16 || Misi

12.1K 1.4K 145
                                    

"Aku mau lihat, sejauh mana kamu mau kabur daru aku? karena aku gak bakal lelah buat ngejar kamu."



-Jevan Kalendra
___________________________________


Sesampainya dirumah, Una lebih memilih pergi ke kamar. Dia sama sekali tidak mood untuk bergabung dengan teman-temannya nanti. Perkataan Bambam tadi sangat menyinggungnya walaupun apa yang dikatakan Bambam adalah fakta. Dia sensitif mungkin karena tadi pagi dia kedapatan tengah datang bulan.

"IHHH UNA KANGEN BUNAAAA!" Una teriak kencang. Mata Una mendadak berkaca-kaca. "BUNAAA UNA MAU PULANG HIKS!" Una menutupi wajahnya dengan bantal. Tangisnya pecah begitu saja.

Hari ini dia begitu sensitif, mengalahi pantat bayi kalau di tepuk beberapa kali.

BRAKKK

Pintu kamar cewek dibuka dengan kasar. Una otomatis menghentikan tangisnya. Mata bulatnya menatap orang itu yang berdiri menjulang ditengah pintu dengan mata merahnya.

Bambam berdiri disana dengan raut wajah seperti menahan boker. padahal askinya Bambam tengah berusaha mati-matian menahan tangisnya saat melihat Una menangis karena ulanya.

"Bambam ngapain berdiri disitu?!" tanya Una ketus. Una belum memaafkan Bambam atas kejadian hilangnya rem mulut Bambam yang berakibat fatal dengan tak sengaja melukai hati berbentuk love punya Una.

Bambam nyengir. "Mau bujuk Una," jawab Bambam jujur.

Una menatap Bambam sinis. "Gak bakal mempan!"

"Dih, kata siapa?"

"Kata Una!"

Bambam merogoh sesuatu dari dalam celananya. Sedangkan Una memicingkan matanya curiga.

Bambam tersenyum lebar menatap Una. "Ini khusus buat Una dari Bambam ganteng." Bambam menyodorkan permen milkami ke arah Una.

Mata Una berbinar ceria. Una melompat dari tempat tidurnya. Dia berusaha merampas permen milkami itu, tapi Bambam lebih dulu menahan tangannya.

"Eits, bagi dua!" Bambam menaik turunkan alisnya.

Una cemberut. "Katanya mau bujuk Una?!" tanyanya ketus.

"Katanya gak mempan?" sindir Bambam.

Una cengengesan. "Kalau masalah permen, bisa di bicarakan baik-baik hehe."

Bambam tersenyum tipis. Dia lega akhirnya Una kembali lunak seperti jelly. Ucapannya tadi membuatnya merasa bersalah kepada Una. Yah walaupun apa yang dia katakan itu mewakili isi hatinya dan juga fakta. Tapi tetep aja, seharusnya dia gak ngomong kayak gitu.

Ini semua gara-gara Bambam lupa benerin mulutnya di bengkel. Jadi remnya blong. Nyerocos terus tanpa ampun.

"Janji dulu tapi."

"Janji apaan?"

"Una mau maafin kesalahan Bambam tadi 'kan?" ucap Bambam pelan. Takut kembali menyakiti Una.

Una terlihat berpikir. Tangannya mengetuk dagunya pelan. "Tergantung sih," ucap Una seraya melirik permen milkami.

Bambam langsung paham. Gini-gini Bambam sering ikut eskul pramuka dan dia pinter banget ngehafal kode dan sandi, lebih tepatnya kode dan sandi keparamukaan bukan Bon Kode ataupun Sandiaga Uno.

"Oke, Bambam siapin satu toples permen milkami dan satu toples yupi. Deal?"

Tanpa pikir panjang Una langsung menjabat tangan Bambam dengan semangat.

KKN 97 || New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang