43. Demi Adikku

1.3K 119 36
                                    

Aku merasa gagal. Aku kakak yang tak berguna. Aku membiarkannya terjebak didunia menyeramkan. Dunia diujung kematian.
__________________________________________________

Semua mata memandang dengan tatapan berbinar kearah Ridho yang sedang mengerjabkan matanya.

Pemuda itu berusaha menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya lampu yang menyilaukan.

Saat pandangannya sudah jelas, dia menatap sekeliling. Betapa heran dan terkejutnya dia saat mendapati teman-teman beserta orang tuanya ada di dekatnya.

"Kalian" gumam Ridho pelan.

Ridho terlihat sedang berusaha mengingat sesuatu. Dan saat dia sudah mendapatkan apa yang harus dia ingat, Ridho menatap teman-temannya penuh tanya.

"Putri.. Gimana Putri?"

Semuanya tegang. Karena mereka pun tak tahu sekarang Putri ada dimana. Apakah gadis itu sudah bersama Rizki atau belum.

"Jawab!" sentak Ridho membuat semuanya terkejut.

"P-Putri.. Tadi dia nyuruh gue dan Rani buat bawa lo duluan karena dia gak mau lo kenapa-kenapa"

"Jadi kalian ninggalin Putri sendiri?!" bentak Ridho memotong ucapan Shania.

Shania dan Rani menggeleng kuat.

"Enggak. Tadi Shania udah nelfon Rizki buat jemput Putri" ucap Rani.

"Terus sekarang mereka dimana? Putri gue dimana?!" tanya Ridho dengan nada tinggi. Namun itu berdampak buruk untuknya. Dia merasakan nyeri dibagian perutnya.

"Aw!"

"Ridho udah! Gue yakin Putri aman sama Rizki. Bisa aja kan Rizki bawa Putri pulang. Lo lebih baik jangan banyak gerak dulu. Lo belum sehat" seru Irwan dan di angguki oleh teman-temannya.

Ridho terdiam. Dia berusaha menerima penjelasan Irwan. Dia berusaha berpikir positif. Namun dia tak dapat membohongi perasaannya. Perasaan yang tak enak. Dia takut terjadi apa-apa pada Putrinya.

"Lo istirahat aja lagi. Gue mau beli minum, ada yang mau?" tanya Irwan.

"Beli'in semua aja, Wan" usul Nabila.

"Okay. Gue keluar dulu"

****

Rizki menyeka airmatanya kasar. Memandang sendu adiknya yang sedang menutup matanya rapat.

"Kakak juga sayang Putri" gumam Rizki lalu bangkit berdiri dengan Putri digendongannya.

Dia menatap sekeliling hutan itu kembali. Lalu kakinya mulai melangkah.

Dalam diam Rizki terus berjalan. Melewati pohon-pohon, dedaunan kering, dan kayu yang berserakan.

Langkahnya terus menjauh. Tak memperdulikan penampilannya seperti apa. Rambut acak-acakan. Air mata yang belum kering. Wajah yang terdapat banyak bercak darah. Kemeja putih yang sudah dipenuhi darah, dan sepatu yang sudah sangat kotor.

Dia juga tak peduli ada banyak binatang buas di hutan itu. Yang dia inginkan sekarang adalah jalan keluar dari hutan ini.

Pluk..

Rizki menunduk. Melihat tangan adiknya yang terkulai lemas. Dia menggeleng pelan. Air matanya kembali mengalir. Rizki menunduk, mencium kening adiknya dalam.

"Jangan ambil dia, Tuhan" gumam Rizki sembari mempercepat langkahnya.

Tiba-tiba Rizki terhenti. Dia memandang jembatan yang menjulang dihadapannya. Jembatan yang hanya terbuat dari satu batang pohon kayu.

ARTI CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang