13

5.1K 880 409
                                    

Klik tombol vote kurang dari sedetik yookk.

Happy reading.

💮

"Kyra gimana? Isi belum?"

Aku tersenyum menanggapi perkataan Papa. Mas Danish melirikku sebentar, menatap dengan tatapan iba, tatapan yang tidak aku suka. "Udah, Pa."

Semuanya menghentikan kegiatannya. Bahkan Eve yang sedang berusaha menyuapi Kiel. Mungkin Bahasa Indonesianya membaik.

Mama dan Papa sedang merayakan hari ulangtahun pernikahannya yang ke-35 tahun. Mereka mengundang kami semua untuk makan siang bersama di rumah. Aku jadi ingin melakukan hal seperti ini juga di usia pernikahanku yang ke-35 nanti. Tapi, apa akan terlaksana? Apa pernikahan kami akan sampai ke usia 35 tahun?

Mama sampai melepas pegangannya pada sendok dan garpu, langsung beranjak ke arahku. Mas Danish tidak kalah terkejut, dia memegang bahuku dengan ekspresi tercengang.

"Rara udah isi??!" Mama menatap penuh harap padaku.

"Sejak....kapan?" Kali ini Mas Danish yang bicara.

"Loh kowe nggak eroh, Dan?" Mas Gandi yang diam sedari tadi kini angkat bicara.
(Loh lo nggak tau, Dan?)

Gelengan yang Mas Danish berikan membuat Papa mengernyit. "Kok bisa nggak tau?"

"Kyra nggak pernah ngasih tau aku, Pa."

Piye meh ngei reti, wong Mas Danishe ae sibuk karo wedok seng liyo.
(Gimana mau ngasih tau, orang Mas Danishnya aha sibuk sama perempuan yang lain.)

"Mungkin dia ingin memberi surprise?" Eve menimbrung percakapan kami.

"Udah berapa lama kamu taunya, Ra? Ayo periksa ke dokter, kita tanya kandungannya udah berapa bulan."

"Aku udah ke dokter, Mas. Udah 3 minggu usianya."

"Udah selama itu kamu nggak ngasih tau ke Mas?" Mas Danish menatapku tidak percaya.

"Mikiro kowe Dan, de'e meteng kowe malah sibuk karo wong liyo. Pasti hubungan kowe sama Kyra belakangan nggak bener, kan?" Mas Gandi berucap tepat sasaran.
(Mikir lo Dan, dia hamil lo malah sibuk sama orang lain.)

Mas Gandi sudah tau perihal Mas Danish ingin menikah lagi, dan dia berada di kubuku, yang menentang pernikahan itu.

"Kowe ora reti, Mas!" Mas Danish menaikkan nada bicaranya.
(Lo nggak ngerti, Mas!)

Melihat adanya bibit pertengkaran, Papa menyuruh kita semua diam dan melanjutkan makan. Kini semua orang diam, hanya beberapa kali Kiel menyeloteh tentang teman sekolahnya yang dia sukai karena temannya itu cantik.

Selesai makan aku bergabung dengan Eve dan Kiel yang sedang duduk di sofa depan TV.

"Sissy," Eve memanggilku.

"Kenapa, Mba?"

"Told ya not to call me Mba. Just Eve."

"Sorry, Mama is there." Aku memelankan suaraku sambil menunjuk Mama berada.

Eve mengangguk. "Aah, I see."

"Kenapa Mba?"

"First of all, congrast for your pregnancy."

"Pake first of all segala, kayak mau pidato." Aku terkekeh. "Makasih, Mba."

"The second one is, are you really okay with Danish menikah dengan orang lain?"

Unwanted | Kim Doyoung ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang