6

5K 884 530
                                    

Yok bisa yok vote dulu yok. Udah?

Sekalian komen atuh ka.

Happy reading.

💮

Mas Danish memperkenalkan wanita itu sebagai teman semasa kuliahnya. Persis seperti ucapannya di restoran saat itu.

"Ini temen kuliah Mas dulu, Ra."

Membuang segala pikiran negatif, aku tersenyum ramah pada wanita itu.

Aku menjabat tangan wanita itu, "Aku Kyra, Mba..."

"Julisa, panggil aja Ica." jawabnya tersenyum.

Huh, senyumnya bahkan indah sekali. Tidak heran kalau Mas Danish sampai ingin menikah dengan Mba Ica.

"Ayo, Mbak, duduk." kataku mempersilakan.

Aku menatap Mas Danish sebagai kode bertanya penjelasan. Mas Danish menghembuskan napas pelan. Tindakan yang terlihat seperti sedang menenangkan diri di mataku.

"Mas yang ngundang Ica ke sini, dia temen lama Mas, dulu Mas deket banget sama dia, udah lama juga nggak ketemu, makanya Mas ajak makan sama kita," jelasnya.

"Oh." kamu pikir aku nggak cemburu?

"Yaudah makan dulu yuk," Mas Danish mengkomando.

Hah, mengapa kami sudah terlihat seperti keluarga? Seorang suami dengan kedua istrinya.

Menggelikan.

Mas Danish menggeser jus stroberi pesanannya tadi ke arah Mba Ica. Jadi itu alasannya?

"Makasih, Dan." Mba Ica tersenyum pada Mas Danish.

Kamu pikir aku nggak cemburu?

"Nih, kesukaan Kakak, udang asam manis." Mas Danish kembali menggeser piring berisi udang asam manis ke arah Mba Ica.

Wow, apa aku salah lihat?

"Masih inget aja kamu, Dan."

Kamu pikir aku nggak cemburu?

Di tengah panas hatiku, aku penasaran dengan satu hal. "Kak? Mba Ica kakak tingkatnya Mas Danish?" Tidak penting sih, tapi aku penasaran saja.

"Bukan, kita seangkatan kok, cuma aku sempet off satu tahun sebelum kuliah, jadi emang tuaan aku dari pada Danish." jelas Mba Ica.

Aku ber-oh panjang.

"Padahal aku udah suruh panggil nama aja tapi dia malah ngotot manggilnya pake 'kak' segala," Mba Ica kembali menyambung ucapannya.

Maaf, tapi nggak nanya.

Mas Danish menyengir. "Kan nggak enak, Kak, kalo manggil namanya doang, Kak Ica kan lebih tua dari aku."

"Yang lain juga biasa aja kok, kamu aja emang." Kak Ica tertawa pelan.

"Kak Ica inget nggak waktu itu Si Aji malah manggil 'dek' ke Kakak." kekeh Mas Danish.

"Iyaa inget. Gara-gara dia nggak pernah sekelas sama aku kan pas tahun pertama, dia kira aku maba, padahal seangkatan juga." Mba Ica ikut tertawa pelan.

Haha, seru banget ya.

"Udah, makan dulu makan." potongku.

Mereka berdua menurut dan melanjutkan makan yang sempat tertunda karena reuni dadakan mereka.

Don't forget, I'm still here, Mas, Mba.

"Alhamdulillah." aku yang selesai pertama makan di sini. "Aku cuci tangan dulu ya" pamitku karena di ruangan ini tidak ada wastafelnya.

Unwanted | Kim Doyoung ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang