Fourteen

3K 420 90
                                    

Suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring, terdengar nyaring dalam suasana hening yang menemani makan malam mereka. Sudah menjadi tradisi dalam keluarga, untuk tidak ada yang membuka pembicaraan saat di meja makan, sampai tiba saatnya makanan penutup dihidangkan, barulah obrolan-obrolan ringan sampai yang serius pun boleh dibicarakan.

Di kursi utama di duduki oleh Oh Siwon selaku kepala keluarga, di sisi kanannya diisi oleh sang istri Tiffany, di sisi kirinya diisi oleh sang putra Sehun, dan di samping Sehun ada istrinya, Irene.

Di belakang mereka, beberapa pelayan mengenakan seragam yang sama berbaris, berjejer rapi menanti majikan mereka selesai dengan makan malamnya.

Saat kepala keluarga meletakkan sendok dan garpu yang ia gunakan, para pelayan segera menyingkirkan menu makanan utama dari atas meja dan menggantinya dengan makanan penutup. Setelahnya para pelayan undur diri, karena ini saatnya majikan mereka memulai pembicaraan.

"Ekhem," Siwon berderhem pelan, "Bagaimana perusahaan yang saat ini kamu tangani, Sehun?" Ia memulai sebelum menyuap makanan penutup di piringnya.

"Cukup baik dan stabil." Sehun menjawab dengan singkat.

Siwon hanya mengangguk singkat sebagai respon. Ia tau putranya bisa diandalkan.

"Jangan terlalu sibu, Sayang. Mama tak ingin kamu sakit karena terlalu sibuk bekerja." Tiffany berujar.

"Tapi mau bagaimana lagi, pekerjaan dan tanggung jawab yang menuntut, Ma." Sehun menjelaskan.

"Jangan memaksakan dir, Sayang." Tiffany menatap lembut putranya. Tatapan khas seorang ibu pada anaknya.

Sehun tersenyum mendengarnya, dapat ia rasakan ketulusan kasih sayang mamanya yang tak pernah berubah meskipun ia sudah mengecewakan sang mama. Pembicaraan terus mengalir di antara mereka.

Sedangkan Irene, sedari awal mendudukkan diri di kursi meja makan, ia selalu menundukkan kepala. Beginilah ia bila di rumah ini, tak ditolak. Namun, juga tak diterima. Wanita cantik itu hanya menjadi pendengar yang pasif, tak berani menimpali pembicaraan mereka.

"Pa, Ma." Sehun menatap bergantian kedua orang tuanya, tangannya meraih tangan istrinya di balik meja membuat Irene segera menatapnya saat merasakan genggaman hangat dari suaminya.

"Iya, ada apa, Sayang?" Tiffany menyahut dengan suara lembutnya.

Siwon hanya menatap putranya, mengisyaratkan agar Sehun melanjutkan kalimatnya.

Sehun menatap istrinya yang juga tengah menatapnya saat ini, ia berikan senyum hangat pada Irene lalu kembali menatap kedua orang tuanya.

"Kami berencana untuk memiliki anak secepatnya," ujar Sehun mantap.

Mata Irene membulat, senyum bahagia merekah di bibirnya. Ia tak menyangka Sehun benar-benar menyampaikan keinginannya pada orang tua Sehun.

"Tidak!" tolak Tiffany cepat.

Irene menggigit bibir bagian dalamnya, sudah ia duga penolakan ini akan terjadi. Sehun mengeratkan genggaman tangannya mencoba menenangkan sang istri.

"Kami sudah dua tahun menikah, Ma. Sehun rasa sudah saatnya kami merencanakan keturunan."

"Bukankah Mama sudah mengatakan, kalian boleh menikah, tapi jangan memiliki keturunan sebelum mama mengizinkan." Tiffany membuang pandangan dari wajah sang putra.

"Tapi sampai kapan, Ma?"

"Sampai Mama bisa menerima kenyataan bahwa menantu Mama adalah seorang—"

"Ma!" Sehun memotong kalimat mamanya yang sudah pasti bila diteruskan akan menyakiti hati istrinya.

Irene semakin menundukkan kepalanya dalam, dadanya terasa sesak, air mata pun mulai bersiap meluncur dari kelopak matanya.

Innocent Affair✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang