[360DWMH] part 17

322 40 0
                                    

Selamat membaca semua:)
|

|

|

|

✖✖✖

Aku berdecak kagum sekaligus bingung saat netra menangkap sebuah mobil berwarna merah terparkir apik di halaman rumah.

"Mobil siapa? Jangan-jangan si Pelakor?! Awas lo ya!" Aku menggulung lengan baju dengan kasar, siap untuk melawan sang pengganggu hubungan orang.





‍Brak!






Aku mendobrak pintu rumah dengan keras membuat orang yang ada di dalam rumah sekaligus aku melebarkan mata karena kaget sekaligus tak percaya. Kapan dia pulang?

"Kamu sudah pulang Lha? Kamu enggak mau masuk dan peluk Ibu?" Wanita paruh baya yang masih nampak muda itu merentangkan kedua tangan siap menyambut diri ini kedalam dekapan hangatnya.

Aku berlari layaknya anak kecil lalu memeluk Ibu dengan erat untuk menyalurkan perasaan rindu yang tidak bisa terhitung dengan angka.

"Ibu kenapa engga bisa aku hubungi? Aku kangen." Tangisku dalam pelukan Ibu.

Ibu mengusap lembut kepala ini. "Ibu juga kangen, kamu disini baik 'kan?" tanyanya sembari melepaskan pelukan kami.

Aku mengangguk dan tersenyum manis ke arahnya. "Ibu bawain aku oleh-oleh apa?" tanya ku antusias.

Aku terdiam kala netra melihat sosok yang nampak duduk tenang di sofa ruang tamu, aku menolehkan tatapan pada Ibu dengan wajah penuh tanya.

Ibu mendekat ke arah anak kecil itu kamu mengusap lembut kepalanya. "Dia adik kamu namanya Agler, Agler! Ini Kakak kamu namanya Kak Marlha."

Aku menatap mereka bergantian dengan tatapan berkaca, batinku bertanya sesuatu yang belum bisa aku cerna meski kenyataan itu nyata.
Raga ini merasa lemah, bahkan kini aku sudah akan tumbang bila tidak berpegangan dengan dinding. Kenyataan macam apa ini?

Ibu mencoba meraih tanganku yang sontak aku tepis. "Maaf karena selama ini Ibu bohong sama kamu, sebenarnya Ibu engga pernah pergi ke Korea, Ibu tinggal di Bandung untuk ikut sua-------"

Aku mengangkat tangan meminta untuk tidak meneruskan bercerita, tahukah dia bila aku sakit hati dengan cerita itu? Apa dia tahu jika aku kecewa dengan dirinya yang membohongi diri ini. Lama aku menanti hari dimana bisa sepuasnya bermanja bersama sosoknya, namun nyatanya? Semudah itu dia meninggalkan aku bertahun-tahun lamanya.

Aku menatap ibu dengan ratapan penuh terluka. "Aku kira hanya Ayah yang engga sayang dan perduli sama aku, selama ini aku menganggap engga masalah kalau Ayah engga perduli sama aku karena yang terpenting itu Ibu sayang sama aku." Aku menjeda kalimat ku dan menangis sesenggukan. "Tapi nyatanya? Kalian sama! Dan yang paling membuat aku kecewa itu karena Ibu bohongin aku selama empat tahun, aku di sini sendirian Bu, aku sendiri. Empat tahun bukan waktu yang singkat Bu,"

"Lha----"

"Kalau Ibu memang mau nikah lagi pasti aku izinin tapi engga gini caranya." Tangisku. "Atau Ibu malu punya anak kayak aku? Sampai Ibu tega ninggalin aku demi pria lain dan hidup bahagia bergelimah harta? Apa Ibu pernah memikirkan aku yang disini sendirian? Apa aku bu-bukan anak Ibu?"

365 Day With Me HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang