Aku ingin bercerita tentang hari ini.
Tentang bagaimana aku merindukanmu setelah sehari saja tidak berjumpa.
Tentang bagaimana terharunya aku karna Tuhan telah menghadirkanmu dalam hidupku.
Dan tentang segala cerita yang kita lalui selama ini.
Tuhan sangat baik.
Aku tetap mencintaimu meski kini kita telah berpisah dan kau meninggalkan luka untukku.
Tetapi, tidak denganmu yang mungkin kini sudah tidak mencintaiku lagi.
Bukannya aku menyalahkan perasaan.
Hanya saja aku ambigu.
Bagaimana bisa perasaanmu lenyap begitu saja?
Sedangkan perasaanku tak sedikitpun berkurang.
Semesta sedang tidak berpihak padaku.
Semesta tidak adil.
Ia hanya membiarkan kenangan menghantuiku saja.
Tidak pula denganmu.
Semesta mengingatkanku pada genggaman erat yang kau berikan padaku saat itu.
Renjana datang begitu saja tanpa izin dariku.
Aku tak kuat bila harus mengingat kenangan pada sedia kala.
Karna itu akan membuat rasa rindu ini semakin mekar.
Semesta tidak adil.
Ia membiarkan rindu ini hadir pada diriku saja.
Tanpa melibatkan kau.
Padahal renjana ini tertuju padamu.
Mengapa kau tak merasakannya?
Semesta sangat tidak adil.
Aku yang merasakan sendu larah pada setiap malam.
Sendiri, diruang nestapa.
Semesta membiarkanku terpuruk rapuh.
Ingin rasanya aku berteriak pada angin yang terus berhembus menerpa wajahku.
Walaupun teriakanku tak akan sampai ke telingamu.
Sudah.
Cukup.
Kau tak perlu menghiraukanku kali ini.
Aku ikhlas merasakan ini sendiri.
Biar aku terbiasa.
Terbiasa dengan sikapmu yang apatis kepadaku.
Sikapmu yang memberitahuku bahwa diriku tidaklah penting.
Aku sadar akan hal itu.
Teruslah kau bersikap seperti itu.
Biar aku benar-benar terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perasaanku
Teen FictionTunggu sebentar! Jangan dibaca dulu. Ada yang ingin ku pertanyakan padamu. Apakah, setelah kau mengetahui seluruh perasaanku padamu, kau akan membalasnya? Jika iya, kupersilahkan kau membacanya agar kau tau tentang seluruh perasaanku padamu. Tapi...