Selamat membaca semua:)
||
|
|
✖✖✖
Di bawah derasnya hujan malam ini aku terdiam karena tidak tahu akan apa yang hendak aku ucap, menyenderkan kepala di atas pundak Danish lalu menangis layaknya gadis yang paling tersakiti menjadi pilihanku kini.
"Udahlah Lha, lo nangis kayak cewek aja," ujar Danish yang mungkin sudah jenuh mendengar isakkan ku di atas motornya.
Aku menunju ringan punggung Danish. "Gue lagi engga kau bercanda."
"Ya udah sih, lo ngeri nangis kayak gitu, cemen lo! Masa kapten tawuran sekolah nangis sih!"
Danish memang tidak bisa membaca situasi. "Nangis juga manusiawi kali, gue masih manusia kalau lo lupa,"
Danish tertawa kencang. "Lupa, soalnya kelakuan lo mirip anjing!"
"Danish!" Aku memperingatinya dengan kepalan tangan yang sudah siap menyerang membuat empu yang aku ancam menyerah.
Turun dari motor Danish dengan segera aku membuntutinya masuk ke dalam rumah yang akan menjadi tempatku berlindung malam ini.
"Loh Marlha! Kalian hujan-hujanan?" tanya Tante Dara saat menangkap diriku yang mengikuti Danish dari arah belakang.
Aku mengupayakan untuk tersenyum. "Iya Tan."
"Kalian ganti pakaian sana!" titahnya kemudian membuat tangan ini digenggam oleh Danish menuju ke dalam kamarnya.
Danish memberikan aku handuk kering. "Mandi sana! Kamar yang biasa lo gunakan belum di beresin!" Aku hanya mengangguk untuk menanggapi kali segera membersihkan diri.
Aku menyeruput teh hangat yang ada digengamanku ini sedikit demi sedikit, kali ini aku harus bersikap sopan karena di depanku ada Tante Dara dan Om Tama, Ayah dan Ibu kandung Danish.
"Marlha nginep malam ini?" tanya Tante Dara yang duduk di hadapanku.
"Iya Tan, boleh 'kan?" tanya ku pasalnya sudah cukup lama aku tidak menginap di kediaman Danish ini. Terakhir saat aku masih menggunakan seragam putih biru.
Tante Dara tertawa. "Kamu ini! Kayak sama siapa aja."
"Nginep aja Lha, udah lama kayaknya Om engga lihat kamu ke rumah," timpal Om Tama membuat aku tersenyum ramah. Andai orang tua ku seperti mereka.
Danish datang lalu duduk di sebelahku, tak lupa tangan yang merangkul bahu milikku tanpa izin. "Mama dan Papa, aku pinjem Marlha nya oke? Kalian pacaran aja disini!"
Om Tama menaikkan satu alis. "Mama dan Papa atau kamu sama Marlha?" ledeknya membuat aku menatap Danish dengan horor.
Danish menarik tangan ku untuk berdiri lalu mengedipkan mata genit. "Urusan anak muda," Balasnya membuat kedua orang tua itu tertawa renyah, sedangkan tanganku sudah sangat gatal untuk meninju wajahnya.
Danish membawaku ke dalam kamarnya dan menyuruhku duduk di salah satu sofa. Bila sudah seperti ini Danish akan dalam mode menyebalkan.
"Lo diapain aja sama bajingan itu?"
Aku menghembuskan nafas lalu menyenderkan kepala di atas bahu Danish. "Dia bawa selingkuhannya,"
"Bajingan! Tapi lo belum pernah dia pukul atau sakiti 'kan?"
Danish menarik tubuhku lalu membolak-balikan raga ini sembari meneliti segala sisi hingga matanya terfokus ke arah dada milikku yang memang tidak mengenakan bra membuat aku segera mendorong tubuhnya menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Day With Me Hubby
ChickLit🆃🅰🅼🅰🆃 Nikah sama Alien? Di dalam kepala kalian Alien itu bagimana? Jelek? Pendek? Kulit berwarna hijau dan mempunyai kekuatan? Atau tampan layaknya seorang Idol k-pop? Dan bila opsi terakhir terlaksana lalu kalian harus menikah dengan Alien k...