Pria itu menopang kepala menggunakan tangan kiri, dengan posisi tubuh berbaring menyamping. Sudah dari tiga puluh menit yang lalu ia terjaga. Namun, tak juga beranjak dari ranjang. Pemandangan pertama saat ia membuka mata terlalu indah untuk dilewatkan. Bibirnya melengkung dengan indah, matanya tak pernah lepas menatap wajah gadis yang saat ini masih terlelap di sampingnya. Jisoo terlihat begitu indah dalam keadaan apapun. Bahkan saat tidur sekalipun.
Sehun terkekeh pelan, kutukan, ya?
Sungguh! Sehun btak menyangka akan terkena kutukan seorang gadis yang selalu ia anggap kekanakan ini. Awalnya, hanya di saat tertentu ia memikirkan gadis ini, melihat kopi, ia teringat Jisoo, melihat laptop, ia teringat dengan Jisoo yang selalu mengajaknya menonton menggunakan laptop, berpapasan dengan motor, ia teringat Jisoo, melihat lampu jalan, ia teringat Jisoo, saat memilih kemeja, ia teringat Jisoo, semakin ia mencoba tidak memikirkan Jisoo, semakin Jisoo menguasai pikirannya. Suaranya, tatapannya, senyumnya, tawanya, marahnya, merajuknya, segalanya. Saat itulah ia sadar, ia sudah kena kutukan. Awalnya memang bimbang, tapi lama kelamaan ia yakin ia sudah jatuh sejatuh jatuhnya pada pesona gadis ini. Sampai tadi malam, ia tak bisa lagi menahan perasaannya, tak peduli meskipun nanti Jisoo menjauhinya, ia sudah tak bisa lagi memendam perasaannya. Akan tetapi, beruntungnya dirinya, cintanya terbalaskan. Jisoo juga memiliki rasa yang sama dengannya, tak ada yang lebih membahagiakan dari cintamu yang bersambut.
Sehun mengulurkan tangan, jarinya merapikan helai rambut yang menutupi wajah damai Jisoo. Pria tampan itu masih terus memandangi wajah gadis tercintanya tanpa ada rasa bosan sama sekali.
Semalam mereka pulang ke rumah Sehun yang memang sudah menjadi rumah untuk mereka berdua. Sehun tak pernah meminta kembali kunci rumah yang ia berikan pada Jisoo. Menandakan bahwa ia telah menjadikan Jisoo pemilik lain dari rumah ini.
Senyum Sehun semakin mengembang, melihat Jisoo yang mulai mengerjapkan matanya dan melenguh samar, sepertinya Jisoo akan terjaga.
"Selamat pagi," sapanya tepat saat Jisoo membuka mata.
Jisoo melirik Sehun yang kini memasang senyum terbaiknya. Jisoo mengerjapkan mata, masih memproses apa yang terjadi. Setelahnya, gadis itu segera terduduk dan menatap Sehun kaget.
"Sejak kapan kau bangun?" tanyanya sambil membenahi penampilannya yang mungkin terlihat berantakan. Ia jadi salah tingkah, apa Sehun sudah lama memandanginya yang masih terlelap.
Sehun tertawa pelan melihat Jisoo yang salah tingkah seperti itu, terlihat sangat menggemaskan. "Setengah jam yang lalu, mungkin," jawabnya santai.
Jisoo menatap Sehun horor. Bagaimana bila ia mengeluarkan suara memalukan saat tertidur, bagaimana bila ia mengeluarkan cairan memalukan dari bibirnya, bagaimana bila ... aduh, jangan sampai Sehun risih melihat caranya tidur tadi, jangan sampai ....
"Kau sangat cantik, Jisoo. Dalam keadaan apa pun, kau tetap cantik."
Lamunan Jisoo buyar mendengar kalimat itu, hilang sudah semua prasangkanya. Wajahnya merona merah, jantungnya kembali berdegup kencang, perutnya seperti tergelitik dan menimbulkan rasa yang menyenangkan. Seindah inikah rasanya jatuh cinta? Kenapa baru ia rasakan keindahannya? Kenapa dulu ia hanya mendapatkan kesakitan?
Sehun bangkit dari posisinya, ia tangkup kedua sisi wajah Jisoo, lalu mengecup bibir Jisoo sekilas.
"Morning kiss, Queen," katanya disertai senyum yang kelewat menawan.
Jisoo mematung sesaat, sebelum ....
"Kyaaaaaaaaa!!!" Jisoo berteriak heboh sambil menutup wajah dengan bantal. Ia masih merasa malu. Ini terasa mendadak, nyatakah ini? Mereka benar-benar sudah menjadi sepasang kekasih? Sungguh? Ini kenyataan? Jisoo tak bermimpi 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Affair✓
Fanfic"Katanya, bila kau mencintai dua orang wanita. Pilihlah yang kedua, karena kau tak 'kan mencintai yang kedua bila kau mencintai yang pertama. Lalu aku yang nomer berapa, Sehun?" "..." "Ah ... jadi benar kau sudah mulai mencintai istrimu, ya?" "..." ...