#####
"Kau benar-benar bodoh." Sehun tersenyum miring, meremehkan pemikiran Jisoo yang sangat kekanakan. Jaman sekarang percaya pada yang namanya kutukan? Bukankah itu benar-benar bodoh?
Jisoo mendengus, lalu memukulkan sendok di tangannya pada bibir Sehun yang tengah tersenyum menyebalkan di matanya.
"Apa-apaan kau?" Sehun menatap Jisoo—yang kini memeletkan lidah ke arahnya—dengan tajam.
"Kenapa? Kau saja selalu menyentil dan mendorong dahiku," balas Jisoo ikut menatap Sehun tajam.
"Itu karena kau bodoh!" Lagi-lagi Sehun menyebut Jisoo bodoh.
"Sama, itu karena mulutmu tak pernah terkontrol." Jisoo tak mau kalah, ia menunjuk Sehun dengan sendok yang masih ia genggam "Awas saja kau! Bila suatu hari nanti kau jatuh cinta padaku." sungut Jisoo kesal.
Sehun menepis sendok yang teracung di depan wajahnya. "Bagaimana aku bisa disebut sudah mencintaimu?" senyum miringnya semakin lebar, dan itu benar-benar menyebalkan di mata Jisoo.
Jisoo terlihat berpikir sebentar. "Kau akan selalu memikirkanku, awalnya hanya sebentar, tapi lama-lama kau tak bisa memikirkan hal lain selain diriku. Kau akan selalu merindukanku setiap saat kau jauh dariku. Sebelum tidur kau akan memikirkanku, bangun tidur kau akan memikirkanku, setiap harinya kau akan selalu mengingatku. Awalnya kau akan ragu tapi lama kelamaan kau tak 'kan bisa menampik bahwa kau mencintaiku. Ini kutukan, ingat itu." Jisoo kembali menuding wajah Sehun dengan sendok.
Pria itu hanya menahan tawa mendengar kalimat Jisoo, Sehun mendorong dahi Jisoo dengan kedua jari entah untuk yang keberapa kali, dahi Jisoo selalu menjadi sasaran. "Teruslah bermimpi, Nona. Teruslah bermimpi," cibirnya.
Kali ini Jisoo yang menepis jari Sehun dengan kesal. Kenapa pria ini begitu mengesalkan?
#####
Beberapa menit yang lalu mereka boleh saja bertengkar, tapi saat ini?
Jisoo dengan santai menggandeng lengan Sehun, dan Sehun yang tampak tak keberatan sama sekali dengan rangkulan tangan Jisoo di lengan kanannya. Mereka kini tengah menyusuri trotoar dengan berbagi headset milik Jisoo, satu di telinga kiri Jisoo dan satu lagi di telinga kanan Sehun. Sesekali Jisoo ikut bersenandung mengikuti lagu yang tengah diputar .
Sedangkan Sehun, pria itu tidak terlalu fokus dengan lagu yang saat ini terdengar di telinganya. Fokusnya adalah bibir mungil Jisoo yang bergerak-gerak mengikuti lirik lagu, juga ekspresi gadis itu yang berubah-ubah sesuai dengan tema lagu yang diputar. Sehun benar-benar menyukai perubahan ekspresi Jisoo yang beragam.
Tiba-tiba Jisoo menghentikan langkahnya yang otomatis membuat Sehun turut berhenti melangkah. Mata gadis itu berbinar-binar dengan bibir yang membulat melihat barang yang terpajang di etalase salah satu toko yang mereka lewati. Sehun mengikuti arah pandang gadis itu.
"Kau menginginkan gaun itu?" Gaun selutut berlengan panjang warna merah muda dengan pita putih di dadanya dan garis-garis putih pada lengannya yang menjadi fokus Sehun. Gaun itu memang terlihat sederhana, daripada mewah gaun itu lebih terlihat manis, sepertinya cocok dikenakan gadis manis di sampingnya.
Tapi yang ia dapatkan adalah gelengan kepala dari Jisoo sebagai jawaban. "Lalu?" Sehun menyatukan alisnya. Kalau bukan gaun itu, lalu gaun yang mana?
"Bukankah boneka singa itu terlihat luar biasa, Sehun?" Jisoo berdecak kagum melihat boneka singa berukuran sedang bersurai kecoklatan, yang tengah dipajang di toko mainan anak di samping toko busana tempat mereka berhenti.
Sehun mengedipkan mata beberapa kali, masih memproses jawaban Jisoo. Bahkan Sehun tak sadar saat ini dirinya tengah menganga dengan tidak elitnya saking terkejutnya dengan jawaban Jisoo. Seharusnya dirinya tak terlalu kaget dengan ini, Jisoo adalah gadis yang memiliki pemikiran kekanakan. Jadi, tak heran bila Jisoo menginginkan hal yang kekanakan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Affair✓
Fanfiction"Katanya, bila kau mencintai dua orang wanita. Pilihlah yang kedua, karena kau tak 'kan mencintai yang kedua bila kau mencintai yang pertama. Lalu aku yang nomer berapa, Sehun?" "..." "Ah ... jadi benar kau sudah mulai mencintai istrimu, ya?" "..." ...