Bab 15 : Perkenalan

17.9K 1.5K 79
                                    

"Jadi tadi Rizal yang menemani Kiran keliling buat ngurus skripsi dan wisuda Bu, sampai-sampai kelupaan makan siang, makanya Kiran ajak Rizal masuk buat makan dulu di sini." Jelas Kiran memberi alasan yang tentu saja mengandung sedikit kebohongan ke Ibunya.

Mereka kini sedang duduk di ruang makan, gara-gara kejadian itu Kiran batal mengganti baju ke kamar, menjelaskan situasi yang takutnya bikin salah paham tadi. Sementara Rizal duduk menunduk sambil menatap nasi menggunung di atas piringnya yang belum sempat diisi sayur dan lauk. Lambungnya sudah bergejolak minta diisi begitu melihat sajian di atas meja makan yang menggoda ini.

"Lalu setelah Kiran menyuruh Rizal makan, mau Kiran tinggalin sebentar buat ke kamar ganti baju, tapi Rizal sungkan makan sendirian makanya mengejar Kiran, lalu tanpa sengaja terjadi yang Ibu lihat barusan." Lanjutnya menjelaskan.

"Iya Tante, tadi itu nggak sengaja, saya lelaki baik-baik kok." Rizal buka suara, membela diri.

Ibu Kiran hanya tersenyum, ia memang yakin kalau kejadian tadi itu tak disengaja, tapi ia sengaja menggoda putrinya. Ditambah baru kali ini Kiran membawa teman ke rumah dan mengenalkannya.

Setelah paham, Ibu menyuruh Kiran untuk melanjutkan urusannya ke atas sementara dia menemani Rizal makan. Ibu menatap tumpukan nasi yang cukup tinggi itu dengan takjub lalu mempersilakan Rizal mengambil lauk pauknya.

Begitu tahu Ibu Kiran menemaninya di meja makan, nafsu makan Rizal menurun, ia merasa sungkan, apalagi setelah kejadian tak sengaja yang cukup memalukan tadi.

Melihat itu Ibu Kiran paham, jika teman putrinya itu canggung. Ia segera berdiri, pamit dengan Rizal untuk ke kamar berganti pakaian juga, lalu menyuruhnya makan tanpa sungkan.

Beberapa langkah ibu Kiran pergi, nafsu makan Rizal kembali, dengan kalap ia menaruh sayur dan lauk pauk ke dalam piringnya yang dari jauh terlihat mirip tumpeng itu. Dengan semangat empat lima ia melahap makan sorenya.

Janji sebentar yang Kiran ucapkan ternyata tak terpenuhi, hingga santap sore Rizal hampir selesai Kiran tak kunjung keluar dari kamar dan menemaninya makan di sini, tak masalah sebenarnya karena ia lebih nyaman makan sendirian, tapi situasinya saat ini kembali membuat ia tak bisa menikmati sisa santap sorenya. Padahal tinggal sedikit lagi.

"Jadi Rizal temannya Kiran?" Tanya lelaki yang kini duduk di hadapannya, menatap ia makan sekaligus memastikan.

Sungguh canggung rasanya makan di pergoki oleh orang asing dua kali, walau sebenarnya dialah yang orang asing di sini, tapi tawaran setengah memaksa dari Kiran tadi sangat sayang untuk ditolak. Bisa memberi asupan enak dan melimpah ke perutnya secara percuma tidak baik di sia-siakan bukan.

Rizal sudah menjelaskan siapa dia dan kenapa ia bisa berada di meja makan dengan piring hampir habis menikmati makanan sendirian kepada pria yang baru masuk langsung berteriak padanya.

"Siapa kamu!"

"Iya Om." Rizal menjawab canggung sambil menunduk menatapi sisa makanan yang ingin segera dihabiskannya.

"Udah Yah, Ibu juga sudah tanya tadi sama mereka, Kiran juga lama banget lagi di kamarnya. Kasihan kan temannya di tinggal sendirian di meja makan begini."

Ibu sontak keluar dari kamar saat mendengar suara keras suaminya tadi.

"Ibu ke atas dulu ya Yah, jangan dipandangi terus Rizalnya, kasihan dia jadi gak enak mau habisin makanannya." Ibu lalu beranjak menaiki tangga.

"Tambah makannya nak Rizal, jangan malu-malu. Ayahnya Kiran memang begitu kelihatannya tapi sebenarnya baik kok." Jelas Ibu Kiran sambil beranjak menjauhi mereka.

Rizal hanya tersenyum malu mendengar ucapan Ibu Kiran tadi. Lalu menatap canggung pria paruh baya dihadapannya. Tak lama Kiran dan Ibu turun dari atas, dengan pakaian rumah dan wajah yang tampak segar sehabis mandi. Rizal mendengkus kesal melihatnya.

Pengorbanannya demi makan gratis hari ini cukup menguras energi, berkat Kiran yang sepertinya sengaja mengabaikannya sendirian di ruang makan cukup lama tadi.

Akhirnya kedatangan Kiran pun membuat suasana canggung itu hilang, sehingga Rizal bisa menyelesaikan sisa makanan di piringnya. Walau rasa makanannya sudah agak berbeda karena terjeda cukup lama, tapi pantang bagi Rizal menyisakan makanan yang ada di atas piringnya. Apalagi setelah mengingat uang bulanan yang sudah di bawah ambang batas wajar itu.

*****

Dua minggu berlalu setelah makan malam antara Zaky dan Kiran.  Setelah memutuskan memberi waktu satu bulan untuk berpikir ulang tentang kelanjutan hubungan mereka, Kiran sengaja tak ingin bertemu muka dengan lelaki itu sampai batas waktu yang sudah di tentukannya.

Namun apa daya, saat dalam perjalanan pulang dari kampus dan mengurus perlengkapan buat wisuda bulan depan, ia tanpa sengaja bertemu dengan lelaki yang dihindarinya itu. Beruntung, Rizal menemaninya saat ini.

Sejak kejadian taruhan dan makan sore canggung Rizal di rumahnya, hubungan Kiran dengan Rizal menjadi semakin dekat. Bahkan orangtua dan kakak lelaki Kiran mulai akrab dengannya. Rizal lelaki yang mudah bergaul, agak gila dan lucu jadi tak susah bagi keluarga Kiran untuk akrab.

Dan akhirnya Rizal juga jadi sering mengantar jemput dia untuk menyelesaikan urusan wisuda mereka. Lokasi kosannya yang ternyata tak jauh dari rumah Kiran ditambah bisa makan enak gratis setiap hari, plus bisa berboncengan dengan gadis secantik Kiran membuat Rizal melakukan itu semua dengan ikhlas, sukarela dan senang hati.

Seperti siang ini, Kiran dan Rizal sedang singgah ke salah satu Mall untuk membeli pesanan Ibunya yang disampaikan kepada mereka sebelum berangkat tadi pagi. Kebetulan hari ini adalah yudisium mereka, jadi penampilan Kiran dan Rizal, cukup formal untuk berbelanja di Mall. Rizal mengenakan kemeja putih dengan jas hitam milik Mas Danu, dan Kiran menggunakan kebaya pink modern lengan pendek dengan bawahan rok batik selutut. Makeup tipis dan rambut sebahu di gerai dengan ujung yang kembali dibuat ikal, dijepit dengan jepitan bunga cantik di sebelah kanan rambutnya.

Setelah membeli beberapa barang pesanan sang Ibu mereka memutuskan untuk makan siang menjelang sore di salah satu kedai yang ada di Mall. Kegiatan yudisium berlangsung dari jam 9 pagi sampai jam 2 siang, membuat mereka berdua telat makan siang.

Tak di sangka saat mereka masuk ke dalam bistro itu untuk memilih tempat duduk, mereka bertemu dengan pasangan yang berselingkuh di belakangnya dulu atau lebih tepatnya di masa depan, sedang menikmati makanan yang tersaji di atas meja. Adelina masih berkulit sawo matang saat ini. Kiran tersenyum melihat pasangan itu.
_____________________________________

Maaf, sempat hiatus tanpa kabar selama 3 minggu.

Belakangan ini lagi sibuk ngurusin sesuatu, makanya gak ada buka wattpad.

Hari ini langsung setoran 3 part langsung, semoga suka ya.

Dan karena bertepatan dengan akhir Ramadhan, Selamat menyambut Idul Fitri bagi yang merayakan nya.

Taqabbalallahu minna wamingkum, siyamana wa siyamakum taqabbal ya kariim.

Maaf lahir batin semuanya.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang