[360DWMH] part 25

313 36 3
                                    

Selamat membaca semua:)
|

|

|

|

✖✖✖

Aku menguap sembari menuruni anak tangga, tadi malam aku tidur dengan nyenyak karena berada di dalam dekapan hangat Omega, bahkan hingga kini wangi tubuhnya masih bisa aku hirup dengan jelas karena menempel di sela baju milikku.

Aku mengerutkan kening kala tidak melihat sosok yang tadi malam membuat aku mabuk kepayang, perasaan tidak enak mulai memasuki rongga hati.

"Kemana dia?" gumamku.

Aku melirik Adyan yang baru saja turun dari kamar dan hendak meminum air putih.

"Adyan lo lihat Omega?"

Dia mengerutkan kening. "Aku baru bangun tidur."

Aku menyentuh dada yang bergemuruh tak tenang. "Dia dimana sih?" Mata ini nampak berkaca.

"Mungkin lagi belanja."

"Maybe! Lo siap-siap gih ke sekolah!"

Aku membuka tudung saji dan menemukan banyak makanan siap santap tersaji dengan rapih, namun bukan itu yang menjadi fokus diri ini. Sebuah memo kertas berwarna biru mencuri perhatianku lalu aku mengambil kertas kecil itu.

To: Marlha.

Saya sudah membuatkan kamu serta Adyan sarapan, maaf membuat kalian khawatir karena harus pergi selama beberapa hari.
Jaga Adyan, uang harian kalian sudah saya siapkan di laci, kamu harus mandiri selama saya tinggal. Jangan cengeng juga!
Saya harap kamu menepati janji untuk tidak berfikiran macam-macam karena semuanya akan kembali seperti sedia kala ketika tiba masanya.

Salam.
Omega.

Aku menangis hingga membasahi memo itu, aku tahu aku sudah berjanji untuk tidak berfikiran macam-macam tentangnya. Namun hati ini sangat sakit dan tidak tenang saat ini. Apa karena ini kemarin malam Omega memelukku dalam tidur bahkan mencium bibirku? Apa itu salam perpisahan?

Aku menggeleng kepala untuk tidak berfikiran yang tidak-tidak dan memilih percaya dengan apa yang Omega ucap serta tulis.

"Kak!" panggil Adyan membuat aku menghapus air mata lalu menatapnya.

"Kak Omega mana?" tanya Adyan polos yang kembali membuat aku menangis. Aku cengeng sekali!

"Kak Lala kenapa? Kakak sakit?"

Aku menggeleng lalu menghapus air mata pelan. "Engga! Omega ada kerjaan di luar, jadi engga pulang. Kita makan!" titahku.

✖✖✖

Tiga hari. Sudah tiga hari semenjak Omega meninggalkan rumah dengan sepucuk kertas di atas meja makan dan hingga saat ini dia belum juga menunjukan keberadaannya membuat aku maupun Adyan kesepian, bahkan setiap malam aku menangis di ranjang Omega karena rindu yang perlahan membunuh jiwa.

Setiap air mata yang aku tumpahkan untuk Omega selalu ada doa terselip di sana, aku berharap dia datang dan mengomeliku karena terus menangis hingga mengabaikan sekolah, aku berharap dia datang dan menatapku dengan tatapan tajam miliknya. Aku rindu dia.

Mengenai kafe aku tidak terlalu repot karena telah memiliki pegawai tetap dan kafe akan tetap berjalan seperti semestinya meski tanpa Omega.

"Kak, Kak Omega kapan pulang, aku mau makan makanan dia lagi." Jangankan Adyan, aku juga tidak tahu kapan pasti ia pulang.

"Pemirsa sekarang saya bersama warga yang katanya pernah melihat sosok Alien di ladang gandum miliknya!" Aku melirik saluran televisi yang membuat aku terdiam, bahkan hati ini semakin tidak karuan setelah mendengar itu.

"Omega," gumamku tanpa sadar.

"Baiklah! Bagaimana wujud dan rupa Alien yang bapak lihat?" tanya wartawan wanita itu.

