Tak ada yang lebih penting darimu, adik tersayang..
__________________________________________________Sepasang kekasih itu diam sejenak. Sang wanita perlahan meneteskan airmatanya, sambil menatap punggung yang berdiri kokoh didepannya.
"Rid-- Ridho.."
Ridho menunduk. Tangannya menyentuh perutnya yang terasa perih. Pria itu tersenyum lirih saat mendapati darah yang menempel ditangannya. Setidaknya, dia bersyukur karena berhasil melindungi Putri.
Pandangan Ridho kian mengabur. Tubuhnya seketika ambruk didepan Putri.
"Ridho..,"
Dan Putri hanya dapat bergumam serak. Dia terduduk, lalu memangku kepala Ridho. Berusaha membangunkan kekasihnya dengan tepukan yang sangat pelan. Karena jujur, dia sangat lemah sekarang.
"Ridho.. Bangun"
Putri menangis tanpa isakan. Hatinya terasa terhimpit oleh rasa takut. Rasa yang asing untuknya. Dan ini lebih menakutkan daripada ajalnya sendiri.
Apakah.. Ini yang dinamakan rasa takut kehilangannya?
Putri memeluk kepala Ridho dengan tangisnya. Merutuki diri sendiri karena tak bisa berbuat apa-apa. Dia tak bisa membawa Ridho pergi dari sini. Jangankan membawa Ridho, membawa dirinya sendiri untuk melangkah keluar saja dia tak sanggup. Bahkan dia tak bisa apa-apa saat orang tadi kembali mengacungkan pistol kearahnya.
Bugh..
Putri mengangkat kepalanya. Disana, Rani sedang menghajar habis-habisan orang yang menembak Ridho. Sedangkan Shania berlari kearahnya.
"Astaga! Ridho!" pekik Shania kaget. Dia ikut terduduk disamping Putri. Memandang perut Ridho yang bersimbah darah.
"Ridho!"
Kini Rani pun ikut mengelilingi Ridho setelah merasa puas menghajar orang tadi.
"Ki-Kita harus bawa Ridho ke Rumah Sakit" ucap Rani bergetar dan di angguki oleh Shania dan Putri.
"Lo bawa Ridho, gue bawa Putri" ucap Shania.
"Gak bisa!" seru Putri membuat kedua temannya menoleh.
"Rani gak akan kuat bawa Ridho sendiri" ucap Putri yang masih dengan tangisnya.
"Ya terus gimana, Put? Kita gak mungkin ninggalin lo sendiri" ucap Shania dengan nada tinggi.
"Please, Shan. Gue bisa nunggu, tapi Ridho gak bisa. Ini menyangkut nyawa. Gue mohon bawa Ridho dulu"
Shania memejamkan matanya sejenak.
"Oke. Gue akan telfon kak Rizki"
Shania meminta ponsel milik Rani. Lalu menelfon Rizki yang masih dalam perjalanan.
****
Rizki menatap kaca spion mobilnya sebentar. Dibelakang, teman-temannya terjebak lampu merah. Dia mengumpat. Bingung antara menunggu atau mendahului mereka.
Drtttt..
Rizki beralih menatap ponselnya yang bergetar di dasbor mobil. Cepat-cepat dia meraih benda pipih itu dan menerima sambungan telefon.
"Hallo"
"Hallo kak. Lo cepet kesini. Ridho ketembak, dan gue sama Rani mau bawa Ridho ke Rumah Sakit. Lo kesini bawa Putri"
"Apa?!"
"Cepet kak! Putri juga udah lemes banget. Lo udah hapalin jalannya kan?"
"I-Iya. Lo kabarin mereka untuk ke Rumah sakit aja. Nanti gue nyusul sama Putri"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTI CINTA [END]
عاطفيةCerita ini adalah cerita kehidupan yang klise. Sangat biasa dan mungkin tak menarik. Berawal dari 5 orang sahabat yang memulai pendidikan barunya di Grand High School, Jakarta. Setelah sebelumnya mereka tinggal di Bandung. 5 sahabat yang sudah seper...