Chapter Lima Puluh Tujuh | Sekadar Saran

212K 20.9K 6.2K
                                    

Maafkan cukup lama update, dua hari kemarin lagi gak enak badan dan bener-bener di kasur gak turun😭😭😭

Now Playing | Rio Febrian - Maafkan

Selamat membaca cerita Melodylan

Selamat membaca cerita Melodylan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian Liam Puluh Tujuh

Berilah jeda, biarkan lukanya sembuh terlebih dahulu agar tidak kembali saling menyakiti ketika kita bersama lagi nanti

***

Sejujurnya saat ini Melody ragu untuk sleepover di rumah Bella. Dia pasti merasakan canggung, karena dia tidak sedekat itu dengan sahabat Dylan. Terlebih dia pernah menyalahkan Bella atas beberapa kejadian, namun semakin lama Melody sadar dia terlalu fokus akan dirinya sendiri dan enggan bersosialisasi.

Mobil Dylan sudah sampai di depan gerbang rumah Bella. Melody bisa melihat halaman depan rumah Bella ada taman yang terawat, dihiasi dengan lampu taman. Meskipun malam, tetap masih terlihat indah.

"Ayo," ajak Dylan

"Kak, gak jadi apa ya?"

"Gue udah bilang Bella, kata dia oke."

"Gapapa beneran?"

"Ya."

"Gak enak."

"Enakin."

"Ih... kan gak deket," ujar Melody

"Dibuat deketlah."

"Ih ngeselin," cibir Melody

"Mau turun sendiri atau gue seret?"

"Dikira gendong, orang mah dikasih pilihan itu sendiri atau gendong ini di seret," keluh Melody, sementara Dylan menatapnya dengan tatapan datar. Pemuda itu menatap ke arah Melody.

"Mau di gendong?" tawarnya dengan nada datar

"Aish..." Melody tak habis pikir dengan pemuda itu, sekali menyebalkan akan terus menyebalkan.

Seolah apa yang baru saja dia katakan tidak berarti apapun, kalimatnya seperti tengah menggoda padahal bukan seperti itu. Akhirnya Melody turun dari mobil yang kini disusul oleh Dylan yang langsung masuk saja tanpa meminta sang tuan rumah menjemputnya ke depan.

Memang tidak ada adab ini cowok.

"Kak, yang sopan kek," tegur Melody, "main masuk aja seenaknya udah kaya rumah sendiri."

Dylan hanya menaikkan bahunya, dia membuka pintu rumah Bella. Melody berdecak kesal, namun dia mengikuti pemuda itu yang kini duduk di sofa. Melody masih beridiri di ambang pintu.

"Sini, duduk." Dylan menepuk tempat di sebelahnya dan Melody menggeleng dengan cepat.

"Lagi marhaba lo atau konser? Berdiri begitu," ketus Dylan

MeloDylan 2 (Retrouvailles)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang