Dua puluh empat

7.7K 393 10
                                    

"Gimana, sayang?"

Neta menggeleng. "Belum ada garisnya, A" ucapnya lirih. Dia baru saja keluar dari kamar mandi setelah menjajal alat yang diberikan suaminya

Agam tersenyum tipis lantas menarik tangan istrinya agar duduk diranjang bersamanya. "Sabar ya sayang. Tadi kan di suruh nunggu beberapa menit" ujar Agam menenangkan. Jujur saja, saat ini jantungnya berdegup kencang, sangat kencang. Sama seperti Neta, dia juga gelisah menunggu hasilnya. Tapi Agam lebih pandai menyembunyikan ekspresinya. Dia tetap terlihat tenang walaupun jantungnya sudah dangdutan di dalam sana

Neta mendongak. "Berapa lama lagi, A?" tanya gadis itu penasaran

"Sebentar lagi sayangku" Agam mengecup bibir istrinya

Neta mengangguk sekali sebagai jawaban lalu wanita itu menyandarkan kepalanya ke dada suaminya

"Kalo aku belum hamil gimana, A?" satu pertanyaan lolos begitu saja dari mulut Neta

"Nggak papa. Aku nggak masalah" jawab Agam enteng seraya mengusap rambut Neta

"Kamu nggak akan ninggalin aku kan?" tanya Neta mendongak menatap mata suaminya dalam

Agam terkekeh. "Enggak sayang. Mana mungkin aku ninggalin bidadari kayak kamu"

Neta mendengus mendengar jawaban suaminya. Dalam hati dia khawatir jika dirinya tidak hamil maka Agam akan meninggalkannya. Usaha dan doa sudah dia panjatkan pada tuhan agar cepat mendapatkan anak. Dan sepertinya Allah akan segera mengabulkannya. Tapi dia juga takut jika hasilnya tidak sesuai dengan yang dia harapkan

"Coba cek Ta" titah Agam. Sontak Neta mengangguk mantap lantas melangkahkan kakinya ke kamar mandi tempat dia meletakkan alat itu

Tangannya bergetar hebat saat testpack sudah berada di genggamannya. Tak terasa setetes air mata luruh begitu saja. Kelima alat itu menunjukkan dua garis. Berarti itu tandanya dia hamil. Rasa bahagia tak bisa dia ungkapkan lewat kata kata, Neta hanya bisa menangis haru sambil terus mengucap terimakasih pada tuhannya

Tanpa pikir panjang Neta langsung keluar menemui suaminya yang terlihat sangat menunggunya. Sama seperti dirinya, Agam pun menangis. Pria itu memeluk erat tubuh Neta sembari meracau. Yang jelas Agam sangat bahagia dan dia tak tahu harus berkata apa

"Ya allah, terimakasih. Aku janji akan jaga kalian sebaik mungkin" ucap Agam yakin. Lantas pria itu memerosotkan tubuhnya hingga perut Neta. Dia kecup dengan lembut perut rata istrinya

"Assalamualaikum sayang. Ini Papa, terimakasih kamu sudah datang dalam kehidupan Mama dan Papa. Papa janji akan jaga kalian dengan seluruh jiwa dan raga Papa"

Lagi dan lagi Neta mengeluarkan air matanya. Kali ini lebih kencang dan dibarengi dengan usapan lembut di kepala suaminya. Hatinya tersentuh saat Agam berbicara dengan janin di perutnya yang mungkin masih sekecil biji jagung. Pagi ini, ditemani matahari yang malu malu mulai keluar dari ufuk Timur kedua pasangan ini tengah berbahagia dengan kedatangan buah cinta mereka

***

Berkali kali Agam mendengus kesal mendengar ucapan ibunya. Wanita itu terus saja berbicara. "Abang harus perhatikan Neta lebih detail. Ibu hamil nggak boleh capek, nggak boleh makan sembarangan, minum vitamin tepat waktu, dan biasanya trimester pertama masih suka mual. Kamu harus siap sedia 24 jam buat mantu kesayangan Bunda," Hana berkata sambil mengusap bahu Neta lembut. Setelah putranya bilang jika Neta hamil, Hana senang bukan main. Bahkan Hana sampai loncat loncat saking senangnya

