"Hiks ... hiks ... hiks ... huaaaaaa aku terharu Sehun ... hiks ...." gadis itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Menyembunyikan tangisnya yang dari tadi tak kunjung reda. Saking terharunya dengan pernyataan Sehun, ia sampai menangis begini.
"Sudahlah Jisoo, berhenti menangis. Lebih baik kita cepat sarapan, aku harus segera pergi bekerja." Sehun meraih pinggang Jisoo, menurunkan gadis itu dari meja makan, agar ia bisa menata makanan di sana.
Ditatapnya Jisoo dengan pandangan aneh, gadis ini mudah sekali menangis. Sudah sepuluh menit dan Jisoo belum berhenti menangis. Apa dia tak lelah? pikir Sehun. Bukankah semalam Jisoo sudah menangis, dan sekarang dia menangis lagi.
Jisoo mendongak, tangannya mengusap air mata yang membasahi wajah. "Sehun?" Jisoo menatap Sehun dengan mata merahnya sehabis menangis.
"Hn."
"Kita sudah berteman 'kan?"
"Ya," jawab Sehun dengan nada ragu. Aneh saja rasanya menganggap mereka berdua adalah teman.
Di mana anehnya?
Karena mereka berdua pernah tidur bersama, dan menyebut mereka teman seperti ada yang ganjil menurut Sehun.
"Ayo bermain!" seru Jisoo semangat
Sehun mengernyit. Bermain katanya? Apa Jisoo pikir mereka anak kecil?
"Ayo kita saling bertanya satu sama lain tentang diri kita, aku akan bertanya tentangmu, dan kamu akan menanyakan tentang hal yang ingin kamu ketahui tentangku. Ayo!!!"
Sepertinya tak ada nada tanya dalam kalimat itu. Artinya, Sehun tak punya pilihan untuk menolak 'kan?
"Sambil sarapan, ini sudah siang," serunya kemudian. Kali ini ia akan mengalah. Bisa bahaya kalau Sehun menilai dan Jisoo menangis lagi.
"Oke!" seru Jisoo semangat.
Setelah menata sarapan di meja makan, dengan semangat Jisoo mengambil porsi sarapannya "Aku yang memulai."
Sehun mengangguk, menurut saja apa kata Jisoo, yang penting Jisoo tidak menangis, dan Sehun bisa berangkat bekerja.
Satu suap pertama.
"Berapa umurmu, Sehun?"
"Dua puluh tujuh tahun."
"Hemmm ... beda 4 tahun denganku. Sekarang giliranmu." sambil mengunyah makanannya.
Satu suap kedua.
"Kau memotong sendiri rambutmu?"
"Uh ...?" Sendok yang dipegang Jisoo terhenti di depan mulut "Emmm, ya," jawabnya. Sedikit terkejut dengan pertanyaan Sehun, Jisoo kira Sehun tak peduli dengan penampilan barunya dengan rambut pendek.
Sehun mengangguk, lalu kembali menikmati sarapan.
Jisoo mengedikkan bahu, mencoba tak peduli dengan pernyataan Sehun yang di luar ekspektasi.
"Apa pekerjaan mu?" Jisoo kembali memberi pertanyaan.
"Membantu di perusahaan keluarga."
Kali ini Jisoo yang mengangguk sambil menyuapkan makanannya kembali.
"Kau tak ingin pulang ke rumahmu?"
Pergerakan Jisoo terhenti. "Kau mengusir ku?" Matanya memicing tajam.
"Tidak."
"Lalu?"
"Kau tak ingin memperbaiki hubunganmu dengan keluargamu? lagi pula orang yang kau perjuangkan telah menyakitimu." Tanpa melirik Jisoo sama sekali, ia masih dengan tenang memakan sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Affair✓
Fanfiction"Katanya, bila kau mencintai dua orang wanita. Pilihlah yang kedua, karena kau tak 'kan mencintai yang kedua bila kau mencintai yang pertama. Lalu aku yang nomer berapa, Sehun?" "..." "Ah ... jadi benar kau sudah mulai mencintai istrimu, ya?" "..." ...