Bagian Lima Puluh Empat | Lupakan, Aku sudah tak peduli

266K 23.4K 8.3K
                                    

Udah lama gak nulis disini.

Karena di Sagara udah diceritain dari sudut pandang Alice, sama alasan kenapa dia minta Dylan yang laporin Fathr. Jadi, disini bakalan dikasih sudut pandang Fathur biar adil.

***

Now Playing | Calinn - Will You Be Mine

Aku memang menyayangimu tapi bukan berati aku bodoh dengan tetap bersamamu ketika kamu melakukan banyak kesalahan. Aku melepasmu, aku tidak bisa bersama dengan seorang pengecut sepertimu.

***

Dylan datang ke rumah Melody jam 9 pagi, sesuai dengan apa yang dia sampaikan kemarin malam. Tapi, sepertinya dia tidak mendapatkan keinginannya. Karena, Melody sudah pergi ke kampus bersama dengan Louis.

"Loh Melodynya udah berangkat tadi sama Louis, jam setengah 8," ujar Nada saat dia mendapati Dylan datang ke rumahnya.

"Hah?" Dylan terkejut dengan fakta yang baru saja dia dapatkan. Tapi, kemudian dia menyunggingkan senyumnya.

"Oh... iya tante."

"Tante gak tau kalau nak Dylan mau jemput kesini."

"Salah Dylan juga sih, gak konfirmasi lagi ke Melodynya."

"Coba di telepon aja, ada sesuatu yang penting?"

Dylan menggeleng pelan, "Gak juga sih, kalau gitu Dylan pamit pulang dulu ya."

"Iya, hati-hati yaa."

Di sepanjang perjalanan pulang dia hanya memikirkan. Mengapa Melody tidak mengabarinya kalau dia pergi dengan Louis, kalau dikabari kan Dylan tidak akan susah-susah datang ke rumahnya pagi ini.

Ponselnya berbunyi, ternyata orang yang sedang dipikirkan menelponnya.

"Kenapa?" tanya Dylan langsung pada intinya.

"Disuruh Bunda buat telepon," jawab Melody dengan nada suara sedikit kesal, "Ngapain ke rumah?"

"Lo kok pergi duluan?"

"Kita ada janji emang kak?"

"Loh semalem gue bilang bakal jemput jam 9."

"Aku belum ngeiyain tuh."

"Lo kok jadi ngeselin sih?"

"Terus kenapa? Kak Dylan aja yang boleh ngeselin?"

"Bales dendam?"

"Enggak, gak nyaman aja kalau kak Dylan baik sama aku. Biasa aja, boleh?"

"Biasa gimana?"

"Iya, gak usah dateng ke rumah mau jemput mau nganterin mau kemana. Aku ga perlu, bisa kan jaga jarak? Karena temen doang gak harus jemput atau nganterin tiap hari, takutnya nanti aku salah persepsi malah repot."

"Kok ngegas?" Balas Dylan, "Yaudah sih, kalau lo gamau biasa aja."

"Iya, aku ga ngerti kenapa kak Dylan baik sama aku sekarang. Kalau kak Dylan kesepian karena Alice pergi, maaf kak aku gabisa nemenin kakak cuman buat jadi pelampiasan doang. Kesibukan aku banyak, bukan cuman ngurusin orang yang lagi patah hati."

Dylan mengerutkan dahinya, bingung. Namun dia berpikrian bahwa apa yang dipikirkan Melody terlalu jauh. Dia hanya sekadar berbaik hati untuk menebus kesalahannya. Tidak ada maksud lain, apalagi untuk mendekati gadis itu kembali.

Dia juga berpikir panjang, perasaannya kepada Alice masih sangat tinggi. Tidak mungkin untuknya mencari pelampiasan atas rasanya.

Melody berubah, dia bukan lagi seorang gadis yang penurut.

MeloDylan 2 (Retrouvailles)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang