Dua puluh sembilan

6.3K 354 17
                                    

"Ayah udah tahu siapa pengirimnya. Tapi orang itu ternyata sudah meninggal sehari setelah paket itu sampai di rumahmu,"

Agam mengurut pangkal hidungnya bingung. Kenapa masalah ini semakin runyam saja. Awalnya Agam tidak terlalu memikirkan paket sialan itu. Tapi saat ini orang itu sudah berani mengirim pesan teror pada istrinya. Dan setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata orang itu sudah meninggal. Lalu siapa yang mengirimkan pesan teror itu?

"Kamu tenang aja, Ayah akan kerahkan semua anak buah Ayah. Kakung juga pasti akan bantu. Tugas kamu saat ini adalah jaga istri dan calon anakmu baik baik. Mereka sasaran utamanya" jelas Ali memenangkan saat melihat wajah tegang putranya

Agam mengangguk mantap. Dia tidak pernah meragukan ayahnya. Pria itu pasti selalu menepati janji. Lantas kedua pria itu keluar dari ruang kerja Ali. Agam memang tengah berada di kediaman orangtuanya. Alasannya sudah jelas bahwa dia akan bekerja sama dengan Ayahnya untuk menyelesaikan masalah ini

"Bersikap biasa, Bunda sama Adekmu jangan sampai tau" bisik Ali sebelum mereka sampai di ruang keluarga. Disana ada Salma, Hana, dan Neta sedang menonton drama korea

Agam mengangguk patuh lantas ia duduk tepat disamping istrinya di sofa. "Udah selesai?" tanya Neta lirih

"Udah. Mau pulang sekarang?"

Neta menggeleng pelan. "Nanti, tunggu dramanya selesai. Tinggal lima episode lagi" tawar Neta

Mau tak mau Agam mengangguk mengiyakan walaupun dalam hati dia sangat malas. Satu episode saja bisa mencapai 30 menit. Dan ini? Lima episode lagi. Berapa lama Agam harus menunggu pujaan hatinya menonton?

Untuk mengusir kebosanannya, Agam memilih bermain ponsel seraya mengusap perut Neta. Mungkin dengan cara ini dia bisa kuat menunggu istrinya

"Abang.... Salma laper nih" celetuk Salma tiba-tiba. Gadis itu pasti menginginkan sesuatu darinya. Dengan malas Agam menoleh. Adiknya sedang tersenyum manis kepadanya

"Terus?"

"Pesen makanan dong Bang. Apa aja Salma mau deh" ujarnya sok polos

Agam menghela napasnya. "Ya udah pesen, nanti Abang yang bayar" putus Agam. Sontak Salma girang. Gadis itu langsung memesan makanan lewat aplikasi ojek online

Neta pun tersenyum. Ternyata seperti ini rasanya punya adik, sangat menyenangkan

"Makanannya jangan yang aneh aneh" peringat Agam

Salma mengangguk tanpa menoleh ke arah kakaknya. "Aku mau pesen ular goreng tepung sama rendang kodok ah"

"Dek!!"

"Ehehe becanda Yah. Emosian banget sih sama anak sendiri" ringis Salma seraya tersenyum tidak berdosa

"Kamu mau makanan apa sayang?" tanya Agam lembut pada istrinya tanpa mempedulikan orang lain di sampingnya

"Haaciiim.... "

Agam mendengus. Ketiga orang di depannya kini sedang menatap malas ke arahnya. "Apa? Istri Abang ini" tantang Agam

"Salma pengin jadi istri deh. Siapa yang mau ya" celetuk Salma. Sontak perkataan Salma mendapat tatapan maut dari semua orang

"Masih kecil kamu dek. Jangan ngarep" jawab Agam

Salma hanya bisa menghela napasnya pasrah. Kedua lelaki dihadapannya ini tidak memperbolehkan dia nikah muda. Alasannya gampang, mereka tidak mau Salma salah memilih pasangan dan gagal dalam rumah tangga. Padahal Salma ingin sekali nikah muda. Ya walaupun dia baru SMA, tapi planning untuk menikah sudah dia persiapkan matang matang

Love You, My Khumaira (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang