Pria itu meringis, pagi-pagi begini matanya sudah disuguhi dengan pemandangan gorden-gorden dengan warna yang menyilaukan mata di seluruh dinding kaca rumah. Terlalu fokus menggerutu dalam hati, membuatnya tanpa sengaja menendang pot bunga yang memenuhi setiap sudut rumah.
"Sial." Satu umpatan keluar dari bibirnya. Sehun memegangi jari kakinya yang terasa sakit akibat menendang satu pot bunga yang terletak di dekat kamar. Jisoo benar-benar ... ah, sudahlah.
Pria itu melangkah sedikit tertatih ke arah dapur. Dalam kepalanya, ia tengah menyusun rencana agar Jisoo mau mengembalikan rumahnya seperti dulu lagi, dengan cara yang halus agar tak menyakiti perasaan gadis itu dan membuatnya menangis.
#####
Irene memakan sarapan dengan hambar. Matanya menatap kursi kosong yang biasanya ditempati oleh Sehun, dengan pandangan kosong. Ia benar-benar merasa kesepian, lagi-lagi Sehun tak pulang. Lagi-lagi Irene harus sendirian. Wanita itu mulai berpikir, kenapa Sehun akhir-akhir ini jarang pulang?
Irene baru sadar, seingatnya dulu Sehun tak seperti ini. Bila pun akan lembur sampai tidak pulang, biasanya hanya tiga kali dalam sebulan. Akan tetapi saat ini, hampir tiap hari Sehun tak pulang. Suaminya tidak memiliki wanita lain di luar sana 'kan? Sehun tidak membohonginya 'kan?
Mendadak Irene merasa cemas. Bagaimana bila dugaannya benar? Bagaimana nasibnya?
#####
"Pagi, Sehun." Jisoo menyapa dengan riang seperti biasa, sambil menarik kursi meja makan untuk ia duduki.
"Hn." Sehun hanya bergumam, pria itu masih berkutat dengan masakannya yang hampir selesai.
Beberapa hari tinggal bersama, membuat Jisoo sedikit paham dengan sifat Sehun yang terkadang cuek dan perhatian di saat yang bersamaan. Jisoo tak masalah dengan itu, yang terpenting Sehun adalah pria baik yang bertanggung jawab.
Sehun meletakkan hasil masakannya ke atas meja yang disambut senyum lebar oleh Jisoo. Masakan Sehun sudah masuk dalam daftar makanan favorit Jisoo. Rasanya benar-benar enak.
"Kau bisa memasak?" Sehun bersuara sesaat setelah mendudukkan diri di kursi seberang Jisoo.
Jisoo mengangguk. Namun, setelahnya menggeleng. Membuat Sehun mengangkat satu alisnya tak mengerti.
"Emmm, sedikit, hanya ala kadarnya saja. Tak sebaik kau dalam hal ini," jelas Jisoo akhirnya.
"Lalu bagaimana kau makan saat aku tak ada di rumah?" tanya Sehun.
"Terkadang aku memasak, tapi terkadang makan di luar."
Sehun mengangguk mengerti. Setelahnya hanya hening yang menemani sarapan mereka. Sehun memakan dengan tenang sarapannya, sedangkan Jisoo memakan dengan lahap masakan Sehun yang selalu terasa nikmat di lidahnya. Sehun hanya tersenyum samar mengamati cara makan gadis itu.
"Jadi, bagaimana hari ini Sehun?"
Mendadak Sehun menjadi sedikit kikuk saat pertanyaan itu terlontar dari bibir Jisoo. Asal tau saja, semalam pria itu sulit untuk tidur memikirkan hari ini, memikirkan ekhem, kencan mereka. Sebisa mungkin pria itu mengatur wajahnya untuk terlihat tenang, berbanding terbalik dengan dadanya yang sedang meletup-letup senang.
Ukh, sedikit memalukan memang, ia pria dewasa, tapi kenapa rasanya ia seperti remaja yang sedang kasmaran saja.
"Kita mau ke mana?" tanya Sehun dengan wajah datar.
"Jadi, kau bisa menemaniku jalan-jalan hari ini," Jisoo memekik tertahan dengan mata yang berbinar, "Bagaimana dengan taman bermain?" serunya antusias
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Affair✓
Fanfic"Katanya, bila kau mencintai dua orang wanita. Pilihlah yang kedua, karena kau tak 'kan mencintai yang kedua bila kau mencintai yang pertama. Lalu aku yang nomer berapa, Sehun?" "..." "Ah ... jadi benar kau sudah mulai mencintai istrimu, ya?" "..." ...