"Aku kira kau masih tinggal di apartemen itu." Jisoo menarik kopernya memasuki rumah minimalis yang memiliki halaman sangat luas juga asri dengan beberapa pohon di sekitarnya. Matanya menatap sekeliling rumah dua lantai yang terlihat rapi dan bersih ini.
"Kenapa aku harus tinggal di sini, kenapa bukan di apartemenmu?" Kali ini matanya menatap pria yang hanya berdiri menatapnya.
Karena beberapa kenalanku ada yang tinggal di gedung apartemen itu, batin Sehun.
"Aku sudah tak tinggal di sana," jawab Sehun.
"Sejak kapan?"
Sejak menikah, tidak mungkin Sehun menjawab seperti itu 'kan?
"Sejak bekerja." Lagi-lagi ia berbohong.
Jisoo hanya menganggukkan kepala, matanya kembali menyusuri seluruh ruangan yang mampu dijangkau pandangan. Sebenarnya tanggung jawab hanyalah alibinya, kenyataannya ia memang butuh tempat tinggal baru saat ini. Ingin menyewa apartemen lain pun, apalah daya uangnya tak cukup. Kakak laki-lakinya yang menjadi sumber uangnya sedang merajuk dan memberikan uang jajan yang pas-pasan saja. Sebenarnya ia sedang kebingungan untuk mencari tempat tinggal, dan saat melihat pria ini tiba-tiba saja Jisoo memiliki ide untuk sedikit memanfaatkannya.
Tak apa 'kan?
Jisoo tak jahat 'kan?
"Pilihlah kamar yang kau mau, aku akan jarang pulang ke sini karena pekerjaanku yang sibuk." Sehun kembali membuka suara.
Jisoo memicingkan matan, menatap Sehun dengan curigai. "Kau tak akan lari 'kan?" Nadanya terdengar waspada. Jangan-jangan Sehun ingin lari dari tanggungjawab.
"Lari ke mana? Ini 'kan rumahku," kata Sehun.
"Lalu kalau kau jarang pulang ke sini, kau tidur di mana?" Jisoo masih menatap penuh curiga pada Sehun. Meskipun kecil kemungkinan dirinya hamil, tetap saja ia butuh pria ini untuk berjaga-jaga bila hal buruk itu terjadi. Takutnya pria ini malah kabur, lari dari tanggung jawab. Jisoo harus bagaimana bila pria ini lari.
Tidur di rumahku dan istriku, tentu saja Sehun tidak akan menjawab seperti itu, yang ada ia malah menjawab, "Menginap di kantor. Terkadang aku harus menginap bila ada pekerjaan yang tak bisa ditunda," kilahnya.
"Sungguh?" Jisoo masih kurang percaya.
"Ya." Jawab Sehun meyakinkan, dan kali ini Jisoo sudah percaya melihat wajah Sehun yang terlihat sangat serius.
Dalam hati Sehun memuji kepandaian lidahnya. Ia tak percaya bahwa dalam dirinya ada bakat yang terpendam yang baru ia ketahui. Sesungguhnya, rumah ini adalah rumah yang ia siapkan bila ia telah menikah. Ia yang merancang sendiri rumah ini. Rumah yang didominasi oleh dinding kaca dan memiliki halaman yang luas dan asri. Ini adalah rumah idamannya, tapi entah kenapa ia malah membeli rumah lain saat menikah dengan Irene untuk mereka tempati.
Sehun pun tak tau kenapa ia membiarkan gadis asing ini menempati rumah ini, rumah idamannya ini. Rumah yang tak banyak yang tau bahwa Sehun memilikinya, bahkan istrinya sekalipun tak tau keberadaan rumah ini.
Bukankah Sehun punya cukup banyak uang untuk mencarikan tempat tinggal lain untuk gadis ini, tapi kenapa dia malah membawanya pada rumah ini?
Sehun masih mempertanyakannya pada dirinya sendiri.
#####
Sudah tiga hari Jisoo tinggal di rumahnya, sudah tiga hari pula Sehun harus—terpaksa—menginap di rumah ini agar Jisoo tak curiga. Artinya, sudah tiga hari Sehun harus membohongi istrinya dengan alasan pekerjaan. Selama tiga hari ini hubungan mereka berdua masih sama, asing. Mereka hanya bertemu saat sarapan yang Sehun siapkan, setelahnya Sehun pergi bekerja dan saat pulang gadis itu sudah tertidur. Tiga hari ini terasa biasa saja. Tiga hari ini semuanya berjalan normal. Tidak hal spesial yang terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Affair✓
Fanfiction"Katanya, bila kau mencintai dua orang wanita. Pilihlah yang kedua, karena kau tak 'kan mencintai yang kedua bila kau mencintai yang pertama. Lalu aku yang nomer berapa, Sehun?" "..." "Ah ... jadi benar kau sudah mulai mencintai istrimu, ya?" "..." ...