21. Firasatku Ternyata Benar

1.6K 114 18
                                    

Sedetik tanpamu saja, aku sudah gelisah. Apa cinta itu semenyiksa ini? Aku tak sanggup berjauhan darimu.
__________________________________________________

Ridho terus saja bergerak gusar dalam tidurnya. Keringat sudah membasahi wajahnya. Tampak raut ketakutan yang sangat tergambar disana.

"Putri!!"

Ridho tiba-tiba bangun dari tidurnya dengan meneriaki nama Putri. Pemuda itu mengusap wajahnya kasar. Hatinya tiba-tiba merasa tak tenang dan ada yang mengganjal.

"Kenapa gue mimpiin cewek itu sampe segininya?" gumam Ridho yang merasa aneh pada dirinya.

Dia belum terikat apapun bersama Putri. Namun hati dan pikirannya terus dipenuhi oleh gadis itu.

"Kenapa gue aneh gini sih,"

Ridho dengan tak sabaran menyambar segelas air putih dimeja dan meneguknya habis. Menaruh gelas itu kasar kembali ke meja. Menatap jam dinding yang masih menunjukkan jam 11 malam.

"Dari pada gue gelisah gak jelas kayak gini mungkin lebih baik gue shalat aja" gumam Ridho yang tadi sempat melupakan shalat Isya' nya.

Pria itu berjalan untuk mengambil wudhu. Setelahnya, menunaikan shalat sekaligus mendo'a kan Putri agar gadis pujaannya itu baik-baik saja.

****

30 menit setelah Rizki menghubungi Lesty, gadis itu datang bersama Ridwan, Randa, dan Rara. Mereka berjalan terburu-buru menghampiri Rizki dan orang tuanya. Lesty dan Rara sedikit kaget melihat wajah Utti. Tak salah lagi, dia adalah seseorang yang Rara bilang sedikit mirip dengan Putri saat mereka dibutik itu. Ternyata pemikirannya benar. Utti adalah ibu kandung Putri.

Namun kedua orang itu dengan cepat menguasai diri. Bukan waktunya memikirkan itu.

"Ki, Putri gimana?" tanya Lesty pada Rizki yang terlihat begitu kacau.

Dengan lemas pemuda itu menggeleng. Lesty menatap sedih Rizki, lalu memeluk erat kekasihnya itu.

"Percaya sama Allah, Putri pasti bisa melewatinya,"

Rizki hanya bisa mengangguk kembali. Lalu membalas pelukan Lesty.

"Duduk dibangku ya, Ki." ajak Lesty, Rizki mengangguk lalu berpindah duduk dikursi tunggu. Diikuti Lesty disampingnya. Randa, Rara, dan Ridwan hanya berdiri cemas.

Klekk..

Semua mata tertuju pada pintu ruang UGD yang dengan perlahan terbuka. Tampak Dokter Ikhsan keluar dari ruangan itu dengan keringat yang membanjiri wajahnya.

"Dokter bagaimana keadaan anak saya?" tanya Utti tak sabar. Ramzi hanya dapat mengusap punggung istrinya itu.

"Alhamdulillah, Putri berhasil melewati masa kritisnya. Dan ekarang, Putri akan dipindahkan keruang rawat. Berdo'a terus ya Pak, Buk," ucap Dokter Ikhsan tersenyum. Lalu berjalan meninggalkan mereka semua yang bernafas lega.

Setelah Putri dipindahkan ke ruang rawat VVIP di Rumah Sakit itu, para sahabatnya masih dengan setia menunggu Putri yang tak kunjung sadar. Utti sedari tadi duduk dikursi samping ranjang Putri sambil menggenggam tangan mungil itu. Randa, Ridwan, Rara dan Ramzi duduk disofa yang sama, sedangkan Rizki dan Lesty duduk berdua disofa yang lain. Memang ruangan itu terdapat beberapa sofa karena luas.

"Lebih baik kalian pulang aja dulu," ucap Rizki yang sekian lama tak membuka suara. Pria itu baru saja melihat jam tangannya dan sedikit terkejut mendapati waktu sudah pukul 02.11 dini hari.

ARTI CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang