one

5.7K 514 67
                                    

Pria tampan itu meneguk vodka di tangannya dengan raut bosan. Ia tak mengerti, bagaimana bisa ia terdampar sendirian di sofa bar ini. Seingatnya tadi, ia dipaksa oleh Baekhyun yang sedang berbunga-bunga karena akhirnya Taeyeon—istrinya—mengandung, dan dengan tololnya pria itu malah mengajak ketiga sahabatnya termasuk Sehun, untuk merayakannya di club'malam. Catat, club'malam.

Di mana ada orang waras yang merayakan kehamilan istrinya di tempat terkutuk ini. Awalnya Sehun sudah menolak, tapi dengan beribu-ribu cara, Baekhyun, Jongin,  dan Chanyeol berhasil memaksanya untuk ikut ke tempat ini, dan pada akhirnya mereka bertiga pulang lebih dulu meninggalkan Sehun di tempat ini sendirian setelah menerima telfon dari para istri mereka bertiga.

Taeyeon, istri Baekhyun memang galak, wajar bila Baekhyun langsung pulang saat mendapatkan telfon dari sang istri. Krystal, istri Jongin itu mungkin tak akan marah-marah seperti Taeyeon bila Jongin telat pulang, tapi Krystal akan langsung mengunci pintu rumah dan membiarkan Jongin tidur di luar tanpa kata. Wendy, istrinya Chanyeol  memang tak segalak Taeyeon atau sesadis Krystal, tapi mau bagaimana lagi, Chanyeol adalah budak cinta sejati Wendy sang istri. Sekali disuruh pulang sudah pasti Chanyeol akan langsung pulang.

Hanya rumah tangga Sehun yang normal di sini. Beruntungnya Sehun memiliki istri sebaik dan sepengertian Irene. Karena teman-temannya pulang lebih dulu meninggalkannya, berakhirlah Sehun sendirian di sini, siapa yang memaksa siapa yang ditinggal?

Menyebalkan, gerutunya dalam hati.

Ah, bahkan Sehun lupa kapan terakhir kali ia menginjakkan kaki di tempat ini. Mungkin sejak ia menikah dengan Bae Irene yang saat ini marganya telah berubah menjadi Oh Irene. Ya, mungkin sejak saat itu. Sehun meneguk gelas vodka terakhir sebelum beranjak dari kursi. Ia rasa cukup sudah ia di sini, lebih baik ia pulang mungkin saja istrinya saat ini sedang menunggu kepulangan Sehun.

Saat Sehun hendak melangkah, tiba-tiba ia merasakan seseorang memeluk punggungnya dari belakang dengan erat.

"Kakak ... Kak Seokjin marah ya padaku? Karena aku bilang Kakak lebih cocok memakai gaun warna pink daripada jas warna hitam. Makanya kakak lama tak mengunjungi apartemeku." Terdengar suara seorang gadis yang saat ini merengek di belakangnya sambil menyandarkan kepalanya pada punggung Sehun.






#####




Gadis itu terus meminum cairan yang terasa membakar tenggorokannya tanpa henti. Bahkan bartender yang sedari tadi melayaninya pun merasa prihatin padanya. Bartender yang sudah berpengalaman itu cukup paham, dengan beberapa orang yang datang ke tempat ini bukan untuk bersenang-senang seperti pengunjung yang lainnya, melainkan untuk menghilangkan stress entah karena alasan apa, dan gadis ini masuk dalam daftar pengunjung yang ingin menghilangkan stres. Cukup terlihat dari air mata yang sedari tadi terus mengalir di wajah cantiknya.

Gadis itu terus menangis mengingat semua perkataan pria yang ia cinta. Kalimat-kalimat menusuk itu terus berputar di kepala, membuatnya semakin merasa sakit hati.

"Berhentilah mengejarku Jisoo!"

"Gadis sepertimu bukanlah tipeku!"

"Aku sama sekali tak bergairah melihat tubuhmu itu!"

"Nafsuku saja tidak ada pada tubuhmu apalagi cintaku?"

"Aku tidak dan tidak akan pernah mencintai gadis manja sepertimu!"

"Seharusnya kau sadar diri dengan tubuhmu yang sama sekali tak menggairahkan itu!"

