Tubuh Jisoo membeku seketika, wajahnya memias, tangannya bergetar, matanya sudah berkaca-kaca. Kenapa Taeyong berbicara seperti itu?"Sudah lama aku menunggu saat yang tepat, Jisoo. Aku rasa cukup sudah. Aku lelah—"
"Tapi aku tidak!" potong Jisoo cepat, "Aku tidak lelah mencintaimu, Taeyong." gadis itu masih memaksakan sebuah senyum di bibir, meskipun saat ini hatinya sedang memanas.
"Jisoo, dengar, sekeras apapun kau berusaha aku tak kan bisa mencintaimu"
"Kenapa? Kenapa tak bisa? Sudah bertahun-tahun Taeyong, aku berusaha mendapatkanmu, tapi kenapa kau tak bisa menerimaku?" matanya menatap lelaki di depannya dengan nanar.
Taeyong hanya bungkam, harus bagaimana ia menjelaskan; Taeyong tak tertarik sama sekali pada Jisoo.
"Kau tau? Demi bersamamu ada hati yang aku sakiti. Demi memperjuangkan cintaku padamu, ada hati seorang ibu dan ayah yang telah aku lukai," tutur Jisoo dengan nada pedih.
"Maka dari itu, aku mohon padamu, Jisoo. Aku memohon dengan sangat untuk berhenti mencintaiku."
Jisoo terkesiap, dadanya sakit. Wajah dan nada Taeyong terlihat sangat ingin agar dirinya pergi, tapi kenapa?
"Satu," memejamkan mata, menahan air mata agar tak meluruh, "Beri aku satu alasan kenapa aku harus menjauhi mu?" Suaranya bergetar.
"Kau tak kan bisa menyamai kehidupan bebasku," jawab Taeyong tanpa membutuhkan waktu yang lama.
"Aku pasti bisa, aku akan mencobanya."
"Sungguh?" Taeyong menyunggingkan senyum miring yang meremehkan. Jisoo mengangguk semangat.
"Kau sanggup melihatku bersama wanita berbeda setiap harinya? Kau sanggup melihatku bercumbu dengan wanita berbeda setiap harinya? Apa kau sanggup? Karena itu adalah duniaku." Dunia yang penuh kebebasan.
"Aku sudah sering melihatnya." Ingatan tentang dirinya yang kelewat sering memergoki Taeyong bersama wanita lain berputar di kepala. Bahkan Jisoo pun pernah beberapa kali memergoki Taeyong bercumbu panas dengan wanita lain. Namun, Jisoo masih bertahan sampai sekarang. mau bagaimana lagi, hatinya sudah terlanjur ia berikan pada pemuda ini.
"Kau tak 'kan bisa masuk dalam dunia seperti itu. Jadi berhentilah berusaha."
"Aku tak bisa." Bagaimana bisa Jisoo berhenti mencintai sosok Taeyong semudah itu?
"Aku juga tak bisa." Taeyong tak bisa menerima perasaan Jisoo yang terasa membebaninya.
"Kau menyakitiku lagi." Jisoo menggigit bibir bagian dalamnya, menahan agar isakannya tak keluar di depan Taeyong saat ini.
Kenapa Taeyong tak kunjung berhenti menyakitinya?
Tak cukupkah selama ini Taeyong mematahkan hatinya?
Tak bisakah Taeyong menghargai sedikit saja usahanya selama ini?
Tak bisakah Taeyong mengizinkannya menyelinap sedikit saja dalam hati pemuda itu?
Kurang banyakkah air mata yang tumpah karena rasa cintanya pada pemuda ini?
Taeyong hanya menatap datar wajah menyedihkan gadis di depannya. Sama sekali tak tergambar raut rasa bersalah di wajahnya. Hatinya benar-benar tak tersentuh oleh air mata yang sudah mengenang di pelupuk mata Jisoo. Taeyong rasa cukup sampai di sini saja perjuangan sia-sia gadis itu. Taeyong tak bisa hanya pada satu gadis, dan Jisoo tentu hanya menginginkan menjadi satu-satunya untuk Taeyong, dan disitulah masalahnya; Taeyong tak bisa hanya satu.
Ia suka dunia kebebasan, Taeyong tak ingin dimiliki oleh siapapun.
"Bagaimana dengan perjuangan dan penantianku selama ini, Taeyong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Affair✓
Fanfiction"Katanya, bila kau mencintai dua orang wanita. Pilihlah yang kedua, karena kau tak 'kan mencintai yang kedua bila kau mencintai yang pertama. Lalu aku yang nomer berapa, Sehun?" "..." "Ah ... jadi benar kau sudah mulai mencintai istrimu, ya?" "..." ...