Aku berharap cemas, aku takut bila itu memang Omega lalu dia tertangkap dan harus berpisah selamanya denganku. Tidak! Aku belum siap!

"Waktu itu siang hari, saya ingin ke ladang dan saat saya kesana saya lihat makhluk aneh, semula saya kira itu hewan tapi saat saya dekati saya langsung terkejut karena melihat wujudnya, dan saat saya kejar dia berlari cepat sekali sehingga hilang dari penglihatan," Aku semakin awas kini.

Aku mengigit kuku karena panik, takut dan cemas dengan keadaan Omega, aku takut bila ternyata memang yang petani lihat adalah suamiku, aku takut jika memang itu benar dia dan tertangkap lalu apakah kami akan berpisah meski belum genap tiga ratus enam puluh hari. Aku hanya bisa berharap itu bukan Omega.

Drrttt!

Suara getar gawai milikku membuat kesadaranku kembali lalu mengangkat panggilan dengan nama Melkha segera.

"Lha, lo udah liat berita? Bukannya kata lo Omega pergi? Apa jangan-jangan itu dia?" panik Melkha di sebarang sana membuat aku menangis karena takut. Aku benar-benar cengeng bila menyangkut dia.

"Melkha gue takut, gue engga mau berpisah secepat itu, gue takut kehilangan dia Kha! Gue sendirian lagi Kha," tangisku.

"Lha gue kesitu sekarang! Lo tenang ya?! Semuanya pasti bakal baik-baik aja, gue kesana sekarang!"

Tut!

Aku menangis dengan kencang tanpa perduli dengan tatapan bingung Adyan mengenai diri ini, aku benar-benar takut kemungkinan buruk itu benar adanya, aku tidak ingin kehilangan seseorang yang aku sayang untuk kesekian kali.

Adyan menghampiriku lalu berusaha mengusap air mata yang terjatuh. "Kak Lala sedih ya karena Kak Omega engga pulang-pulang, jangan nangis karena kata Kak Omega aku engga boleh biarin Kakak nangis saat dia engga ada, Kakak jangan nangis ya? Aku engga mau diomelin sama Kak Omega," pintanya polos namun ia juga ikut menangis dan untuk pertama kalinya aku memeluk adik kecilku itu dengan erat.

"Udah jangan nangis, Kak Omega pasti balik karena Kakak sayang sama kita." Tangan kecil Adyan mengelus punggungku yang bergetar hebat.

Adyan melepaskan diri dari pelukanku dan tangan kecil itu kembali mengusap air mataku dengan lembut. "Kak Lala cengeng," ledeknya yang tidak aku tanggapi. Anak kecil yang menyebalkan.

"MARLHA!" teriak Melkha sesampainya di lantai atas lalu dia memeluk diri ini dengan erat hingga membuat aku oleng karena tak siap.

"Udah semuanya bakal baik-baik aja oke, jangan pikirin apapun!" bujuknya.

"Tapi kalau seandainya beneran gimana Kha? Gue takut." Aku melepas pelukan Melkha dan menatapnya.

"Kita berdo'a semoga itu bukan dia dan semoga dia selalu terlindungi dimanapun dia berada."

"Kha, rasanya dunia ini engga adil sama gue," jedaku. "Setiap kali gue ngerasain kebahagiaan pasti perlahan-lahan semuanya hilang dari genggaman, gue pingin pergi aja Kha dari dunia ini kalau Omega pergi."

"Lo ngomong apa sih?! Lha! Di luar banyak yang pingin hidupnya panjang, lo yang udah diberi hidup panjang jangan sia-siain Lha."

Aku menangis. "Kha! Gue benar-benar sayang sama dia Kha, gue engga kau kehilangan dia."

"Iya gue tahu, maka dari itu lo harus kuat Lha, lo harus kuat untuk menanti Omega, lo jangan lemah."

---------

Omega kemana?



Vote?


Salam.
VikaVA23

Purbalingga, 2 September 2020.

365 Day With Me HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang