37. Selalu Bersama Selamanya

1.2K 81 0
                                    

Saat satu sahabat terjatuh, sahabat yang lain tak akan meninggalkannya. Bahkan mereka akan membantunya. Sampai titik darah penghabisan.
Itulah yang disebut sahabat sejati..
__________________________________________________

Putri memutar-mutar kunci motornya sambil bersenandung kecil menuruni satu-persatu anak tangga dirumahnya.

Kepalanya menoleh kekanan dan kekiri guna melihat keadaan rumahnya. Sepi. Itulah yang dia tangkap. Hanya beberapa pelayan rumahnya yang ada di rumah itu.

Putri mengedikkan bahu acuh. Bukankah bagus jika tidak ada orang tua dan kakaknya di rumah itu. Dia tak perlu memberi alasan kenapa dia pergi keluar rumah malam-malam begini. Pastilah mereka akan melarang Putri apapun alasan yang Putri gunakan.

"Eh, Non. Mau kemana atuh? Barusan teh Den Rizki yang pergi. Sekarang Non Putri," ucap Pak Ujang. Supir Papanya.

Putri meringis kecil. Berusaha mencari alasan supaya dia diperbolehkan keluar rumah malam ini. Seluruh orang dirumah ini menjaganya begitu ketat, hingga dia pun tak punya ruang untuk leluasa bergerak. Sangat berbanding terbalik dengan kehidupannya dulu yang sangat bebas.

"Bapak punya temenkan?" tanya Putri yang membuat Pak Ujang bingung. Untuk apa Non nya itu menanyakan soal teman.

"Punya atuh, Non. Non ngejek Bapak ya, mentang-mentang Bapak cuma supir terus Bapak gak punya temen, gitu" ucap Pak Ujang yang sedikit sewot. Putri, menghela nafas pelan. Heran dengan sifat supir Papanya itu yang sensitif.

"Bukan gitu, Pak. Bapak pernah kangenkan sama temen bapak karena udah lama gak ketemu?" Pak Ujang hanya mengangguk-anggukan kepalanya menjawab pertanyaan Putri.

"Nah! Itu yang Putri rasain. Putri kangen banget sama temen-temen Putri. Putri boleh keluar 'kan?"

Putri mengedip-kedipkan matanya berusaha merayu Pak Ujang. Namun yang dia dapat hanya tatapan bingung dari Pak Ujang. Membuat Putri mendengus kesal.

"Pak!"

"Eh, iya Non! Aduh, Non teh jangan suka ngagetin saya atuh. Kalau saya jantungan gimana," ucap Pak Ujang sambil mengelus-elus dadanya. Kaget dengan teriakan mendadak Putri.

"Ya abisnya, Bapak ditanya malah bengong."

"Ya maaf, Non. Abisnya Non lucu kayak tadi,"

Putri memutar bola matanya jengah. Dia melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. Oke, dia sudah menghabiskan 10 menit untuk berdebat dengan Pak Ujang.

"Jadi, saya boleh pergi gak?"

"Jangan-"

"Bapak gak kasian sama saya? Saya kangen banget, Pak. Sama temen saya," ucap Putri memelas. Dia sudah tau lanjutan kalimat Pak Ujang tadi, sehingga dia langsung memotong ucapan supir itu.

Pak Ujang terlihat seperti berpikir, lalu melihat jam tangannya lama.

"Yasudah. Non teh boleh pergi. Tapi jangan lama-lama yah. Bapak teh takut Non kenapa-napa," ucap Pak Ujang akhirnya.

"Siap!" seru Putri senang, lalu menaiki motornya yang sudah lumayan lama tak dia gunakan.

"E-eh! Non teh pakai motor?" tanya Pak Ujang kaget.

Putri mengangguk singkat, lalu menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Membuat Pak Ujang panik seketika.

"Haduh! Ini teh gimana? Non Putri kan dilarang naik motor sama Tuan."

ARTI CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang