3

6.6K 883 325
                                    

Ada adegan itunya, tapi nggak aku jelaskan. Yasudahlah, aku percaya yang baca ini sudah cukup umur dan cukup dewasa untuk mengerti yang seperti itu hanya boleh dilakukan sama pasutri. Ciyaaaa

Ohiya, vote dulu atuh kak.

Happy reading.

💮

"Nah nah ngirim pesan lagi nih dia" Mas Danish menujukkan ponselnya padaku.

Mas Danish mulai membacakan pesan itu dari awal.
"Tadi selamat sampai rumah kan? Maaf nggak anter sampai depan rumah. Soal yang tadi nggak usah diganti, haha. Saya cuma pengen nomor kamu supaya kita bisa temenan kok. Soalnya saya belum punya temen sejak balik ke sini." Mas Danish mengernyit.

"Siapa sih ini nggak jelas banget. Mana foto profilnya laki-laki lagi, geli Mas."

Yaah, aku bisa menebak si pengirim pesan. Pasti Theodore. Aku memang sengaja memberinya nomor Mas Danish alih-alih nomorku tadi. Tidak ada alasan khusus, hanya ingin saja.

"Ohh itu Mas, laki-laki tadi pas aku belanja."

"Kok punya nomor Mas?"

"Tadi kan aku lupa bawa dompet, jadi nggak bisa bayar belanjaan. Terus dia bantuin aku kan, pas aku mau transfer uangnya malah hp aku mati, jadi aku tinggalin nomor hp aja, aku kasih nomor Mas."

"Lah kenapa ngasih nomor Mas?"

Aku kan ingin menjaga hati sekaligus memberitahukan pada Mas kalau aku ini setia.

"Gapapa, pengen aja."

Mas Danish menggeleng. "Ada-ada aja kamu ini."

Mas Danish lalu membalas pesan yang dikirim Theodore tadi.

"Bales apa, Mas?"

Mas Danish tersenyum. "Seperlunya."

Aku memilih tidak membalas perkataan Mas Danish dan lanjut menonton televisi.

"Ra," panggil Mas Danish.

"Kenapa Mas?"

Kalau boleh jujur, jantungku berdetak lebih cepat saat ini. Aku takut Mas Danish ingin bicara tentang hal yang kemarin tidak jadi dia bahas. Demi apapun, aku belum siap berpisah dengan Mas Danish.

"Kamu kemarin haid tanggal berapa?" tanyanya.

Ah, aku sudah tau kemana arah pembicaraan ini.

"Tanggal 18, Mas"

"Sekarang tanggal 2 kan?"

"Iya, Mas."

"Berarti.....kamu lagi masa subur?"

Aku mengangguk pelan.

"Boleh, Ra?" tanya Mas Danish.

Kali ini, aku mengangguk lagi dengan senyuman. "Udah kewajibanku, Mas."

"Haha, ke kamar, yuk?"

"Ya iya mas masa mau di sini." balasku tertawa. Mas Danish pun ikut tertawa.

"Ayo berdoa dulu," ucap Mas Danish.

Dalam hati masing-masing, kami pun melantunkan doa.

Aku memulainya dengan mengucap basmallah, dilanjut dengan takbir dan tahlil, lalu surah al-ikhlas dan membaca doa.

'Bismillahil 'aliyyil 'azhim. Allahummaj'alhu dzurriyyatan thayyibah in qaddarta an takhruja min shulbi. Allahumma jannibnis syaithaana wa jannibis syaithaana ma razaqtanii'

Unwanted | Kim Doyoung ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang