaky bakalan menceramahinya panjang lebar, terus mengolok hasil dandanannya yang mirip topeng monyet itu dan mungkin tak akan ada pertemuan malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
RomanceTerbangun dan kembali ke masa lalu tak pernah ada di pikiran Kiran. Bagaimana bisa? Tapi mungkin inilah kesempatan yang Tuhan berikan untuknya. Kesempatan kedua untuk Ia mengubah jalan hidupnya. Tanpa ada Zaky, suami yang berselingkuh itu di dalam h...