"Berhenti mencintaiku!"

"Bahkan bila kau telanjang di depan mataku pun, aku sama sekali tak tertarik padamu!"

Dari semua yang telah Taeyong katakan padanya. Kalimat terakhir itu adalah hal yang paling menyakitkan baginya. Sebegitu tak menarikkah dirinya di mata Lee Taeyong? Apa Taeyong benar-benar tak tau betapa Jisoo sangat mencintainya? Apa Taeyong tak pernah menganggap semua perjuangannya selama ini? Dari jaman sekolah sampai mereka sama-sama sarjana beberapa minggu yang lalu, Jisoo tak pernah menyerah untuk mendapatkan hati Taeyong. Namun, kenapa Taeyong tak bisa sedikit saja memberi sedikit saja ruang di hatinya untuk Jisoo tempati?

Kesadaran Jisoo Mulai menipis. Malam ini untuk pertama kali dirinya menginjakkan kaki di tempat yang menurut Taeyong adalah surga. Untuk pertama kali Jisoo meneguk minuman ternikmat menurut Taeyong, yang tak pernah Jisoo sentuh sebelumnya. Untuk membuktikan pada Taeyong bahwa dirinya bisa menjadi gadis liar seperti yang Taeyong inginkan.

Gadis itu lalu tertawa cekikikan entah karena alasan apa. Namun, sesaat kemudian dia menangis sesenggukan tanpa alasan yang jelas.

"Hey, siapa yang akan membayar tagihan gadis ini?" tanya wanita paruh baya pemilik club' yang melihat Jisoo sudah mabuk berat, pada bartender yang melayani Jisoo.

"Kita lihat saja di tasnya," sahut sang bartender sambil menunjuk tas di samping jisoo

"Lalu dengan siapa dia akan pulang?"

Kali ini sang bartender hanya mengangkat bahu—tidak tau.

Lalu tiba-tiba gadis yang saat ini mereka perbincangkan berdiri dan berlari kecil agak sempoyongan menuju seorang pria yang sepertinya hendak meninggalkan tempat ini.

Gadis itu langsung memeluk punggung tegap pria itu dengan erat sambil berkata, "Kakak ... Kak Seokjin marah ya padaku? Karena aku bilang Kakak lebih cocok memakai gaun warna pink daripada jas warna hitam. Makanya kakak lama tak mengunjungi apartemeku." Dengan nada manja.


Bartender dan pemilik bar itu saling melirik. Mereka bisa menangkap raut terkejut dan bingung dari pria yang tiba-tiba dipeluk oleh gadis yang mungkin kesadarannya sudah tinggal nol koma lima persen itu. Tanpa aba-aba wanita paruh baya pemilik bar, langsung mengemasi barang-barang gadis itu lalu menghampiri mereka.

"Maaf Tuan, sepertinya kekasih Anda sedang mabuk. Jadi harap Anda bisa membawanya pulang dari tempat ini," ucap sang pemilik bar pada Sehun.

Sehun mengernyit dan hendak membantah ucapan wanita paruh baya di depannya.

"Sebaiknya Anda lekas membayar tagihan kekasih Anda, dan ini barang-barang kekasih Anda. Saya permisi." Tapi sepertinya wanita paruh baya itu tak peduli dan segera pergi dari sana. Tak membiarkan Sehun membantah satu kata pun.

Meninggalkan Sehun yang masih memasang wajah bingung dan terlihat bodoh, sambil menerima tas milik gadis yang saat ini masih memeluk punggungnya erat. Sehun membalikkan badan, menatap wajah gadis yang saat ini wajahnya memerah dan matanya sayu efek alkohol. Gadis itu memasang senyum lebar yang terlihat seperti cengiran di mata Sehun.

Sehun bisa saja meninggalkan gadis ini karena Sehun tak mengenalnya. Akan tetapi Sehun dapat merasakan, beberapa pria berbadan besar berpakaian serba hitam yang saat ini menatapnya awas. Dapat dipastikan mereka adalah bodyguard di bar ini. Mau tak mau Sehun harus membayar tagihan gadis asing ini dan membawanya dari tempat ini.

.........

Innocent Affair✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang