9. Menyesali Semuanya

1.6K 108 14
                                    

Maaf, tapi aku sudah terjerumus kedalam pesonamu. Aku tidak bisa mundur. Yang akan ku lakukan hanya maju. Mendapatkanmu.
__________________________________________________

Putri baru saja keluar dari toilet wanita untuk mengganti bajunya. Dia menundukkan kepala. Menatap sepatu biru yang ia kenakan, lalu tertawa kecil.

“Selamat datang penderitaan. Selamat tinggal kebahagiaan” gumam Putri lalu berjalan meninggalkan area toilet itu.

Mungkin karena melamun, Putri tak sengaja menabrak seseorang.

Brukk...

Tak sampai terjatuh, karena tabrakan itu tak terlalu keras. Putri dan orang itu sama-sama mendongak.

“Eh, lo lagi” ucap orang itu yang ternyata adalah Rizki. Putri menatap datar Rizki lalu hendak meninggalkannya. Namun Rizki menahan lengan Putri.

“Eh tunggu” cegah Rizki. Putri menepis tangan Rizki lalu bersedekap.

“Ada apa?”

“Lo gak papa?”

Putri mengerjit heran mendengar pertanyaan Rizki. Tak mengerti maksud pria itu.

“Gue? Emang gue kenapa?” tanya Putri bingung.

“Kemaren.. Kayaknya lo gak baik-baik aja” ucap Rizki ragu. Ia memang benar. Sangat jelas Rizki melihat Putri yang lemas dan mimisan.

“Gue baik-baik aja atau enggak itu urusan gue. Lo bukan siapa-siapa gue. Jadi gak ada urusannya sama lo, Rizki” ucap Putri ketus lalu meninggalkan Rizki. Tangan Rizki mengepal. Entah mengapa hatinya terasa teriris mendengar ucapan Putri yang ketus itu.

Rizki tersenyum hambar. “Karena lo mirip sama Isna. Dan entah kenapa setiap gue ngeliat lo, gue merasa gue ngeliat Isna gue. Rasa kangen gue hilang saat gue dideket lo, Put”

*****

Ridho menuruni tangga dan berjalan menuju ruang makan. Ia duduk disalah satu kursi disana. Ayahnya tampak sedang membaca Koran. Sedangkan Ibunya sedang menyiapkan sarapan. Dirumah mewah dengan dua lantai itu hanya ada 1 pembantu dan 1 tukang kebun. Ibunya yang menginginkannya. Beliau berkata, lebih baik mengerjakan sendiri selagi masih bisa.

“Ridho mau makan apa nak?” tanya Inul, sang ibu lembut. Ia hendak mengambilkan sepiring nasi untuk Ridho, namun Ridho segera mengambil alih piring itu.

“Ridho bisa sendiri Ma” ucap Ridho lalu mengambil makanannya. Inul hanya tersenyum lalu mengambilkan makanan untuk suaminya.

Sejenak, hening suasana diruang makan itu.

“Dho, Mama udah siapin bekal kamu. Kali ini harus dibawa ya” ucap Inul lembut sembari memasukkan sesendok nasi kemulutnya.

Memang ia anak tunggal dikeluarga ini. tapi ia tak suka dimanja. Ini itu harus diatur.

“Ridho itu udah gede Ma. Mau dibilang apa nanti Ridho sama temen-temen Ridho” kata Ridho tak suka.

“Ridho, makanan diluar itu gak sehat. Lebih baik kamu bawa bekal dari rumah” ucap Inul lagi. Ridho yang mendengar itu, langsung membanting sendoknya. Dia meraih tasnya lalu pergi meninggalkan ruang makan itu.

“Ridho---”

“Ma, udah. Ridho itu udah besar. Dia bukan anak kecil lagi. Dan ingat Ma. Ridho itu laki-laki. Dia harus menjunjung tinggi harga dirinya sebagai lelaki. Mama harus mengerti Ridho” ucap Beniqno menasehati istrinya. Inul hanya mengangguk lesu.

ARTI CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang