Tiga puluh tujuh

6.6K 404 23
                                    

Agam tak berniat mengalihkan pandangannya dari wajah ayu istrinya yang terbaring lemah di brankar. Selang infus dan oksigen terpasang di tubuhnya. Setidaknya Agam bisa bernafas lega setelah istrinya sudah melewati masa kritisnya. Dokter mengatakan jika operasi Neta sukses. Kini tinggal menunggu Neta bangun dari obat biusnya. Tangan Neta terasa dingin saat Agam sentuh. Agam ingin sekali istrinya segera membuka mata dan melihat malaikat kecil mereka yang telah lahir ke dunia

"Bang.. "

Agam menoleh saat seseorang menyentuh bahunya. Dan ternyata itu adalah Hana ibunya. Sedari tadi Hana tak mau meninggalkan putranya sendirian. "Abang pulang dulu ya, bersih bersih" titah Hana

Agam menggeleng cepat. Dia tidak akan pernah meninggalkan istrinya lagi. Kejadian ini membuat Agam trauma. "Nggak Bun, aku nggak mau tinggalin Neta sendiri" tolak Agam

"Enggak sayang. Bunda disini temenin Neta. Kamu pulang dulu ya sama Salma. Habis itu langsung kesini lagi. Kamu juga belum makan dari tadi Bang" ucap Hana sangat lembut. Dia sangat prihatin dengan rupa anaknya. Semenjak sampai di rumah sakit Agam sama sekali belum mengisi perutnya. Bahkan dia masih mengenakan baju yang terkena darah Neta

"Aku nggak mau Bun"

Hana menghela napasnya sedih. Dia paham bagaimana perasaan Agam. Pria itu pasti trauma. "Ya udah. Bunda pulang dulu ambil baju kamu ya" putus Hana

Agam mengangguk pelan. "Kalo Bunda capek biar sopir aja yang anterin kesini Bun" ujar Agam. Bagaimana pun dia tetap menghormati dan tidak ingin merepotkan ibunya

"Ya udah kalo gitu. Besok Bunda kesini lagi. Salma harus sekolah besok. Nanti disini sama Mama Wulan ya. Baju Neta sekalian Bunda titipin ke sopir" kata Hana

"Iya Bun. Makasih"

Hana mengangguk lantas mendekati menantunya yang masih terpejam. Dia kecup kening gadis itu penuh sayang. Neta sudah Hana anggap seperti anaknya sendiri. "Cepat bangun sayang. Putrimu sudah menunggu"

Selepas kepergian ibu dan adiknya. Kini tinggal Agam sendiri. Bibirnya tak berhenti mengecup punggung tangan istrinya. "Sayang, bangun aku mohon" setetes air mata kembali turun membasahi pipinya. Agam lemah, sangat lemah jika menyangkut istrinya. Biarkan orang menilainya laki laki cengeng. Dia tidak peduli

"Uhuk.."

Mendengar suara gadisnya Agam segera bangkit. Dia menatap istrinya yang sedikit demi sedikit menggerakkan jarinya. Matanya pun mulai mengerjap seperti bayi

"Ohhh sayang. Akhirnya kamu sadar" desah Agam penuh kelegaan. Setelah hampir tiga jam istrinya tak sadar

Neta menatap wajah suaminya. Rasa hangat menerpa hatinya. Semoga saja dia tidak bermimpi. Perlahan Neta membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu

"A... "

Agam semakin tersedu. Tangannya membingkai wajah istrinya. "Iya sayang. Ini aku"

Neta tersenyum tipis. Dia masih lemas. Badannya masih sangat sakit. Apalagi bagian perutnya. Ngomong ngomong perut. Kemana perut buncitnya

"Anak kita?" tanya Neta dengan suara sangat kecil

Agam tersenyum lebar seraya menghapus air matanya. "Dia udah keluar sayang. Dia perempuan, cantik banget kaya kamu"

Air mata Neta turun begitu saja. Akhirnya anaknya selamat. Dan dia sudah menjadi seorang ibu walaupun Neta belum bisa merasakan persalinan normal tapi dia tetap bersyukur

"Tapi, A. Bukannya kata dokter anak kita cowok"

Agam terkekeh. Ya benar, sudah berkali kali mereka kontrol ke dokter dan jika USG pasti anaknya berjenis kelamin laki laki. Tapi entah kenapa yang keluar malah perempuan. Padahal Agam sudah membeli perlengkapan bayi laki laki. Semua baju bergambar ala cowok. Tapi apapun jenis kelamin anaknya harus dia syukuri

"Mungkin Allah mau kasih kejutan buat kita sayang. Gimana kondisi kamu? Masih ada yang sakit?"

Neta ikut tertawa lemah sebelum menjawab. "Enggak kok, A. Cuma perutku nyeri sedikit" Bohong. Itulah jawaban Neta. Badannya sangat sakit seperti tulang belulangnya akan lepas dari tempatnya. Tapi dia tidak mau menambah beban pikiran suaminya

"Aku mau liat anak kita, A" pinta Neta. Agam yang sedang sibuk menciumi wajahnya pun menghentikan acaranya. Dia mengangguk lalu mengambil telepon di nakas. Dia tidak mau keluar ruangan. Takut jika istrinya diculik kembali

"Tolong bawa anak saya kemari. Istri saya sudah sadar" perintah Agam. Setelahnya dia kembali ke kursi samping istrinya. Tangannya menggenggam tangan Neta. Mengecupnya terus menerus. Demi apapun Neta adalah hidupnya. Agam tidak bisa kehilangan dia

"Kamu udah makan, A?" tanya Neta setelah melihat raut wajah suaminya yang pucat

"Udah" alibi Agam

Neta mendengus. "Jangan bohong"

"Belum. Nanti dibawain sama Mama"

"Kamu ganti baju dulu, A. Itu pasti kena darahku ya"

"Ssttt sayangku. Jangan bicara terus kondisi kamu masih lemah" tegur Agam. Sebenarnya dia tidak mau istrinya terus memperhatikan penampilannya yang amburadul

Suara pintu terbuka itu tandanya ada seseorang. Dan benar saja, seorang suster datang bersama dokter dan yang terpenting mendorong brankar kecil yang Agam yakini itu adalah bayinya

"Permisi Mas Mba. Saya periksa dulu ya Mba Netanya" ujar dokter yang diangguki keduanya

"Kondisi Mba Neta mulai membaik. Tinggal pemulihan saja, tapi Mba Neta masih harus dirawat sampai lukanya sedikit mengering" jelas dokter setelah memeriksa Neta

"Kalo gitu saya permisi dulu. Mba Neta bayinya segera diberi ASI ya,"

Neta mengangguk mantap. Kemudian kedua orang itu keluar. Neta menatap Agam memohon agar putrinya segera di bawa ke dekapannya. Agam pun mengangguk lalu mengambil gadis mungil itu

"Assalamualaikum Mama, aku udah nungguin Mama loh dari tadi" cicit Agam menirukan suara anak kecil. Neta tertawa lalu menerima bayinya

"Masya allah"

Itulah kalimat pertama yang Neta ucapkan. Setelah kejadian tak menyenangkan menimpa dirinya akhirnya bayinya selamat. Neta mulai menelusuri wajah polos bayinya ini. Mata yang lebar dan hidung bangir tapi tak sebangir Agam. Semua Neta syukuri

"A, ini anak kita?"

Agam mengangguk sambil tersenyum lebar. "Ini anak kita sayang"

Neta menangis bahagia. Tangannya mengusap pipi anaknya yang masih merah itu. Rasa sakitnya seolah hilang entah kemana kala dia mengecup kening putrinya

Alhamdulillah ya allah. Terimakasih hamba masih diberi kesempatan untuk bertaubat padamu dan menjadi ibu untuk putriku

***

Alhamdulillah debay sm mamihnya selamat
Kalo abis konflik berarti bentar lagi end dong😞
Vote comment gengs. Kalo banyak yang komen jadi semangat tau ngetiknya. Haha
Buktinya aku update terus yakannn

Love You, My Khumaira (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang