Gadis itu menuruni tangga dengan semangat. Bibir mungilnya tak hentinya bersenandung seiring langkah kakinya yang membawanya ke arah dapur. Ia terlihat begitu bahagia hari ini, seperti tidak memiliki beban.
"Pagi Sehun," sapanya riang pada pria yang saat ini berdiri di depan kompor.
Sehun menoleh, kerutan samar tercetak di dahi melihat kehadiran Jisoo sepagi ini didapur. Biasanya gadis ini akan bangun saat sarapan sudah siap dihidangkan, tak biasanya pagi-pagi begini sudah bangun dan mendatanginya di dapur.
"Kau tak tidur?" Bukannya menjawab sapaan Jisoo, ia malah bertanya. Mungkin saja gadis ini tak tidur sepulang dari pantai dini hari tadi.
Jisoo menggeleng, senyum manis belum luntur dari bibirnya. Ia memang tak sempat tidur, takut kesiangan dan Sehun sudah berangkat ke kantor. Ia ingin memulai hubungan pertemanan yang baik dengan Sehun mulai hari ini.
"Ooh," respon singkat Sehun, lalu kembali berbalik hendak menyalakan kompor, memasak sarapan untuk mereka yang sudah menjadi rutinitas sejak tinggal satu atap dengan Jisoo.
Jisoo mendengus mendapati respon singkat Sehun yang sesuai ekspektasi. "Kau tak ingin mengatakan sesuatu?"
Sehun menghentikan pergerakannya sebentar, terlihat berpikir sebelum menjawab, "Tidak." Memangnya apa yang harus Sehun katakan?
"Isssshhh." Jisoo mendesis kesal. Gadis itu mendekati Sehun, membalikkan tubuh pria itu untuk menghadapnya.
"Bagaimana menurutmu penampilan baruku?" Jisoo memainkan helaian rambutnya dengan jari telunjuknya dengan senyum malu-malu.
"Kau terlihat ...." Sehun mengamati Jisoo sambil berpikir, kata apa yang tepat untuk mendeskripsikan penampilan barunya.
"Terlihat apa?" Seru Jisoo antusias dengan mata berbinar
"Terlihat berbeda?" ungkap Sehun dengan nada ragu.
"Hanya itu?" Jisoo mengerucutkan bibir, tak puas dengan jawaban Sehun.
"Ya," lalu kembali berkutat dengan masakannya. "Memangnya aku harus mengatakan apa?" tanya Sehun di sela memasaknya.
Jisoo menghentakkan kaki, lalu kembali duduk di meja yang berada di dapur merangkap sebagai ruang makan itu.
'Memangnya aku harus mengatakan apa?' pertanyaan macam apa itu? Jisoo menggerutu dalam hati. Sesusah itu mengatakan Jisoo cantik, atau apalah gitu. Dasar pria kaku, sungut Jisoo.
Diam-diam Sehun mengulum senyum simpul d itengah kegiatannya. Kalau boleh jujur, Jisoo dengan rambut pendeknya terlihat sangat menggemaskan baginya. Gadis itu terlihat berkali-kali lipat lebih imut di mata Sehun.
Lalu kenapa tak Sehun katakan yang sebenarnya? Karena wajah cemberut Jisoo terlihat lebih menggemaskan, apalagi saat bibirnya dikerucutkan atau dicebikkan, atau pipinya yang dikembungkan, atau .... Ah, kenapa jadi memikirkan wajah menggemaskan Jisoo, sih.
Jisoo memainkan garpu di tangannya sambil menunggu masakan Sehun selesai. Empat hari tinggal bersama membuatnya hafal dengan kegiatan Sehun di rumah ini. Pria itu akan bangun pagi, menyiapkan sarapan, berangkat kerja, pulang malam hari, dan begitulah seterusnya.
"Ngomong-ngomong Sehun, apa kau tak tidur juga?" Mengingat mereka pulang dini hari dari pantai, dan pria ini sudah berkutat dengan masakan sepagi ini.
"Tidur." Jawaban yang singkat, seperti biasa. Untuk yang ini Jisoo harus terbiasa.
"Hanya sebentar? Maaf ya gara-gara aku waktu istirahatmu terganggu." Jisoo menundukkan kepala. ia benar-benar merasa bersalah karena sudah merepotkan Sehun yang sudah mau berbaik hati memberinya tempat tinggal hanya dengan alasan 'tanggung jawab' yang pada dasarnya hanya akal-akalannya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Affair✓
Fanfic"Katanya, bila kau mencintai dua orang wanita. Pilihlah yang kedua, karena kau tak 'kan mencintai yang kedua bila kau mencintai yang pertama. Lalu aku yang nomer berapa, Sehun?" "..." "Ah ... jadi benar kau sudah mulai mencintai istrimu, ya?" "..." ...