Bab 11 : Berdebat

20.8K 1.5K 7
                                    

"Kiran itu apa adanya Zak, gak dibuat-buat kayak yang lain, sejauh ini baru dia cewek yang mendapat restu mamah buat deket sama kamu. Teman cewek yang pernah kamu kenalin sama mamah dulu itu gak ada yang setulus Kiran."

Itu penjelasan Ibunya saat Zaky bertanya kenapa harus Kiran. Jadi kembali, mau tak mau ia harus terus menjalani hubungan pacaran itu. Lama kelamaan menjalin hubungan dengan Kiran ternyata tak seburuk yang ia duga, Kiran tak pernah menuntut apapun darinya, malah ia yang sering mengatur, bahkan bisa dikatakan berhasil mengendalikan gadis tomboy itu.

Pelan-pelan ia mencoba mengubah penampilan Kiran menjadi gadis sesuai kriterianya dan sampai hari ini sepertinya usahanya berhasil. Malah penampilan Kiran malam ini melebihi ekspektasinya. Kiran sekarang seolah jelmaan sempurna gadis impiannya. Sangat cantik dan menarik, perhatian hampir semua pengunjung kafe tertuju padanya. Hanya saja sifat Kiran yang dulu ia tekan juga mulai kembali bermunculan, salah satunya adalah sifat kritis yang suka protes apabila ada sesuatu yang tak sesuai dengan keinginan dan kata hatinya.

Itu bukan kekurangan sebenarnya, bahkan sebenarnya itu salah satu kelebihan Kiran, hanya saja egonya sebagai lelaki yang tak suka dibantah atau diprotes tak menyukai sifat itu. Entah apapun yang ia lakukan itu benar atau salah, terima saja. Walau ia sadar jika itu tak selamanya benar, tapi Zaky tak ingin merubahnya. Sekarang dia bingung harus bagaimana menghadapi gadis ini.

"Maaf kalau mas banyak ngatur kamu sampai sekarang sayang, Mas lakukan itu semua demi kebaikan Adek. Mas gak mau kamu kepikiran yang aneh-aneh jika cemburuan terus. Kan tahu sendiri bagaimana sikap mas ke orang lain."

"Yah kalau begitu, mulai sekarang Mas juga harus ngertiin aku juga dong, adil kan. Gak usah marah atau cemburu gak jelas begitu. Ini baru satu hari lho aku tampil kayak gini di depan kamu Mas, bagaimana kalau setiap hari coba?"

Zaky terdiam, otaknya mencerna maksud ucapan Kiran barusan.

"Ya sudah begini saja, di kampus gaya tampilan kamu kayak dulu aja sayang, pas ketemu Mas baru dandan cantik kayak ini. Jadi Mas kan tenang, gak kepikiran Adek terus nanti."

"Ide bagus, tapi Mas juga harus melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan. Di kantor pas kerja nanti Mas tak boleh berpakaian modis, rambutnya di buat berantakan terus sepatunya tak usah di semir sampai mengkilap. Jadi adil kan kita." Kiran sengaja menekankan kata adil sekali lagi sengaja menyindir Zaky.

"Kok kamu begini sih sayang, mas kan kerja, ada tuntutan kerapian dan penampilan yang harus mas jaga, maksud mas menyuruhnya kamu begitu karena mas khawatir dan ped-"

"Aku ingatkan jika Mas lupa kalau kita ini cuma pacaran Mas, Mas belum berhak mengatur aku sejauh ini sebenarnya. Aku milik orangtuaku jadi hanya Ibu dan Ayah yang lebih berhak mengatur aku, bukan Mas." Kiran sengaja memotong omongan Zaky, ia sudah muak mendengar semua alasan pembenaran sikapnya.

Jawaban Kiran membuat suasana meja mereka hening seketika, Kiran ada benarnya tapi Zaky merasa dia juga benar, tujuan pacaran kan agar bisa mengenal sifat masing-masing, jika ada yang buruk ya harus di ubah. Setelah yakin baru melangkah ke jenjang serius berikutnya. Dan menurut Zaky, sifat Kiran saat ini termasuk buruk.

Sayangnya Zaky lupa bahwa Kiran itu bukan robot yang bisa ia setel dan ubah sesuka hati. Kiran adalah manusia yang terlahir dengan sifat-sifat istimewanya, yang bertugas sebagai pendamping, pelengkap kekurangan, teman hidup untuk berbagi suka duka kelak di masa depan.

Di kebanyakan negara termasuk negara ini kedudukan perempuan sering di anggap lebih rendah di bandingkan lelaki tapi bukan berarti wanita harus di rendahkan dengan diatur sedemikian rupa. Mengubah bahkan menghilangkan sifat istimewa perempuan adalah bukti bahwa laki-laki itu adalah orang yang egois. Bukankah indah jika bisa bertukar pikiran, berbagi ide dengan pasangan tanpa harus membunuh karakter mereka. Bukankah itu salah satu makna memberi dan menerima.

"Sepertinya kita harus memikirkan ulang hubungan kita ini Mas, masih perlu dilanjutin atau enggak. Karena jujur aku merasa capek terus diatur sama Mas, menerima semua alasan Mas yang isinya hanya pembenaran sikapnya Mas. Apa yang Mas lakukan selalu benar, sedang jika aku melakukan itu tanggapan Mas malah sebaliknya. Jadi menurut aku lebih baik kita-"

"Kiran, hadiah yang Mas siapkan saja belum Mas berikan, jadi tolong jangan buat suasana malam yang harusnya istimewa ini jadi tak enak seperti ini. Mas gak kepikiran buat melepas Adek, malah malam ini sebenarnya Mas mau ngelamar kamu, tapi berhubung suasana kacau, jadi sorry lamarannya gak jadi romantis seperti yang Mas rencanakan." Zaky memotong omongan Kiran, berbicara dengan menahan emosi.

Ia tak suka beradu argumen dengan orang apalagi di debat, karena ia tak suka kalah bicara. Sengaja Zaky menunjukan sedikit emosinya yang dulu ia tahan, mengingat sikap Kiran malam ini agak kelewatan. Harapannya setelah Kiran tahu maksudnya ingin melamar, gadis itu merasa bersalah karena terus membalas omongannya dan terharu atas lamaran yang akhirnya tak romantis itu.

Lamaran ini juga atas permintaan orangtuanya, usia kedua orangtuanya yang cukup berumur saat hamil Zaky dulu, membuat mereka ingin segera melihat anak kesayangan mereka berumah tangga sebelum maut yang mungkin duluan menjemput. Mengingat usia mereka yang sudah menjelang kepala enam.

Zaky menyodorkan kotak persegi kecil berlapis beludru berwarna biru dongker. Yang ia simpan di saku celananya tadi. Tak ada adegan lelaki bersimpuh di depan sang kekasih yang sebenarnya ingin ia praktekkan, tak ada kata-kata indah penuh rayuan mesra yang sudah ia hapalkan sebelumnya. Melihat suasana seperti ini, rasanya itu semua sudah tak diperlukan.

Setelah hadiah itu sampai di depan Kiran, ia membuka kotak tersebut. Di dalamnya terdapat cincin emas putih dengan permata blue sapphire besar di tengah dan satu kristal swarovski kecil di masing-masing sisi.

Cincin yang terlihat sederhana namun indah kesukaan Kiran. Ia jadi teringat saat pernah memakai cincin itu di jari manis tangan kanannya dulu. Namun sayang keindahan cincin itu sekarang tak ada artinya, karena semua itu hanya kebohongan yang akan terungkap jauh hari setelah ini.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang