Yaudahlah, selamat baca.
💮
Acara yang ditunggu-tunggu Mas Danishㅡdan mungkin Mba Icaㅡ akhirnya datang.
Hari ini, hari Jumat yang seharusnya menjadi hari yang biasa menjadi hari paling menyedihkan kedua setelah meninggalnya kedua orang tuaku.
Tidak mau menangis, aku berusaha terlihat tegar. Walaupun siapapun akan merasa sedih melihatku yang sedang berbadan dua seperti ini. Ya, perutku sudah mulai membesar. Sudah 7 bulan aku mengandung putri kecilku ini.
Hasil USG terakhir menyatakan anakku berjenis kelamin perempuan.
Apakah selama ini aku bahagia? Jawabannya adalah iya dan tidak.
Aku bahagia mengandung anakku ini. Kurasa semua ibu akan merasakan hal yang sama saat hamil untuk pertama kalinya. Walaupun berjalan rasanya sangat berat, tidur tidak bisa terlentang, melakukan aktivitas biasa menjadi cepat lelah. Semua itu akan terbayar saat mendengarkan tangisan bayi ketika dilahirkan nanti.
Aku tidak bahagia karena adanya hari ini. Aku bukanlah istri yang tegar dan meminta suaminya untuk menikah lagi seperti berita yang sempat viral lalu. Aku hanyalan seorang Erina Kyra yang masih mencoba tabah menerima bahwa suaminya akan berbagi rasa.
Ah, sepertinya tidak berbagi rasa. Hanya berbagi raga. Karena seluruh rasa yang Mas Danish miliki belongs to Mba Ica.
Kami dalam perjalanan menuju acara akad nikah akan dilaksanakan. Mas Danish menggenggam tanganku sedikit gemetar. Terlihat sekali bahwa dia gugup saat ini.
"Deg-degan Mas?"
Mas Danish mengangguk. "Banget." Lalu diletakkannya tanganku di dada, tepat di jantungnya. Aku bisa merasakan debaran yang begitu cepat di sana.
Apa saat menikah denganku dulu Mas Danish merasakan debaran yang sama?
Kami sampai di tempat tujuan. Sebuah masjid yang tidak begitu jauh dari area rumah kami.
"Ra." Panggilnya. Kami masih berada dalam mobil, belum membuka pintu.
"Hm."
"Doain Mas."
"Hm."
"Kamu ikhlas, kan?"
Engga.
"Surat persetujuannya udah aku tanda tangani Mas. Mau apa lagi? Mas tiba-tiba berubah pikiran dan mau batalin?"
"Engga. Makasih ya, Ra." Mas Danish mendekat ke arahku. Memeluk dan mencium keningku cukup lama. "Anak Ayah, doain Ayah ya." Terakhir dia mengecup perutku.
Jangan doain ya, Dek.
Menarik napas panjang, aku menahan air mata agar tidak jatuh. "Udah Mas. Keluar yuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted | Kim Doyoung ✅
Romance2019 au in Bahasa Bukan tentang siapa yang pertama siapa yang kedua. Ini tentang hati, di mana ia berlabuh. Highest rank #8 fiksipenggemar 200419 Dimulai pada 31 Desember 2019 Berakhir pada 8 April 2020 © Delonixre