15. Kami Adalah Saudara

2K 147 31
                                    

Jangan. Jangan bilang kau akan menyerah. Sekalipun kau lelah, tetaplah berjuang.
__________________________________________________

"Janji apa?"

"Janji kamu harus ngelawan penyakit kamu dan sembuh"

Degg...

Jantung Putri terasa ingin lompat dari tempatnya. Perempuan itu meremas jari-jarinya takut.

"A-- Apa?"

Waktu seakan melambat untuk Putri. Sungguh. Ini diluar dugaannya. Tak menyangka jika kakaknya mengetahui hal besar yang sekarang ini ia takutkan.

"Kanker hati.."

Pernyataan Rizki itu sungguh membuat Putri lemas. Pikirannya langsung melayang kepada Om nya. Bukankah Revan sudah berjanji tidak akan memperitahu siapapun? Tapi kenapa Rizki yang bahkan baru muncul sebagai kakak kandungnya pun sudah tau.

"Papa yang kasih tau" ucap Rizki.

"Papa?" Putri bingung. Bukankah papanya belum tau mengenai penyakitnya?

"Papa nemuin hasil tes kamu dikamar"

Putri mengerjabkan matanya berkali-kali mendengar ucapan Rizki. Sejenak dia terdiam, lalu tersadar saat Rizki kembali memeluknya. Gadis itu menghela nafas. Pasrah dengan jalan hidupnya kedepan. Dia tahu, jika semua orang sudah tau akan penyakitnya. Hidupnya tak akan bisa normal seperti biasa.

"Bodoh! Kenapa Kertas itu bisa diliat papa!" jerit Putri dalam hati.

"Kamu mau janjikan sama kakak?" tanya Rizki sendu. Putri dengan susah payah menelan ludahnya dan mengangguk pelan.

"Putri janji. Tapi.. Kalo Putri udah capek. Putri boleh nyerah kan?"

*****

Rizki masih membereskan kamar barunya itu walaupun jam sudah menunjukkan tengah malam. Saat dia memasukan baju kedalam lemari, tiba-tiba dia teringat ucapan Putri yang membuatnya lemas bukan main.

"Putri janji. Tapi.. Kalo Putri udah capek. Putri boleh nyerah kan?"

Sungguh. Rasanya tak sanggup jika membayangkan adik perempuannya itu pergi darinya lagi. Dia tidak ingin kehilangan Putri untuk kedua kalinya. Teringat dulu saat masa kecilnya dan Putri. Dia selalu melindungi Putri. Bahkan dia lebih menyayangi Putri dari pada dirinya sendiri.

"Maafin kakak yang udah pernah bentak kamu pake kata-kata kasar" gumam Rizki saat ia teringat kejadian lampau yang dengan kasarnya Rizki menunjuk wajah Putri dan membentaknya. Dia menduga jika Putri tak menemui Ridho waktu itu karena penyakitnya. Bukankah waktu itu Putri terlihat pucat.

"Kamu gak boleh nyerah, Put" ucap Rizki lirih. Meremas baju yang sedang dipegangnya erat.

*****

Ridho menggeliat saat cahaya mentari pagi masuk kedalam kamarnya. Dia melihat Ibunya tersenyum lembut didekat jendela.

"Tumben kamu bangun telat?" tanya Inul.

Ridho melirik jam weker yang ada dimeja nakas. Pukul 06.05 WIB. Ridho teringat. Setelah shalat subuh tadi, dia tidur kembali karena kantuk yang menyerangnya tak tertahankan akibat terjaga hingga dini hari.

"Yaudah cepet mandi, abis itu sarapan" Ridho mengangguk. Inul berjalan keluar dari kamar anaknya itu.

"Hari yang cerah" gumam Ridho sembari bangun dari tidurnya. Tiba-tiba bayangan wajah Putri muncul. Membuat lelaki itu tersenyum. Lihatlah, Hanya dengan membayangkan wajah Putri saja, dia bisa tersenyum. Efek jatuh cinta memang luar biasa.

ARTI CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang