Banyak hal yang membuatku terpuruk sebagai wanita.
Menangis sejadi-jadinya.
Histeris kehilangan dia yang pergi begitu saja.
Ketika aku mencoba bertahan, dia pergi menghilang.
Ketika aku mencoba meyakinkan, dia lelah untuk berjuang.
Salah, bila aku terpuruk dan termenung larut dalam hari dan bulan.
Trauma untuk tidak membuka hati lagi kepada siapa-siapa.
Takut yang menyelimuti benak hati dan pikiranku.
Tapi, ibu yang menyadarkan dalam pelukannya.
Menguatkanku untuk terus berjalan dalam senyumnya.
Ibu yang mengajari arti dari sebuah percintaan untuk aku terus membuka hati kepada siapa yang datang.
Aku masih ingat perkataan ibu.
Ketika aku menangis dalam arah kehilanganku.
'Sayang, siapapun dia yang datang kepadamu, lalu pergi dalam hidupmu, tersenyumlah sayang.'
'Kamu harus tau dan akan tau arti sebuah kehilangan orang yang kamu sayang.'
'Ketika kamu sadar ada banyak kebahagiaan diluar sana yang bisa kamu jumpai dalam rasa kehilanganmu.'
'Hidup bukan selalu tentang dia sayang. Tapi, tentang kepercayaanmu kepada Tuhan. Bahwa akan ada kebahagiaan ketika kamu dalam keterpurukan.'
Itu sepenggal kalimat ibu untukku.
Kamu, Terima kasih.
Aku belajar dari kamu yang pergi begitu saja.
Aku belajar dari kamu yang menghilang jelas tanpa sapa dan kabar.
Kamu juga yang meyakinkan aku untuk mengenal banyak lelaki.
Siapa yang bertahan dan pergi, menerima dan mengasihi.
Aku rasa, benar apa yang ibu katakan.
Terima kasih atas pelajaran sakit akan kehilangan yang tersayat.
Aku akan bahagia dengan caraku.
Dan kamu bahagia dengan caramu.
Medan,5 Januari 2020-Halo_Yasmin
KAMU SEDANG MEMBACA
Perasaanku
Teen FictionTunggu sebentar! Jangan dibaca dulu. Ada yang ingin ku pertanyakan padamu. Apakah, setelah kau mengetahui seluruh perasaanku padamu, kau akan membalasnya? Jika iya, kupersilahkan kau membacanya agar kau tau tentang seluruh perasaanku padamu. Tapi...