"Iya Bunda.. Abang ngerti," jawab Agam seadanya. Sudah satu jam lebih dia duduk dan mendengarkan wejangan ibunya tentang kehamilan istrinya. Tapi yang diucapkan Hana hanya di bolak balik, tadi baru saja diucapkan, semenit kemudian diucapkan lagi. Agam hanya bisa mengangguk mengiyakan

Sebenarnya semua hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan istrinya sudah dijelaskan secara rinci oleh dokter. Setelah mengetahui Neta hamil, Agam langsung membuat janji dengan teman semasa SMA yang berprofesi sebagai dokter. Dan tentu dokter spesialis kandungan. Dia ingin istrinya ditangani oleh dokter yang ahli dalam bidangnya

"Satu lagi, kalo hamil muda itu suka ngidam. Kamu harus selalu turutin kemauan Neta. Kalo nggak nanti anakmu ileran"

"Iya Bunda... "

"Ya udah, Neta kamu istirahat dulu ya nak. Pasti capek kan habis periksa tadi. Kamar Bang Agam kosong kok" titah Hana perhatian. Neta hanya diam menatap suaminya meminta persetujuan

"Iya, istirahat dulu. Nanti Abang nyusul" jawab Agam lembut. Mereka memang menggunakan panggilan Abang jika diluar rumah. Kata Agam panggilan "A" hanya khusus untuk istrinya. Tidak boleh ada orang lain yang tahu

Sedangkan Hana menepuk dahinya sendiri. "Temenin dong Bang.. " gemas Hana

"Iya"

"Neta ke atas dulu ya Bun" pamit Neta yang diangguki Hana

Lantas sepasang suami istri itu berjalan menuju kamar. Syukurlah kandungan Neta sehat dan tidak perlu bedrest atau semacamnya jadi Neta bisa nyaman melakukan aktivitasnya. Tetapi tetap dijaga jangan sampai kelelahan

"Mau nginep?" tanya Agam setelah mereka sampai dikamar. Neta tengah membaringkan tubuhnya ke ranjang. Ternyata hamil muda membuatnya cepat lelah. Agam tersenyum lantas ikut berbaring menyusul istrinya

"Pulang aja ya, A. Aku maunya tidur dirumah. Pulang sorean aja nggak papa, tapi jangan nginep" jawab Neta

Agam mengangguk mengerti. Sedetik kemudian tangannya tergerak untuk mengusap perut istrinya yang kini sedang di singgahi oleh jagoannya. "Alhamdulillah anak kita sehat," kata Agam. Tangannya tak berhenti memberikan usapan lembutnya

Neta pun ikut mengusap perutnya. Tangannya bertemu dengan tangan hangat suaminya yang masih setia bertengger disana. "Alhamdulillah"

"Aku masih boleh kuliah, A?" tanya Neta hati hati. Saat ini dia tengah dirundung ragu. Sekarang dia berbadan dua dan sebisa mungkin Neta harus sangat menjaga kesehatannya. Tapi disisi lain, dia juga perlu melanjutkan kuliahnya

Nampak Agam menghela napasnya. Lantas pria itu melepaskan kerudung yang membungkus kepala istrinya hingga rambut panjang nan hitam milik Neta tergerai. Satu kecupan mendarat di puncak kepala Neta. "Nanti kita tanya dokter. Kalo kandungan kamu sehat aku kasih izin kuliah. Tapi kalo nggak terpaksa cuti dulu kuliahnya" jawab Agam tenang. Wajahnya dia tempelkan ke kepala Neta. Tangannya masih mengusap perut istrinya

Neta pun mengangguk mengerti. Dia akan menuruti perkataan suaminya. Karena dia yakin, pria itu pasti akan melakukan hal terbaik agar dia dan calon anaknya aman

Dan selanjutnya Neta memejamkan matanya menikmati usapan Agam di perutnya. Rasanya sangat nyaman saat tangan besar itu membelai lembut perutnya. Ada rasa yang belum pernah Neta rasakan. Semacam bahagia sekaligus tenang. Hatinya pun menghangat saat suaminya mengecupi dirinya seraya membisikkan kata sayangnya. Sungguh Neta merasa sangat dicintai

***

Asik punya keponakan online😂

Kalo banyak yang komen kok idenya lancar jaya ya..
Ngetiknya juga cepet
Kenapa ya? Ada yang tau🤔

Love You, My Khumaira (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang