######
"Terimakasih sudah mengantarku pulang." wanita itu membungkuk di depan pintu kemudi mobil yang baru ia tumpangi.
Pria di depan kemudi tersenyum tipis. "Tak masalah, aku senang melakukannya untukmu," katanya masih dengan senyum tipis yang menghiasi wajah menawannya.
"Kalau begitu, aku permisi, selamat malam." Irene tersenyum sopan sebelum berbalik, dan melangkah ke arah rumahnya tanpa berbasa-basi mengajak pemuda yang sudah mengantarnya pulang untuk mampir ke rumah. Bukannya tidak sopan atau tidak tau terimakasih, ia hanya menjaga batasan, bagaimanapun ia adalah seorang wanita bersuami. Tak pantas rasanya mengajak orang asing—terlebih seorang lelaki—masuk ke rumah di saat suami tidak ada di rumah.
"Sampai jumpa, Nona cantik!" seru Taeyong agak keras saat Irene sudah beberapa langkah agak jauh dari mobilnya.
Irene menoleh. "Sudah kukatakan, panggil aku Noona, aku lebih tua darimu," tegurnya, pemuda itu keras kepala sekali. Sudah Irene katakan untuk memanggil Irene dengan sepantasnya.
Senyum Taeyong melebar."Itu tak masalah bagiku, aku bahkan bisa memanggilmu dengan sebutan nama saja, Irene?" katanya sambil meninggikan satu alisnya dengan tatapan menggoda. Dia benar-benar tertarik dengan wanita cantik yang baru ia temui ini. Tidak ada satu pun mantan kekasih Taeyong yang secantik Irene, sayang sekali wanita ini sudah menikah. Namun, bukankah merebut hati istri orang lain itu lebih menantang dan lebih membanggakan?
Irene tak membalas, wanita cantik itu menggelengkan kepala sembari kembali melangkah menuju rumah. Pria nekat, pikirnya. Padahal sudah ia katakan ia bersuami, tapi pria itu tetap saja, ckckck. Irene tak bodoh untuk mengerti maksud dari Taeyong yang memaksanya untuk pulang bersama pria itu. Saat ia sedang menunggu taxi sepulang dari cafe tadi, Taeyong menawarkannya tumpangan. Ia sudah menolak berkali-kali, dan dengan berbagai alasan—paksaan—dari Taeyong, ia akhirnya menerima ajakan pria itu untuk mengantarnya pulang. Akan tetapi maaf saja, meskipun Taeyong pria yang menawan, Irene masih setia pada suaminya, baginya, Sehun adalah pria paling menawan di dunia, tak ada yang bisa menandingi ketampanan Sehun di mata Irene, termasuk Taeyong.
Taeyong melajukan mobil sesaat setelah bayangan Irene tak terlihat. Senyum yang sedari tadi bertengger di bibir belum juga luntur.
Lihat Jisoo! Aku tak 'kan menjilat ludahku sendiri.
Ya, tak seharusnya Taeyong berpikir bahwa dirinya mulai menginginkan gadis bodoh itu. Tak seharusnya ia berpikir ia merindukan gadis itu, yang ada Kim Jisoo lah yang akan selalu memujanya. Dari dulu sampai sekarang akan selalu seperti itu. Lihatlah sekarang, dirinya sudah menemukan wanita yang jauh lebih indah dari Jisoo untuk diinginkan, wanita yang pantas untuk dipuja.
Ah, Bae Irene benar-benar menantang.
#####
"Jadi, kau akan pulang ke rumah orang tuamu?" tanya Sehun sekali lagi
Gadis itu mengangguk. "Ya, seperti yang sudah aku ceritakan padamu. Lagipula," Jisoo mengangkat wajah yang semula menunduk, untuk menatap wajah Sehun yang duduk di sampingnya,"dulu aku mengatakan, akan tinggal di sini sampai periodeku datang 'kan? Saat ini aku tengah datang bulan. Artinya, tanggung jawabmu sudah selesai, Sehun." Jisoo kembali menundukkan kepala, ia dekap makin erat boneka singa di pangkuannya. Entahlah, rasanya ia tak rela untuk meninggalkan rumah ini, ia sudah terlanjur nyaman dengan rumah ini, juga dengan ... Sehun. Bila dia pindah, apakah ia masih bisa seperti ini dengan Sehun? Bila ia meninggalkan rumah ini, artinya ia juga meninggalkan Sehun 'kan?
Uhhh, kenapa rasanya seberat ini?
Kenapa rasanya Jisoo tak rela berpisah dengan Sehun?
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Affair✓
Фанфик"Katanya, bila kau mencintai dua orang wanita. Pilihlah yang kedua, karena kau tak 'kan mencintai yang kedua bila kau mencintai yang pertama. Lalu aku yang nomer berapa, Sehun?" "..." "Ah ... jadi benar kau sudah mulai mencintai istrimu, ya?" "..." ...