26. Takdir Yang Pahit

1.4K 136 20
                                    

Kita tak akan tau jalannya takdir.
Yang kita bisa hanyalah mengikuti jalannya takdir itu. Seburuk apapun, segelap apapun. Kita tak akan bisa merubah takdir yang sudah digariskan Tuhan..
__________________________________________________

Ridho berjalan gontai memasuki rumahnya. Pikiran pemuda itu sudah kacau balau sekarang. Bayang-bayang gadis yang dicintainya akan pergi terus saja melayang di kepalanya.

"Ridho, kamu baru pulang, Nak? Ayo makan dulu,"

Ridho sama sekali tak menggubris ucapan Ibunya yang duduk dimeja makan itu. Dia tetap berjalan lemas menaiki tangga rumah.

"Ridho?"

"Ridho capek, Ma. Mau istirahat," jawab Ridho pelan namun masih bisa didengar oleh ayah dan ibunya yang ada dimeja makan.

Ridho membuka pintu kamarnya dengan gerakan pelan. Gelap. Itulah suasana kamar Ridho sekarang. Namun Ridho sama sekali tak peduli. Dia melempar tas dan almamater sekolahnya asal, lalu duduk dilantai dan bersandar diranjang.

"Kenapa.." lirih Ridho dengan sendu. Air matanya kembali bercucuran takkala mengingat ucapan Rizki tadi.

"Kenapa.."

Ridho meremas rambutnya kuat. Dia kalut. Dia hancur. Dia ingin berteriak pada takdir agar merubah semua kenyataan buruk yang dia terima. Tapi dia siapa? Dia hanyalah manusia biasa. Yang tak akan bisa merubah takdir yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Tak akan bisa.

"Kenapa disaat hamba merasakan yang namanya jatuh cinta, engkau memberikan cobaan yang seberat ini, Ya Allah," gumam Ridho ditengah tangisnya.

"KENAPA TUHAN?!" teriak Ridho frustasi. Lelaki itu menangis keras ditengah kegelapan yang menyelimutinya.

"Gue harus apa?" tanya Ridho pada dirinya sendiri. Dia menutup wajahnya yang sudah sangat basah itu.

"Gue cinta sama Putri. Gue gak mau di kesakitan. Gue gak mau dia pergi. Gak mau.."

Dia memeluk lututnya erat. Seakan dia sudah terjebak terlalu dalam oleh ketakutannya sendiri.

****

Malam kini sudah berganti dengan pagi yang cerah. Tampak Ridho berjalan dengan tak bersemangat keluar dari rumahnya. Dia mendongak saat ada sepasang sepatu didepannya.

"Udah gue duga," ucap Rizki yang berdiri dihadapan Ridho itu.

"Lo kenapa disini? Putri mana?" tanya Ridho sambil mengedarkan pandangannya disekitar mobil Rizki.

"Gue disini buat jemput lo. Gue tau lo sekarang lagi kalut. Dan Putri, dia berangkat naik motor," jawab Rizki dan langsung mendapat pelototan dari Ridho.

"Naik motor? Kenapa lo gak larang?" tanya Ridho tajam.

"Dia juga butuh sedikit kebebasan, Dho. Gue sadar itu. Dia gak bisa dikekang terus. Lagian motor itu udah jadi belahan jiwanya," ucap Rizki menjelaskan.

Ridho tak membalas lagi. Pemuda itu kembali menunduk dan berjalan memasuki mobil Rizki.

Sedangkan Rizki, dia menghela nafas berat melihat sahabatnya itu terpuruk. Dia menyesal karena telah menceritakan perihal penyakit Putri kepada Ridho. Tapi mau bagaimana lagi. Ridho harus tau. Dia tak mau suatu saat Ridho meninggalkan adiknya karena baru mengetahui penyakit adiknya itu.

ARTI CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang