20

5.3K 983 553
                                    

Sebelum baca, coba klik tombol vote dulu 99×


Happy reading.

💮


Setelah kejadian tengah malam di mana aku memimpikan Mami dan Papi, pagi ini aku sudah dapat bertemu dengan Baby Lieb.

Kamar inapku ramai pagi ini. Semuanya antusias dengan keberadaan Baby Lieb. Kiel sampai izin sekolah, bahkan Eve ambil cuti. Semuanya berada di sini, hanya Mas Gandi yang tidak ada karena dia bekerja.

"Mas udah adzanin baby-nya?" Baby Lieb sedang berada di gendonganku saat ini.

Cantik sekali.

Wajahnya lebih dominan mirip Mas Danish, hanya matanya yang mirip denganku.

"Udah dong," Mas Danish ikut mengelus kepala Baby Lieb bersamaku.

"Nggak mau disusuin anaknya, Ra?" tanya Mba Ica.

Ah iya.

Aku mendongak menatap semua orang yang ada di sini. Sebenarnya memberikan kode untuk mereka keluar karena tidak mungkin aku membuka bajuku dihadapan mereka semua. Itu terlalu memalukan bagiku.

"No need to be shy. I've been on your position, si it's okay." Eve yang mengerti pandanganku terkekeh.

"Ada Kiel Mba, aku malu." Ucapku tak enak.

"Hah?" Bukan Eve yang merespons, melainkan Mba Ica.

Mungkin dia mengira aku berbicara padanya, padahal aku sedang bicara pada Eve, panggilan 'Mba' kuberikan karena ada Mama di sini.

Eve terkekeh lagi. "Alright, alright, we'll go outside til you finished breastfeed her."

Mba Ica pun ikut keluar karena Eve mengajaknya, tersisa Mama dan Mas Danish di dalam kamar.

"Sini Mama pegangin dulu bayinya." Mama mengambil alih Baby Lieb, memberiku kesempatan untuk membuka kancing bajuku.

Aku tersendat-sendat saat membukanya. Merasa malu membukanya di depan Mama. Jangankan di depan Mama, di depan Mas Danish saja aku masih merasa malu.

Mama tersenyum geli melihatku. "Udah nggak usah malu. Mama kan dulu ngalamin, Danish juga suamimu lagian."

Ternyata menyusui itu sakit. Kukira tidak akan sesakit ini rasanya. Rasanya seperti.... Aku tidak bisa menjelaskannya.

"Alhamdulillah ASI-nya lancar, Ra. Bayi itu, ketika pertama nyedot, bukan air susu yang keluar. Dia minum darah kamu dulu Ra, abis itu baru air susunya keluar." Jelas Mama.

"Pantesan sakit ya Ma."

"Iya, emang sakit, namanya juga perjuangan Ibu. Ngomong-ngomong, kalian udah nyiapin nama belum?"

Aku melirik Mas Danish, siapa tahu dia antusias dengan keberadaan Baby Lieb sampai sudah menyiapkan nama. Siapa tahu.

"Mas udah cari-cari nama sih. Naura atau Aura. Menurut kamu bagusan yang mana?"

Jangan menyebutku berlebihan. Tapi aku sangat bahagia dengan fakta Mas Danish juga memikirkan Baby Lieb. Kukira di otaknya hanya ada Mba Ica dan Rezvan saja.

"Kalau Mama lebih ke Aura, Rara gimana?"

"Dua-duanya bagus kok, menurut Mas aja gimana."

"Mas nurut Mama aja Ra. Aura ya namanya?"

Unwanted | Kim Doyoung ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang