23 || Tamu tak Di undang

10.2K 1K 170
                                        

Sudah dihitung sejak seminggu hubungan Lisa dan Jevan membaik. Teman-teman kkn mereka tidak ada yang tau bahwa mereka tengah menjalin hubungan. Bahkan Bambam dan Mimi pun yang notabenya sahabat dekat mereka tak tahu menahu tentang kabar balikan kedua orang tersebut.

Selama seminggu ini Lisa melarang Jevan untuk tidak memberitahu teman-teman nya mengenai hubungan mereka berdua. Padahal Jevan pengen banget nunjukin ke semua orang bahwa mereka berdua udah balikan.

Keinginan terbesar Jevan saat ini agar bisa flexing ke Jay kalo Lisa udah jadi hak miliknya. Sumpah demi dewanya nenek Tapasha dan Dewa Jashin-nya Hidan Akatsuki. Jevan masih gedeg setengah mati sama Jay yang mulai terang-terangan deketin Lisa.

Jevan tuh cowok normal. Siapa yang gak cemburu kalo ada cowok lain terang-terangan mengibarkan bendera pink buat Lisa? Ingin rasanya Jevan bilang ke seluruh dunia kalo Lisa cuma milik dia. Selain itu, Jevan juga pengen mesra-mesraan sama Lisa tanpa sembunyi-sembunyi.

Seperti saat ini. Lisa dan Jevan sedang berduan di bawah pohon mangga tanpa sepengetahuan teman-teman nya. Lisa bersandar pada bahu Jevan sambil memejamkan matanya untuk meresapi semilir angin pedesaan yang bikin adem, jauh dari kata polusi.

"Jevan." panggil Lisa.

"Hn?"

"Salah gak sih kita gak ngasih tau temen-temen kalo kita pacaran? Apalagi Mimi sama bambam belum tau soal ini. Gue takut mereka kecewa sama gue." tanya Lisa tak mengindahkan kepalanya yang tetap bersandar pada bahu lebar Jevan.

"Salah banget." jawab Jevan dengan dahi yang mengernyit heran. "Aku bukan gue." lanjutnya seraya mendengus.

Lisa dengan otomatis menjauhkan kepalanya pada bahu lebar Jevan. Matanya menatap Jevan dengan pandangan tanya.

"Terus gimana? Aku gak mau hubungan kita diketahui orang lain, " ucapnya sembari mengganti kosa kata gue jadi aku. "Apalagi kalau mama kamu tau." cicitnya pelan.

Jevan memegang kedua bahu Lisa. Matanya menatap dalam mata bambi yang begitu mempesona. "Apapun yang terjadi aku bakal merjuangin kamu. Aku janji."

Lisa membuang muka kesamping. "Aku gak butuh janji kamu Jevan. Aku cuma pengen lihat kamu buktiin. Aku udah kenyang dengan janji-janji kosong kamu dulu."

Jevan mengehela nafas. Dia tau ini salahnya. Seandainya dulu dia tidak mematuhi ibunya, Lisa tidak akan seperti ini. Seandainya Jevan sadar bahwa dirinya hanyalah dijadikan bidak untuk kepentingan orang tuanya. Seandainya.... yah semua hanya seandainya yang tak mungkin akan kembali lagi seperti dulu. Yang terpenting sekarang Jevan berhasil mendapatkan Lisa lagi.

"Apapun, Sa." Jevan menangkup wajah Lisa. "Aku akan buktiin ke kamu kalau aku benar-benar serius sama ucapan aku." Jevan mengecup dahi Lisa lama.

Jevan melepaskan kecupannya. Onyxnya masih memandang Lisa penuh cinta. Pipi Lisa memerah karena merona. Siapa yang tahan saat di tatap sedemikian rupa oleh Jevan. Rasanya ada kupu-kupu yang berterbangan dalam perutnya. Jantungnya lagi discoan gara-gara sikap manis pria bergigi kelinci itu.

"Ini pipi kenapa merah?" goda Jevan. Tangannya mengusap-usap pipi tembam Lisa. Sesekali mengigitnya gemas.

Bibir Lisa mengecurut karena kesal Jevan menggodanya. "Jangan gigit pipi aku!" tepis Lisa sebal. Wajah Lisa memaling tak ingin menatap mata sehitam malam itu.

"Utututu pacar siapa ini." Jevan tak tinggal diam. Seakan tak takut Lisa kembali marah tangannya sengaja mencubit pipi Lisa lantaran gemas. Sesekali juga Jevan mencuri kecupan beberapa kali hingga dia mendapat hadiah cubitan dari Lisa.

KKN 97 || New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang