11 || Kacau Parah

14.1K 1.5K 232
                                    

"Mengkondisikan orang lain gue bisa. Tapi, kenapa saat mengkondisikan debaran susahnya ngalahin rumus matematika?"



-Al Jay Mario

_____________________________

R

ose duduk di kursi deket tempat tidur. Matanya menelisik tajam Una dan Lisa yang kini tengah tidur berpelukan atau lebih tepatnya berpura-pura tidur.

Rose yakin seratus persen, jika kedua makhluk pony tengah tersebut tengah mengerjainya.

Mata Rose memicing kala dia melihat mata Una yang mengintip di balik selimut. Berjalan pelan menghampiri gumpalan selimut itu. Menyibaknya cepat dan mendapat pekikan kaget dari Lisa dan Una.

Rose bersedekap di depan dada. "Udah dramanya?" tanya Rose sarkastik.

Lisa menghela nafas. Memandang Rose dengan senyum lebar. "Hehe udah." jawab Lisa sok polos.

Tangan Rose greget pengen gampar kembaran lidi satu ini.

Sedangkan Una malah mengambil selimut dan menutupi wajahnya separuh. Enggan menatap Rose yang kini tengah menatap mereka dengan lasernya.

Una jadi takut.

"Gara-gara kalian sih Jaka sambung marah sama gue." ucap Rose tenang namun menusuk.

"Sembung, Se." sahut Una dalam selimut.

Rose menatap gumpalan selimut itu dengan sinis. "Sengaja gue plesetin biar lucu!" ketusnya.

Lisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Rose kalau dalam mode begini jauh lebih serem daripada kutang gentayangan yang cari mangsa.

Una menelan ludahnya gugup. Kenapa juga Jevan tadi masuk ke sini?Una berani bersumpah dia tidak mau ikut terlibat jauh. Bisa-bisa dia dimutilasi oleh Jevan. Jujur aja, Una emang naksir Jevan jauh-jauh hari. Tapi dia tidak pernah bertatap muka langsung dengan Jevan, karena sikap pemalunya lah yang membuat dia enggan mendekati pemuda yang telah di taksirnya saat awal masuk perkenalan mahasiswa baru.

Ekpresi Lisa berubah datar. Mendengar nama Jevan saja entah kenapa membuatnya muak. Lisa akui kalau dirinya memang munafik. Disisi lain dia membenci pemuda itu tapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia masih mengharapkan Jevan kembali padanya. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Keputusannya untuk menjauhi pemuda itu kian menguat kala dia melihat faktanya secara langsung.

Fakta bagaimana pemuda itu yang menghancurkan semua kepercayaannya.

Love hate relationship.

"Bukan urusan gue," Lisa beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Membuat Rose dan Una bertanya-tanya dalam hati dengan sikap Lisa.

Seharusnya yang marah disini Rose. Kenapa malah jelmaan sapu lidi yang marah?

"Dih, harusnya gue yang marah oneng!" Rose memberi gestur memukul saat Lisa menutup pintunya kasar.

"Temen lo kenapa?" tanya Rose pada Una.

Una memberengut. "Lisa kan juga temen Lastri! bukan temen Una aja! " entah kenapa Una juga ikutan kesal.

Rose mengerutkan dahinya. Berpikir dalam siapa Lastri itu? Setahunya, dikelompok mereka tidak ada yang namanya Lastri?

Lah Lastri saha?

"Lastri siapa, Na?"

"Mawar, " jawab Una malas. Dia mengatur posisi tidur siangnya.

"Mawar? Siapa?"

KKN 97 || New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang