Una, Yoga, dan Deka kini tengah berada pada sekolahan tempat mereka untuk menjalankan prokernya. Di SMPN 1 karang itu pun terlihat ramai. Murid-murid itu bahkan berkeliaran di luar. Baik bermain di lapangan, jajan ke kantin, dan lari-lari di koridor.
Yoga meneguk ludahnya gugup. Baru kali ini dia bakal mengajar anak yang lagi masa puberty-nya. Rasanya ingin sekali balik lagi ke posko tapi dia urungkan saat deka mencengkram tangannya kuat, seakan tak berniat melepaskannya.
Beda dengan Yoga yang terlihat gugup, Una justru memasang senyum lebarnya. Sesekali dia menyapa murid-murid yang berpapasan dengan mereka. Yang disapa cuma ploga plongo gak tahu siapa gadis cebol yang lagi di apit jelmaan tiang listrik.
Una mencoba bersikap seramah mungkin. Dia itu tipe orang yang sangat suka anak kecil. Jadi, setiap kali dia ketemu anak kecil rasanya pengen banget mencubit pipi itu gemas. Seperti saat ini, Una yang gak tahan pun mencubiti pipi setiap ada siswi dan siswa yang dirasa gemoy. Alhasil Deka dan Yoga yang harus minta maaf perkara kelakuan Una. Sedangkan Una lebih milih lanjut jalan didepan.
Deka memasang wajah kaku dengan senyum yang rada dipaksakan. Dibilang benci anak-anak sih enggak, dibilang suka juga enggak. Pokoknya Deka tuh orangnya biasa-biasa aja. Mungkin deka belum berpengalaman dalam mengurus anak. Apalagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, alias remaja. Tapi jangan salah, Deka juga punya keponakan yang masih smp bahkan sikap keponakannya lebih menyebalkan daripada Jevan yang bergelar orang semenyebalkan se santero kampus.
Ketiga mahasiswa itu sontak menahan nafas saat melihat pemandangan yang ada didepan.
"SOMI KAMU MAU GAK JADI PACAR ECHAN!?"
Mereka gak nyangka. Pertama kali masuk ke sekolahan ini dan di kasih pemandangan yang begitu membagongkan.
"Enggak mau!" ketus gadis yang bernama Somi itu.
Echan---pemuda yang tadi menyatakan cintanya pun menunduk sedih tapi sedetik kemudian mendongak dan tersenyum tipis.
"Kenapa?" tanyanya pelan.
Seruan beberapa murid terhenti lantaran menunggu jawaban Somi.
"Karena Somi cewe aku!" ketus salah satu pemuda yang bergerak cepat ke depan.
Tangan pemuda itu menggenggam tangan Somi. Sedangkam Somi mengernyit heran.
"Somi, itu teh bener apa yang dibilang Ubin?" Echan menatap Somi serius.
"Tentang?" Somi balik tanya. Jujur aja Somi itu gak pandai nilai situasi apalagi masalah beginian. Pelajaran aja Somi selalu dapet nilai ceplok telur. Jadi jangan heran jika Somi gak paham.
"Kamu pacaran sama Ubin?"
"Hah?" beo Somi. "Enggak!" bantahnya cepat.
"Terus kenapa kamu mau-mau aja tangannya di grepe-grepe Ubin?!" tanya Echan yang mulai tersulut emosi.
Ketiga mahasiswa tersebut meringis menyaksikan kisah Cinta monyet didepannya ini.
Somi menepis tangan Ubin. "Apaan sih Bin! Echan jadi salah paham 'kan?!"
Ubin merenggut. Tak suka saat Somi menepis tangannya. "Lagian kamu kan emang pacar aku?"
"Kapan aku jadi pacar kamu?!" Somi melotot.
"Sekarang juga!"
"Heh ngadi-ngadi! Kamu nembak aku juga enggak!"
"YAUDAH! SOM MAU GAK JADI PACARNYA UBIN ANAKNYA PAK ERTE!"
Somi tambah melotot. Apa-apaan Ubin ini. Seenak jidat menyatakan perasaannya.
Echan yang tak terima pun menarik kerah belakang seragam Ubin. "Heh siah teh! Ini tuh acara tembak menembak Echan! Bukan siah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN 97 || New Version
Romance#1 campus series -romcom- KKN kali ini lebih mirip ajang cari jodoh daripada Kuliah, Kerja, Nyata beneran. Apalagi, kalo yang kena sial malah ketemu mantan. Udah beda lagi. KKN lebih mirip di sebut Kuliah, Ketemu Mantan daripada nyari pengalaman...
