Meski sakit ini tak terkira. Namun pada akhirnya Arti Kehilangan mengajariku Arti Cinta yang sesungguhnya.
__________________________________________________
Dengan senyuman yang amat bahagia, Devano keluar dari ruangan Dokter Ikhsan. Lupa akan seseorang yang menungunya sedari tadi di depan ruangan itu dengan wajah muram.
"Dev,"
Senyum Devano hilang, namun setelah tau siapa yang memanggilnya, senyumannya kembali terukir.
"Shania! Cocok!" seru Devano bahagia seraya menarik sepupu tersayangnya itu ke dalam pelukannya.
Dengan tangan yang gemeratar, Shania berusaha membalas pelukan sepupunya. Perasaannya benar-benar tak karuan sekarang. Terjebak antara dua rasa. Senang dan sedih. Senang karena sahabatnya akan segera sembuh dari penyakit mematikannya, sedih karena sepupunya sendirilah yang akan berkorban untuk kesembuhan sahabatnya.
"Lo yakin kan, Dev?" tanya Shania lirih.
"Yakin. Sangat yakin!" tegas Devano yang manis setia memeluk Shania.
****
Tawa terus saja terdengar di halaman belakang rumah megah itu. Kebahagiaan yang sangat terlihat tengah menyelimuti segerombolan remaja itu.
"Jadi, dapet gak teloletnya?"
Seketika hening setelah pertanyaan itu keluar dari mulut Rara. Tak lama, Ridwan dan Randa saling pandang lalu sama-sama melemparkan senyuman miring.
"Lo ngeraguin kita?" tanya Randa menatap tajam Rara.
"Ya bukan gitu. Siapa tau kan, kalian berdua udah cerita panjang ke kita sampe buat sakit perut, tapi taunya kalian gak dapet teloletnya." semua mengangguki ucapan Rara.
"Enak aja. Nih, buktinya!" seru Ridwan seraya melempar ringan ponselnya kehadapan Rara.
Rara membuka ponsel milik Ridwan. Tepatnya pada icon yang bertuliskan Video. Dia membuka video terbaru yang ada di ponsel sahabatnya itu. Seketika tawanya kembali meledak. Video yang menunjukkan dua sahabat lagi-lakinya itu yang mengejar sebuah bus dengan motor sport mereke sambil berteriak Om telolet om!
"Sumpah ya, kalian nekat banget." komentar Lesty seraya terkekeh.
"Pada gak ada kerjaan apa?" tanya Putri heran. Gadis itu saat ini sedang dalam posisi tidur di atas rumput dengan kepala ada di atas paha milik Ridho.
"Gak ada. Gue Jomblo, Put. Cari telolet itu bisa buat hati tenang dan damai." semuanya tertawa, tak terkecuali Ridho yang ikut tertawa geli. Namun itu tak berlangsung lama. Pandangan matanya terkunci oleh mata indah milik sang kekasih. Dia menunduk dan mencium kilat kening Putri.
"I love you," ucap lelaki itu tanpa suara.
"Gimana kalo kita juga cari telolet?" semua mata memandang Irwan. Bahkan tak ada dari mereka yang menyadari Ridho dan Putri saling melempar tatapan penuh sayang.
Plakk..
Irwan meringis saat merasakan kepalanya panas karena pukulan dari Rani.
"Kita banyak kerjaan. Gak usah aneh-aneh deh!"
"Kan biar kekinian." mereka kembali tertawa melihat wajah melas Irwan. Sama sekali tak menyadari dua orang yang mengintip mereka dari balik pintu. Orangtua yang amat sangat bahagia melihat anaknya tertawa tanpa ada kesedihan di pancaran matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTI CINTA [END]
RomansaCerita ini adalah cerita kehidupan yang klise. Sangat biasa dan mungkin tak menarik. Berawal dari 5 orang sahabat yang memulai pendidikan barunya di Grand High School, Jakarta. Setelah sebelumnya mereka tinggal di Bandung. 5 sahabat yang sudah seper...