[360DWMH] part 14

328 40 3
                                    

Selamat membaca semua:)
|

|

|

|

✖✖✖

Aku memanjakan mata dengan melihat pemandangan malam indah di teras belakang rumah, hamparan langit malam yang tersaji di hadapan membuat aku sedikit merasa tenang.

"Enak ya jadi bulan, meski sinar yang dipancarkan engga seterang  matahari, tapi dia selalu ada yang menemani, enggak kayak gue. Selalu sendiri."

Aku malas untuk masuk ke dalam rumah, untuk saat ini hati butuh waktu sendiri untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, aku tidak ingin melihat Omega marah bahkan membentak seperti tadi. Aku memang kuat secara fisik, namun jiwa? Aku terlalu sensitif bila dibentak seperti tadi.
Aku ini masih ingin seperti remaja lainnya, yang bebas ke sana kemari layaknya angin.

Aku menghembuskan nafas kala sadar bila sisi kosong sofa yang aku tempati sudah terisi oleh sosok yang tidak ingin aku lihat untuk saat ini.

"Masih marah hem?" tanya Omega yang tidak aku gubris, aku lebih memilih menatap hamparan bintang di atas.

"Sudah malam, dingin, kamu juga belum makan bukan? Apalagi PR kamu juga belum selesai."

Aku mendengus kecil dan mencibir dalam hati, sebenarnya dia itu berniat atau tidak membujuk diriku? Apa di otak miliknya tidak bisa lepas dari kata pekerjaan rumah.

"Saya sudah masak makanan kesukaan kamu! Dimakan ya? Ini buku kamu!" Dengan telaten dia membuka buku milikku lalu mengaduk makanan yang sudah ia buatkan. "Mau saya suapi?"

Bagaimana aku bisa bermusuhan lama dengan Omega bila dia memperlakukan diri ini dengan sangat manis.

"Ayo buka mulut kamu!" Aku melirik Omega yang sedang berusaha membujuk untuk membuka mulut.

"Engga! Pokoknya harus konsisten sama amarah gue! Jangan sampai luluh cuma karena perlakuan manis kayak gini!" Suara hati membuat diri ini bimbang.

"Marlha dimakan ya? Nanti kamu harus meminum obat, " bujuk nya dengan lembut. "Marlha, jangan seperti anak kecil! Makan!"

"Engga mau!" kataku sembari membuang wajah.

"Terus mau kamu apa? Mau marah sama saya sampai kapan? Kamu bukan anak-anak lagi, kamu juga sudah paham mana yang baik dan buruk,"

"Gue engga mau di kekang."

"Saya tidak akan mengekang kamu, saya bebasin kamu, tapi jika sikap kamu kurang ajar, apa saya akan tetap diam? Tidak Marlha. Kamu itu tanggung jawab saya, kamu paham? Sekarang makan!"

Aku menggeleng. "Tapi gue engga nafsu."

"Terus makanan ini? Mau dibuang? Tidak kasihan dengan saya yang baru pulang kerja harus masakin kamu dan belum tidur meski sudah jam dua pagi?"

Aku menjadi merasa tidak enak sekaligus bersalah saat mendengar kalimatnya, perlahan namun pasti aku mengambil sendok yang sedari tadi menggantung lalu memasukkan ke dalam mulut ini.

365 Day With Me HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang