####Sehun berdiri bersandar pada mobilnya, matanya menatap sosok gadis yang sudah tiga hari tinggal satu atap dengannya. Gadis itu duduk memeluk lututnya menatap hamparan air laut. Sesekali bahunya berguncang seiring isakannya yang semakin terdengar. Malam sudah cukup larut, pantai ini tentu kosong dari pengunjung. Orang waras mana yang mau bermain di pantai tengah malam seperti ini. Namun, Sehun mengerti bahwa gadis itu butuh suasana yang tenang saat ini. Maka dengan sukarela Sehun bersedia berkendara malam hari menuju pantai terdekat.
Jisoo membenamkan wajah di tengah lipatan tangan. Air mata terus mengalir. Ia benar-benar sakit hati. Ia juga sangat kecewa pada Sowon. Teganya Sowon melakukan ini padanya. Bukankah Sowon tau, betapa Jisoo mencintai Taeyong. Jisoo merutuki kebodohannya sendiri, bisa-bisanya ia jatuh cinta pada seseorang seperti Taeyong. Ia benar-benar bodoh. Kenapa juga harus mengesampingkan harga diri demi mengejar cinta seseorang yang jelas-jelas tidak akan bisa ia gapai.
Setelah cukup lama membiarkan Jisoo menangis, Sehun mulai mendekati Jisoo yang masih larut dalam tangisnya. Gadis itu tak peduli dengan angin malam yang menyentuh kulitnya, mengingat ia tak mengganti crop top dan rok mini yang ia kenakan. Sakit hatinya membuatnya tak merasakan dinginnya angin malam.
Sehun mendudukkan diri di belakang tubuh Jisoo. Tangannya meraih rambut Jisoo yang berkibar terkena sapuan angin malam. Entah kenapa sedari tadi Sehun terus menatap rambut indah Jisoo, membuatnya penasaran selembut apa rambut gadis ini, dan ternyata benar, rambut Jisoo begitu halus dan lembut.
Jisoo tersentak saat merasakan rambutnya yang dirangkum oleh seseorang yang sudah mau berbaik hati mengantarkannya ke pantai. Dengan telaten Sehun mengepang rambut panjang Jisoo agar tak terus berkibar tertiup angin. Jangan tanya kenapa, karena Sehun pun tak tau, ia hanya ingin melakukannya. Jisoo pun tak menolak. Karena jujur saja rambutnya yang terus tertiup angin sangat menggangu.
"Ma-maaf ...." Jisoo membuka suara dengan pelan. Ia benar-benar merasa bersalah sekarang. Ia terlalu larut dalam rasa sedihnya sampai lupa diri, dan dengan tak tau malu merepotkan pria yang sudah berbaik hati mau memberinya tempat tinggal.
"Hm." Sehun hanya bergumam, ia masih terus melanjutkan mengepang rambut Jisoo.
Jisoo menggigit bibir. "Ka-kau marah?" tanyanya, Ia mulai was-was. Takutnya pria ini sebenarnya keberatan dengan permintaannya.
"Tidak."
Hening.
Hanya suara ombak dan angin malam yang terdengar. Setelah selesai mengepang rambut Jisoo, meskipun tak begitu rapi. Sehun mengambil tempat di samping gadis itu. Matanya menatap hamparan air laut yang tenang. Jisoo melirik wajah pria di sampingnya.
Tampan.
Satu kata yang terbesit di pikirannya. Pria ini memiliki wajah yang begitu sempurna, dan ke mana saja Jisoo sampai baru menyadarinya. Bentuk wajah yang bagus, alis yang tebal dan terukir sempurna, bulu mata yang lentik untuk ukuran seorang pria, hidung yang mancung, rahang yang tegas, bibir yang ....
Wajah Jisoo memerah seketika. Entah kenapa otaknya tiba-tiba memutar ingatan tentang dirinya yang menyerang pria ini. Pantas saja dalam kondisi mabuk dirinya rela menyerahkan diri pada pria ini, pria di sampingnya ini benar-benar tampan. Padahal mereka sudah tiga hari tinggal satu atap, Tapi kenapa Jisoo baru menyadarinya? Jisoo jadi malu sendiri saat mengingat dirinya sudah pernah merasakan bibir itu.
Merasa diperhatikan Sehun menoleh. "Ada apa?" Pria itu meninggikan satu alisnya
Seksi. Kenapa hanya dengan ekspresi seperti itu pria ini sudah terlihat seksi?

KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Affair✓
Fanfiction"Katanya, bila kau mencintai dua orang wanita. Pilihlah yang kedua, karena kau tak 'kan mencintai yang kedua bila kau mencintai yang pertama. Lalu aku yang nomer berapa, Sehun?" "..." "Ah ... jadi benar kau sudah mulai mencintai istrimu, ya?" "..." ...