18

5K 850 330
                                    

Semoga ngefeel.

Tarik napas dulu, ini chapter terpanjang haha.

Happy reading.







💮





Sudah cukup lama aku dan Kak Theo duduk berhadapan tanpa adanya kata-kata. Kami membuat janji bertemu di sebuah cafe tak jauh dari rumah sakit tadi.

"Kak?"

Kak Theo terlihat gelagapan sebelum akhirnya merespons. "E-eh iya kenapa?"

"Kakak kenapa?"

"Aku gapapa kok."

Sepertinya suasananya tidak tepat. Aku ingin curhat pada Kak Theo tapi sepertinya dia memiliki masalah sendiri.

"Ada...masalah?"

Wajahnya kembali ceria seperti Kak Theo yang biasa kulihat. "Nggak ada kok. Ada apa nih kamu hubungin aku?"

Kenapa aku jadi terdengar seperti datang di saat butuh saja?

"Eh nggak kok Kak, pengen ketemu aja."

"Nggak usah bohong, Ra. Tadi aku denger nada suara kamu pas nelfon aku kok. Ada masalah ya? Kalo bikin kamu nggak nyaman dan kamu merasa nggak bisa kamu pendem, cerita. Aku bukan minta kamu cerita ke aku. Aku cuma minta kamu lebih terbuka Kyra. Coba aku tanya, udah punya temen belum selain aku?"

"Kenapa Kakak nanyanya kayak mau pergi?"

Sudah lama sekali sejak aku bertemu dengan Kak Theo. Benar-benar lama, terakhir yang kuingat saat di Semarang dulu. Kesibukannya sebagai arsitek mungkin memang menjadi alasan utama. Biasanya Kak Theo sering membalas jika aku membuat sebuah status WhatsApp, setelah saat itu dia hampir tidak pernah membalas lagi. Dia juga tidak membuat status WhatsApp. Sempat kupikir Kak Theo mengganti nomornya. Tapi saat iseng kulihat last seen-nya masih beberapa jam sebelumnya yang artinya nomornya masih aktif.

"Ng-nggak kemana-mana kok, ngaco aja. Emangnya mau kemana?"

"Mau balik ke Syracuse, mungkin?"

"Aku baru dapet kerja enak di sini Kyra, ngapain kuliah lagi? Entar dulu lah mikirin kuliah."

"Terus?"

"Terus apa?"

"Mau kemana Kakaknya?"

"Nggak kemana-mana."

"Bohong."

"Kamu mau cerita apa?" Kak Theo mengalihkan pembicaraan. Sepertinya dia memang tidak ingin menyampaikan masalah ini padaku.

"Aku nggak bilang mau cerita loh."

"I know you have something to tell. Satu-satunya orang yang kepikir sama kamu buat kamu curhatin aku kan Kyra? Aku akan dengerin untuk saat ini. Setelahnya coba kamu cari temen yang lain, perempuan mungkin? Biar kamu nyambung ceritanya."

"Kak Theo udah nggak mau jadi temen aku lagi?" Jujur, aku betul-betul sedih mendengar ucapan yang dilontarkannya.

"Nggak gitu, Kyra." Tangannya menggenggam jemariku di atas meja. Aku sontak melepaskan genggaman tangannya. "Maaf..." Ucapnya lirih.

"Iya Kak, gapapa, Kak Theo kan nggak sengaja."

Kak Theo mengusap mukanya. "Sekarang kamu bisa cerita. I won't go anywhere. I'm here. Always here. Forever here. As your Kak Theo, your friend."

"Janji ya?"

"Iya, perlu pinky promise?"

"Apaan sih kayak anak kecil." Aku tersenyum membayangkannya.

Unwanted | Kim Doyoung ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang